Oleh: S. Sandi Wiranata
KRISIS ekonomi global yang melanda dunia akibat Covid-19 kini mulai dirasakan dampaknya di beberapa negara Asia Tenggara, tak terkecuali Indonesia.
Singapura yang dianggap sebagai negara maju di kawasan Asia Tenggara tidak mampu menahan gejolak resesi yang ditimbulkan akibat penguncian wilayah yang telah meluluh lantakan perekonomian mereka.
Ekonomi Singapura mengalami kontraksi -41,2 persen data tersebut ditunjukan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura di kuartal II tahun 2020 dan ini menjadi resesi terburuk Singapura sejak merdeka tahun 1965.
Menteri Keuangan Indonesia menyatakan. pada kuartal II tahun ini kita mengalami kontraksi dikisaran -3,5 persen hingga -5,1 persen dengan titik tengah di -4,3 persen. Penurunan terjadi hampir di seluruh sektor perekonomian mulai dari perdagangan,manufaktur,pertambangan dan transportasi.
Berbagai upaya mesti segera di lakukan oleh pemerintah karena resesi ekonomi bukan sekedar simbol angka negatif semata tapi lebih dari itu resesi ekonomi memiliki dampak nyata terhadap masyarakat.
Ekonomi minus biasanya di tandai dengan perlambatan produktivitas sektor produksi dan dampak paling nyata adalah bertambahnya jumlah pengangguran,kalau produktivitas turun berarti kapasitas produksinya rendah sehingga perusahaan harus me lay off atau pemutusan hubungan kerja dalam upaya efiseiensi perusahaan.
Peningkatan jumlah pengangguran tersebut dampaknya kenaikan angka kemiskinan karena mereka tidak memiliki pendapatan lagi dan tidak memiliki kemampuan daya beli dari konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen terbesar dari perekonomian sehingga akan memicu dampak sosial dan konflik sosial hal Ini yang menjadi kekhawatiran kita semua.
Kita berharap kuartal III dan kuartal IV tahun 2020 pertumbuhan ekonomi negara kita dapat tumbuh dengan baik karena kalau tidak dan kembali mines maka secara technikal bisa resesi jadi secara teknik apabila pertumbuhan ekonomi kita minus maka akan masuk zona resesi.
Apabila mengalami minus yang terlalu dalam maka jurang resesi akan semakin nyata dan perlu kerja keras untuk bisa kembali ke normal,keterpurukan kita saat krisis moneter tahun 1998 menjadi pengalaman berharga untuk dapat mengantisipasi kejadian tersebut tidak berulang.
Kita berharap pemerintah mampu mengejar kinerja perekonomian di kuartal III dan kuartal IV secara optimis karena krisis yang di sebabkan oleh suatu pandemi akan bisa cepat pulih jika pandemi tersebut bisa teratasi dengan baik walaupun sampai saat ini masih mengalami peningkatan jumlah penderita Covid-19 secara signifikan dan telah melampaui negara asal yang terkena pandemi. Berbagai upaya dapat kita rasakan seperti adanya dana bantuan,perlindungan sosial dan kemudahan lainnya.
Pemerintah harus segera menyiapkan kebijakan dengan berbagai skenario untuk menantisipasi menurunnya daya beli masyarakat,peningkatan pengangguran dan bertambahnya jumlah penduduk miskin serta perencanaan pembangunan yang berkelanjutan. (*)
Penulis adalah Direktur Riset Konstan, tinggal di Cirebon