MAJALENGKA, fajarsatu – Guna mengasah kemampuan dalam dunia tulis menulis, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Majalengka menggelar pelatihan jurnalistik bagi tim kelompok Teknologi Informasi (IT) KPU setempat, Rabu (4/11/2020).
Kegiatan yang dipusatkan di kantor KPU Majalengka itu menghadirkan narasumber Ketua Persatuan Wartawan (PWI) Kabupaten Majalengka, Jejep Falahul Alam.
Hadir pada acara tersebut, Ketua KPU Kabupaten Majalengka, Agus Syuhada, Ketua Divisi Sosialisasi, SDM dan Partisipasi Masyarakat, Cecep Jamaksari dan Sekretaris KPU Majalengka, Mohamad Hasan Sukur.
“Pelatihan ini dalam rangka memberikan pencerahan kepada tim IT terkait jurnalistik. Tujuannya untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai kegiatan KPU,” kata Ketua KPU Majalengka, Agus Syuhada.
Dikatakan dia, KPU sendiri saat ini memanfaatkan sosial media yang dimilikinya, untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Namun untuk mengisi konten tersebut, mengalami kendala karena pengetahuan akan jurnalistik masih minim.
“Pelatihan ini untuk memberikan pembelajaran, bagaimana metode menulis siaran pers yang baik dan benar, sesuai kaidah jurnalistik,”katanya.
Ketua PWI Kabupaten Majalengka, Jejep Falahul Alam menuturkan, semua orang bisa membuat karya jurnalistik, asalkan memiliki keinginan yang kuat dan mau belajar, bukan hanya sekadar teori.
” Ada pribahasa, alah bisa karena biasa, artinya semua butuh proses. Semua wartawan tidak ujug-ujug bisa menulis berita. Mereka terus belajar secara rutin,” katanya.
Menurut dia, dalam menulis siaran pers pada dasarnya sama dengan menulis berita seperti dilakukan para wartawan, namun ada beberapa karakteristik yang dimiliki yakni aktual, faktual, penting, kedekatan dan menarik.
Mengenai struktur penulisan berita straight news, lanjut dia, menggunakan pola piramida terbalik. Harus terdiri dari judul, baris tanggal, teras berita dan tubuh atau isi berita. Metode penulisan straight news atau berita langsung sendiri sering dipakai oleh media cetak dan online pada umumnya.
“Siaran pers yang yang baik menjawab pertanyaan siapa, apa, kapan, dimana, kenapa dan bagaimana,” jelasnya.
Selain berita langsung ada juga pola penulisan feature, depth news (indepht reporting maupun investigative reporting).
“Sebuah feature hendaknya ditulis dengan gaya bertutur, deskriptif, sehingga susunan kata dan kalimatnya mampu menggambarkan atau melukiskan suatu peristiwa tertentu,”jelasnya.
Oleh karena itu, kata dia, feature sesungguhnya sebuah “cerita”, tapi bukan cerita mengenai fiksi melainkan mengenai fakta.
“Kalau laporan mendalam atau indepth news digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, mendalam, dan analitis. Cara penulisannya dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih memahami duduk perkara suatu masalah,” ujar Jeje. (gan)