MAJALENGKAm fajarsatu – Secara historis, eksistensi PGRI merupakan organisasi guru yang paling senior dan paling matang di negeri ini. Untuk itu dalam kepengurusannya PGRI harus konsisten dan tidak main-main karena itu menyangkut dengan nasib para kaum guru.
Jika dalam mengurus PGRI dilakukan secara main-main maka wibawa PGRI akan jatuh sehingga tidak lagi mendapat respek dari masyarakat bahkan anggotanya itu sendiri.
Amanat tersebut disampaikan Bupati Majalengka, H. Karna Sobahi ketika memberikan arahan dalam Konferensi Kabupaten (Konkab) PGRI Majalengka, tingkat Kabupaten Majalengka, di Auditorium UNMA, kemarin.
Hadir pada Konferensi Kabupaten (Konkab) PGRI Majalengka, Ketua PGRI Provinsi Jawa Barat beserta rombongan, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Ketua PGRI Kabupaten Majalengka beserta jajaran pengurus PGRI se-Kab.Majalengka, Staf Ahli Bupati, Kadis Parbud, Kepala Bakesbangpol, Kadis Rumkimtan, Kadis DP3AKB, Perwakilan Dirut Bank BJB Majalengka, perwakilan Kantor Kemenag Majalengka, serta tamu undangan lainnya.
Menurut Karna, Konperda PGRI kali merupakan Konferda introspektif dan kolektif terhadap keadaan PGRI yang harus dibenahi secara maksimal dan menyeluruh.
Ajang ini pun sebagai revitalisasi untuk sebuah reformasi perbaikan di semua lini hal ini dimaksudkan agar PGRI memiliki wibawa sebagai organisasi guru karena secara kuantitas, dan kualitas PGRI dipandang sebagai organisasi yang paling teruji eksistensinya dalam membangun profesionalisme guru.
PGRI, lanjut bupati, merupakan organisasi guru terbesar di Indonesia, karena itu dalam pengelolaannya harus inovatif dan juga kreatif ini artinya tidak bisa mengurus guru itu apa adanya.
“Akan tetapi kepengurusan yang akan dibentuk nantinya pada Konferda PGRI kali ini didasarkan pada kolektivitas serta harus mampu bermitra dengan Pemerintah Daerah sehingga ke depan PGRI mampu bagaimana memberikan pelayanan yang baik bagi anggotanya sehingga para anggotanya merasa terlayani dengan baik,” katanya. (gan)