GEGESIK, fajarsatu.- Direktur Riset KONSTAN, Dr. (c) Surnita Sandi Wiranata, SE, MM, Ak. Ca mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini rentan terhadap depresiasi rupiah karena defisit neraca pembayaran (current account) dan tingginya hutang Luar Negeri.
Depresiasi rupiah cenderung akan menyebabkan inflasi terutama barang-barang dan bahan baku yang mangandalkan impor kemudian diikuti menurunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga.
Diungkapkannya, kejadian krisis moneter pada 1998 depresiasi rupiah berdampak signifikan terhadap collapse (jatuhnya) sektor perbankan nasional yang akibatnya harus ditalangi oleh negara.
“Saat ini dengan adanya wabah Covid-19 dan apabila diberlakukannya lockdown perekonomian negara kita rentan terhadap melemahnya nilai rupiah terhadap US Dollar itu bisa kita rasakan saat ini di mana nilai tukar rupiah melemah. Lalu langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah agar kita tidak mengalami krisis ekonomi seperti tahun 1998?,” kata pria yang akrab disapa Sandi ini, Senin (23/3/2020).
Sekarang saja, kata dia, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot terus terpuruk, bahkan menembus level psikologis Rp 16.000. “Hal itu juga merupakan rekor terburuk sejak krisis moneter 1998,” tandas Sandi.
Tambahnya, beberapa hal yang harus diwaspadai dan menjadi perhatian pemerintah supaya tidak terulang kembali terjadinya krisis ekonomi, yakni pertama jangan sampai masyarakat memborong dollar yang mengakibatkan cadangan devisa berkurang, makanya ada himbauan untuk menukar Dolar dengan rupiah.
“Kedua jangan sampai terjadi pengambilan dana nasabah perbankan secara besar-besaran dan sekaligus. Kedua hal tersebut menunjukkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap uang rupiah karena kepercayaan merupakan fungsi dasar seseorang memegang uang kertas selain itu merupakan inti keberadaan perbankan sebagai intermediasi,” paparnya.
Dikatakannya, bila kedua aksi tersebut terjadi maka dapat merusak tatanan perekonomian suatu negara dalam sekejap.
“Mari perkuat cinta tanah air dan kebangsaan agar kita dapat mencegah dan terhindar dari krisis ekonomi akibat pandemik Covid-19,” pungkas Sandi. (dkn)