CIREBON, fajarsatu.- Anggota DPRD Kota Cirebon dari Fraksi Gerindra, H. Hendi Nurhudaya menggelar Reses Masa Persidangan I Tahun 2020 di dua lokasi yang berbeda.
Lokasi pertama dilangsung pada Jumat (28/2/2020) di RW 06 Pulobaru Utara, Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan. Sementara lokasi kedua digelar pada Sabtu (29/2/2020) di RW 09 Jabang Bayi, Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi.
Hadir dalam reses kedua, Ketua DPC Gerindra Kota Cirebon H. Eman Sulaeman, Kepala Persidang Sekwan DPRD Kota Cirebon Hj. Setia Herawati, Ketua RW 09 Jabang Bayi dan ratusan warga 09 Jabang Bayi, Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi.
Usai reses, Wakil Ketua Komisi II ini mengatakan, yang menarik dari reses kedua kali ini adalah adanya keterangan dari seorang warga bernama Lukman yang menjadi pengurus di salah satu pesantresn di Ciwaingin Kabupaten Cirebon.
Dari penjelasannya diketahui, pihak pesantren tersebut telah berhasil mengolah sampah menjadi pupuk organik bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pengelohan sampah tersebut menggunakan mesin (alat) yang dibuatkan oleh ITB senilai Rp 1,5 miliar.
“Dari keterangan Pak Lukman, ternyata hasilnya cukup memuaskan sehingga sampah yang ada di lingkungan pesantren dan desa setempat, diolah dan menghasilkan pupuk organik. Ini sangat menarik,” kata Hendi.
Ia berencana, penjelasan pengolahan sampah tersebut akan disampaikan di Komisi II untuk meninjau lokasi dan dikaji terkait proses pengolahan sampah di Pesantren Ciwaringin. “Kalau misalnya bagus dan memungkinkan, kita coba akan diterapkan di seluruh kelurahan di Kota Cirebon,” ujarnya,
Lebih jauh dikatakan Hendi, jika biaya pembelian mesin dan biaya lainnya dianggarkan Rp 2 miliar dikalikan 22 kelurahan maka dibutuhkan anggaran Rp 44 miliar. Anggaran tersebut, tambahnya, bisa menangani masalah sampah di Kota Cirebon.
“Sehingga persoalan pengolahan sampah bisa diselesaikan di tingkat kelurahan, sedangkan di TPS hanya menampung sampah besar seperti sampah pasar-pasar,” jelasnya.
Dirinya, lanjut Hendi, ingin melihat secara langsung alat atau mesin apa yang digunakan di Pesantren Ciwaringin untuk meyakinkan alat tersebut menjadi solusi tepat untuk menuntaskan persoalan sampah di Kota Cirebon yang hingga saat ini belum terpecahkan.
Selain itu, imbuhnya, ada keinginan Komisi II agar pengelolaan sampah dibuatkan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sehingga BLUD itu bisa fokus dan tidak carut aduk dengan masalah lain.
“Kawan-kawan di dewan, khususnya di Komisi II sehingga bisa tertangani. Ini merupakan salah satu solusi penganan sampah yang dari tahun ke tahun ttida tertangani,” ucapnya.
Terkait hasil reses di dua tempat, ia menyebutkan, persoalan yang banyak ditanyakan warga adalah masalah BPJS yang menunggak dan cara ingin pindah ke Penerima Bantuan Iuran (PBI), air PDAM yang tidak ngocor tetapi tetap harus dibayar.
Selain itu, persoalan infrastruktur seperti pembersihan saluran di Jagasatru, penguatan senderan Kali Suba, nasih honorer guru madrasah dan bantuan permodalan usaha.
“Sebagai wakil rakyat, saya menampung semua aspirasi dan keluhan warga untuk disampaikan ke dinas-dinas terkait. Tetapi tidak semua aspirasi dan keluhan itu bisa langsung ditangani namun tentunya harus melalui proses. Yang jelas saya akan berjuang di parlemen agar bisa direalisaikan Pemerintah Kota Cirebon,” pungkasnya. (FS-2)