JAKARTA, fajarsatu.- Proses transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) terus berlangsung. Sebanyak 11 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) akan bertransformasi atau alih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).
Proses transformasi ini memasuki tahap overview yang dibahas bersama dalam focus group discussion (FGD) tentang perubahan bentuk IAIN menjadi UIN yang mengangkat tema “Overview Penguatan Bangunan Epistemologi Keilmuan dan Integrasi Ilmu Islam dan Sains.”
FGD yang berlangsung di Jakarta, 22-23 September 2019, dipimpin Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama M. Adib Abdushomad. Hadir, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Arskal Salim GP, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, Deputi IV Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemeko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan H.R. Agus Sartono, serta para Rektor dan Wakil Rektor dari 11 IAIN yang akan berubah menjadi UIN.
Ke-11 IAIN yang akan bertransformasi menjadi UIN adalah IAIN Jember, IAIN Tulungagung, IAIN Surakarta, IAIN Bengkulu, IAIN Palu, IAIN Ambon, IAIN Padangsidempuan, IAIN Palangkaraya, IAIN Purwokerto, IAIN Sultan Amai Gorontalo, IAIN Samarinda.
Guru Besar Bidang Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra menilai perubahan bentuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) merupakan tanggung jawab keumatan dan kebangsaan. Perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mutlak adanya untuk menangkal impor ajaran Islam dari luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam Wasatiyah di Indonesia.
“Integrasi keilmuan Islam dan Sains harus menjadi visi UIN sebagai mandat yang lebih luas (wider mandate) guna menghasilkan umat yang kompeten, jangan ada lagi dikotomi ilmu Islam dan ilmu umum,” jelas Azra yang pernah mendapat gelar Commander of the Order of British Empire di Jakarta.
“Dalam menghadapi perubahan lingkungan seperti revolusi industri 4.0, perguruan tinggi tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama, strategi lama dan cara pengelolaan lama. Perlu perubahan paradigma, strategi dan manajemen agar perguruan tinggi dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang dimunculkan revolusi industri 4.0. ketidakmampuan perguruan tinggi beradaptasi dengan lingkungan menjadikan lembaga tidak sehat,” sambungnya.