Dominggus Mandacan menyatakan, Manokwari dan Papua Barat tidak dibangun oleh satu orang melainkan melalui kontribusi bersama.
“Jangan menepuk dada sendiri tetapi saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan suku, agama, ras dan budaya. Perbedaan ini menjadi satu untuk membangun Manokwari, Provinsi Papua Barat, Tanah Papua dan Indonesia,” ujarnya.
Usai pembacaaan Deklarasi Damai, rangkaian kegiatan ‘Kita Semua Bersaudara, Damai itu Indah’ dilanjutkan dengan pembubuhan tandatangan oleh Gubernur Papua Barat diikuti segenap masyarakat, tokoh agama, ormas keagamaan, aparatur sipil negara, swasta hingga para kepala suku.
Masyarakat pun tampak antusias ikut menandatangani baliho sebagai bentuk dukungan damai di bumi Papua. Selain penandatanganan dukungan damai dari elemen masyarakat, Kapolda Papua Barat, Herry Nahak juga ikut melepas balon ke udara.
Sebagai rasa syukur atas gelaran Deklarasi Damai, lima orang perwakilan agama di Papua Barat turut memimpin rangkaian doa. Mereka yakni perwakilan Islam, Ustadz Sultan, Kristen Pdt. Nando Tray, Katolik Pastor Stefanus Allo, Hindu Pinandita Ida Bagus Anom dan Buddha Romo Hendry.
Gelaran Deklarasi Damai yang menorehkan tinta sejarah bagi masyarakat Papua Barat tersebut ditutup dengan makan bersama dan pergelaran tradisi orang Papua “Barapen” atau Bakar Batu. (FS-6)