Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku “Saatnya Menjemput Jodoh”
UNTUK sementara waktu, aku tak mau bicara atau menulis tentang Covid-19 dulu. Bukan tak mau karena tak suka. Bukan pula kehabisan kata. Aku cuma belum paham isu atau kabar terkini. Kalau aku bicara ngasal malah nanti jadi kelihatan bodohku.
Langsung aja, aku lebih baik bicara atau menulis soal virus lain. Suatu virus yang bikin semua manusia kadang pusing namun pasti merasa bahagia karenanya. Aku dan dia juga begitu. Sesekali ada tantangan namun banyak bahagianya. Sesekali pusing, tapi seringkali riang.
Awalnya aku kaget, benar-benar kaget. Tapi setelah hati dan perasaanku diperiksa secara seksama dan dalam tempo yang cukup lama olehnya, ternyata aku benar-benar positif terpapar virus cinta. Ya aku ternyata mencintainya. Dia juga begitu.
Memang, ternyata virus ini tak berbahaya, malah menghadirkan kedamaian hidup dan ketenangan hati. Sebab virus ini hadir dalam bingkai akad. Sebab memang ada akadnya dan itu sah alias halal. Ya virus ini hadir karena didahului oleh akad nikah.
Galibnya, hubungan yang mendalam dan yang mampu menembus lorong waktu yang panjang hanya mungkin terjadi jika pasangan kekasih yang terpapar virus ini saling melakukan perbaikan berkesinambungan atau terus menerus dalam kebaikan hingga ajal kematian tiba.
Virus ini mesti terus bertumbuh dan ditumbuhkan secara sungguhan dan berkali-kali. Itu langkah paling apik dan diperlukan untuk memberikan sentuhan gairah pada virus ini. Tanpa ditumbuhkan maka virusnya bisa layu bahkan mati.
Tapi pertumbuhan virus ini tidak akan terjadi permanen tanpa perawatan yang permanen pula. Kalau pertumbuhan dilakukan dengan memfasilitasi proses pertumbuhan bagi virus ini, maka perawatannya dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut kebajikan pada dia yang juga terpapar.
Pasangan kekasih yang sedang bertumbuh itu harus saling memuaskan dengan kebajikan harian yang membuat keduanya nyaman. Kalau penumbuhan keakuran kehidupan pasangan kekasih, maka perawatan memberi keduanya kekuatan psikologis dalam menjalani dinamika pertumbuhan itu.
Senyum yang lembut, kata-kata yang baik, belaian antar kasih, saling melayani, hadiah-hadah kecil, hubungan fisik yang intim dan intensif, perjalanan bersama yang direncanakan adalah contoh kecil dari kebajikan harian yang harus dilakukan para pasangan kekasih yang terpapar untuk satu tujuan: merawat jiwanya.
Di taman kebajikan itu virus itu bakal terus bersemi. Hanya di taman itu. Siapapun tidak bisa terkena virus ini manakala hanya pandai bermain kata-kata. Sentuhan romantika dari kata-kata hanya sebagian dari kebajikan hati para pasangan kekasih yang terpapar.
Sebab kata-kata, sama seperti senyuman atau sorotan mata, jika ia tidak terbit dari hati yang bajik, maka ia kehilangan elannya. Ia tidak akan pernah menggetarkan. Maka virus ini mesti menggetarkan. Terutama jiwa pasangan kekasih itu.
Kalau perilaku sehari-hari pasangan kekasih tidak lagi menggetarkan jiwa, kemungkinan besar karena virusnya sudah terpisah dari jiwanya. Atau di sana virus tidak lagi sanggup menerbitkan kebajikan baru dalam diri mereka.
Ini juga menjelaskan mengapa kebaikan selalu bersaudara atau sepaket dengan virus ini. Kebaikan adalah kekuatan yang memotivasi dan menginspirasi pasangan kekasih untuk melakukan kebajikan secara terus menerus.
Tantangan virus ini yang paling rumit adalah waktu. Dalam perjalanan waktu, kesejatian virus ini teruji. Dan, ujiannya adalah menjawab pertanyaan sederhana ini: seberapa besar kadar kebajikan yang terkandung dalam virus itu?
Dalam tamsil ini virus adalah kereta. Ia hanya berjalan di atas rel kebajikan. Begitu kebajikan pasangan kekasih habis, kereta virus juga berhenti berjalan. Hanya ketika pasangan kekasih menjadi orang baik, maka pasangan kekasih itu dapat menikmati virus ini dengan kuat. Kalau ujian virus ini adalah waktu, maka kuncinya adalah kepribadian.
Bagi yang hendak terpapar virus yang kerap dirasakan oleh mereka yang bersuami-istri atau pasangan kekasih ini, silahkan nikah dulu alias akad nikah dulu saja. Nanti bakal terasa positifnya. Benar-benar terpapar virus cinta.
Berita baiknya, walau terpapar virus ini, aku tak perlu diisolasi dan memang tak suka diisolasi. Aku hanya butuh doa terbaik dari pembaca agar aku terus terpapar virus ini. Karena aku tak boleh sembuh dari virus yang bikin ketagihan ini. Ya, aku positif terpapar virus cintanya istriku, Eni Suhaeni. Aku dan dia pun benar-benar positif terpapar virus cinta! (*)