Fajarsatu, BANDUNG- Merevitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK) sama dengan merevitalisasi kurikulum yang ada di SMK. Kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan industri atau bisa saja kurikulum itu dibuat bersama-sama dengan dunia industri.
Sehingga, SMK dapat merancang kurikulum yang tepat dengan keterampilan lulusan yang dibutuhkan dunia industri.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMK (PSMK) Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat (Jabar), Deden Saiful Hidayat. Menurut Deden, rencana revitalisasi ini sudah berlangsung sejak 2,5 tahun lalu. Dengan demikian, produknya sudah ada.
Road map-nya itu, kata Deden, tidak hanya melibatkan sekolah dan dunia usaha/industri. “Tapi juga harus melibatkan pemerintah daerah. Karena, sekolah tersebut berada di kabupaten/kota yang tersebar di Jawa Barat. Pemerintah daerah juga dapat membantu memetakan kebutuhan lulusan bagi dunia industri dan usaha,” ucapnya, Rabu (31/7).
Saat ini, tambahnya, terdapat 180 atensi keahlian. Beberapa di antaranya bisa dibilang terlalu banyak, bahkan tidak sedikit kompetensi keahlian yang tidak sesuai dengan kondisi daerah. Misalnya, di daerah yang sedikit kawasan industri tapi terdapat banyak kompetensi keahlian yang digunakan kawasan industri.
“Akibatnya, lulusan sulit mendapatkan pekerjaan atau mereka terpaksa mencari pekerjaan ke luar dari daerahnya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Deden, reposisi SMK ini untuk menyediakan kompetensi keahlian yang sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) daerah masing-masing. Contohnya, di daerah pertanian maka kurikulum yang dikembangkan harus berhubungan dengan pertanian.
“Pertanian itu maksudnya tidak hanya proses bercocok tanam, tapi pada teknologi yang mampu menghitung kesempurnaan produk yang dibutuhkan oleh pasar,” tuturnya.
Selain itu, tambah Deden, juga akan dibangun program sister school. Sekolah yang terbilang mapan akan jadi rujukan pembelajaran. Bahkan, sekolah-sekolah lain dapat memanfaatkan sarana dan prasarana di sekolah unggul tersebut, mengingat belum meratanya sarana dan prasarana di SMK, baik negeri maupun swasta.
Deden juga mengatakan, sekolah-sekolah yang memiliki teaching factory (pembelajaran yang berorientasi produksi dan bisnis) unggulan akan didorong menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Karena, BLUD akan memudahkan sekolah menerima pekerjaan dari pihak lain.
Kebutuhan Industri
Deden menyatakan, sebenarnya sudah banyak SMK yang membuat kurikulum yang sesuai kebutuhan industri. Contohnya SMKN 11 Bandung yang dikepalai Anne Sukmawati, sudah bekerja sama dengan industri untuk beberapa kompetensi keahlian. Demikian juga SMKN 13 Bandung yang siswanya belum lulus sudah banyak direkrut oleh industri kimia.
Bahkan, menurut Deden, sekolah di daerah seperti SMKN di Tasikmalaya dan Ciamis, produknya telah dipercaya oleh tempat-tempat wisata. “Jawa Barat sebagai salah satu pilot project dari revitalisasi SMK memang harus mampu menghasilkan lulusan yang sesuai kebutuhan industri,” pungkasnya. (Red)