CIREBON, fajarsatu – Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat menggelar kunjungan kerja ke UPTD PSDA Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung (CC) untuk meninjau kondisi pintu air di Daerah Irigasi (DI) Cisamaya bendung Cidogdog, Desa Cisaat, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon dan di DI Leuwijawa, Desa Cimara, Kecamatan Mandirancan. Kabupaten Kuningan, Selasa (29/9/2020).
“Sungguh ironis,” demikian komentar miris anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Daddy Rohanady saat menggambarkan kondisi pintu air di dua lokasi tersebut.
“Ini sangat memalukan. APBD Jabar tahun 2020 sebesar Rp 43 triliun lebih setelah perubahan. Di sisi lain kami temukan kondisi seperti ini. Saya benar-benar merasa amat sanagat prihatin,” ujar Wakil Ketua Fraksi Gerindra itu.
Senestinya, lanjut Daddy, hal itu tidak boleh terjadi mengingat Jabar merupakan lumbung padi nasional.
“Bagaimana mungkin provinsi yang dijadikan lumbung padi nasional tetapi kondisi bendung dan pintu airnya masih sepetti ini? ” ujarnya bernada tanya.
Daddy menyebut, kondisi tersebut benar-benar menyedihkan, padahal masyarakat sangat membutuhkan berfungsinya secara optimal setiap bendung yang ada.
Betapa tidak, tambahnya, pintu-pintu air yang ada di tiap bendung berfungsi untuk mengatur distribusi air. Selain itu, peran para petugas lapangan di setiap sub-unit pelayanan (SUP) amat membantu semua itu. Kondisi itu, kata dia, masih diperparah dengan tidak adanya pengatur naik-turunnya pintu air.
“Saya yakin masih banyak pintu air yang kondisinya seperti ini di UPTD PSDA lainnya. Kalau kita mau menjadi lumbung padi nasional, kiranya hal seperti ini jangan sampai terjadi,” tambahnya.
Daddy menjelaskan, Jabar sudah memiliki Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Kemandirian Pangan Daerah. Jangan sampai, lanjutnya, penegakan perda tersebut hanya ditunjang dengan gedebong pisang.
Menurutnya, pihaknya harus memperhatikan nasib masyarakat petani yang benar-benar membutuhkan air. Sejatinya pintu air seperti itu sangat berguna untuk menjaga ketinggian permukaan air sehingga dapat terbagi dengan lebih lancar.
“Apalagi air amat dibutuhkan untuk sawah-sawah. Bisa dibayangkan jika kondisinya seperti itu…..oh nasib,” ucap wakil rakyat dari Dapil XII (Kota/Kabupaten Cirebon dan Indramayu) ini.
Dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana di provinsi lain. Kondisi ini, imbuh dia, cermin buruk pengelolaan sumberdaya air.
“Ini PR serius untuk Pemprov Jabar. Masa sih di provinsi yang menjadi lumbung padi nasional pintu airnya terbuat dari gedebong pisang?” pungkas Daddy. (irgun)