MAJALENGKA, fajarsatu – Jatiwangi Art Factory (JAF) menggelar Forum 27. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap bulan diselenggarakan setaip tanggal 27.
Menurut penggiat wisata Kabupaten Majalengka yang juga Sekjen Indonesian Fighter Tourism Assaciation (IFTA), Andri Hermawan, A.MI, MT,PhD (Cand.), Forum 27 ini merupakan acara diskusi tentang berbagai hal baik sosial, budaya, dan seni.
“Pembahasan tersebut selalui dihadiri oleh berbagai macam orang dan komunitas. Yang menarik dari acara ini dihadiri juga oleh para ASN sebagai pemangku kebijakan Pemda kabupaten, provinsi atau Kementrian RI,” terangnya, Rabu (28/10/2020).
Ia menjelaskan, kali ini acara Forum 27 ini bertema “Mengamati Tubuh dan Jiwa Komunitas” mengenai komunitas, siapa kita dan saling mengenal apa peranan dan bagaimana kegiatan Komunitas masing masing.
“Menurut informasi dari pemerintah daerah, sebenarnya telah didata sekitar 400 komunitas yang ada di Majalengka. Pada acara ke 13 Forum 27 di bulan Oktober 2020 ini, forum mencoba diarahkan kembali pada perbincangan mengenai diri sendiri. Forum mengajak untuk membicarakan tentang kita, tentang komunitas itu sendiri. Jadi dalam forum ini mari bawa pembicaraan paling tidak dengan tiga awalan yakni sejarah proses dan kegiatan juga arah kemungkinan pengembangan,” jelas Dosen Teknik Industru Untag Cirebon ini.
Dalam forum ini, pihaknya mengundang seluruh komunitas yang aktif di Kabupaten Majalengka dan masing-masing mendapatkan 10 hingga 15 menit untuk memaparkan komunitasnya yang dilanjutkan saling bertanya satu sama lainnya.
Andri menyebut, komunitas yang hadir antara lain, Jatiwangi Art Factory (JAF), Hujan Keruh, Kirik Nguyuh, Konser Kampung, Satali, Sekar Laras, Pemuda Tani Iser, Imah Kaputren, Forum Film Majalengka, KPM Pinangraja, Aksara Sukma, Indie Positif, Maja Baca, Bale baca hati, Custom republik, Infomjlk, Besok senin, Jamaah kafeiniyah KOPI APIK, Explore Majalengka, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).
Selain itu hadir pula, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Taruna Merah Putih (TMP), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Greeneration, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Forum Pengusaha Muda Majalengka, Budak Jadul, Majalengka Kota Angin, Mojang Jajaka Majalengka, SAPMA PP, KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), Pemuda Pancasila, Komunitas Pecinta Musik Majalengka (KPM), Saung Eurih, Coworking Project dan Indonesian Fighter Tourism Assostiation (IFTA).
Dijelaskan Andri, seluruh komunitas yang telah mempresentasikan satu persatu merupakan aset yang sangat luar biasa untuk meningkatkan atraksi sebagai destinasi wisata, dan image Kabupaten Majalengka.
Jika dalam porsi perusahaan, kata dia, ada beberapa komunitas tersebut merupakan upaya marketing maka IFTA sebagai organisasi tourism adalah upaya salesmansip.
“Jadi kegiatan IFTA mencoba untuk memonitize (menghasilkan uang) kegiatan pariwisata di Majalengka. Caranya, mengajak para wisatawan untuk datang ke Majalengka,” pria yang handal membuat lagu ini.
Dengan kedatangan wisatawan tersebut, tambahnya, otomatis akan membawa uang untuk dibelanjakan di Majalengka dan ini nantinya akan memutarkan roda ekonomi Kabupaten Majalengka.
Dipaparkan Andri, IFTA digagas oleh Elang ini merupakan suatu organisasi yang memuliki tujuan untuk meningkatkan destinasi baru yang awalnya belum populer menjadi populer dan menjadi tujuan destinasi wisata baru untuk masa depan.
“Caranya melalui pembentukan Rantai Supply Pariwisata di beberapa daerah. Rencananya akan dibuatkan konsep Terminal Wisata dari Jakarta sampai jalur Jawa Bali dna Lombok,” katanya.
Backbound Rantai Pasok (Supply) ini, kata dia, adalah Jalan Tol Jawa Bali dan Lombok melaui sistem aplikasi Gerbang Digital Pariwisata. Ini semua merupakan informasi pustaka pariwisata akan terkoneksikan secara online sesuai konsep Internet of Think (IOT) yang banyak dikenal pada saat ini.
“Semoga IFTA sebagai organisasi pariwisata dapat berhasil mewujudkan visi dan misinya di masa yang akan datang. Go IFTA!,” tutup Andri. (irgun)