Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku Melahirkan Generasi Unggul, Salesman Toyota Jadi Walikota dan Pengelola Komunitas Cereng Menulis)
ALHAMDULILLAH hari ini Ahad 21 Februari 2021 pukul 16.00-17.30 WIB saya bisa belajar menjadi narasumber pada acara Akademi Penulis Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Anak Literasi Untuk Negeri (Alun Jateng) dengan tema acara “Menjadi Penggagas dan Pencipta Karya”.
Berita baiknya, saya merupakan narasumber pertama dari beberapa narasumber untuk rangkaian kegiatan selama sekian bulan ke depan dan membahas beberapa materi yang tentu saja menarik.
Pada acara yang dimoderatori oleh Pak Riza Ahmad Novanto (Pak Riza) ini saya diberi mandat untuk menyampaikan materi “Menumbuhkan Skill Menulis”. Salah satu materi yang tentu saja sangat menantang dan membuat adrenalin saya untuk belajar menulis semakin tergerak. Pak Riza sendiri selain aktif di Alun Jateng, juga aktif sebagai Dosen di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC)-Jawa Barat. Dan, tentu aktif menulis artikel untuk berbagai surat kabar, media online dan sebagainya.
Pada awal sebagai pengantar materi Pak Riza mengingatkan saya bahwa menulis itu asyik. Asyik, karena kita bisa belajar dan berkarya. Apa yang disampaikan Dosen muda UMC ini merupakan penyegar yang semakin menyadarkan saya bahwa memang betul menulis itu asyik. Keasyikan menulis tentu didasari oleh banyak hal. Selain apa yang disampaikan Pak Riza, tentu hal lain adalah karena karya kita dibaca dan bermanfaat bagi pembaca di luar sana.
Pada materi kali ini saya menyampaikan beberapa pokok bahasan, diantaranya, pertama, menulis mulai dari mana? Bila saya telisik maka kita bisa menulis dari beberapa sisi, 1). Dari sisi konten atau isi. Di sini kita bisa menulis dari sesuatu yang kita sukai, yang kita alami, kita dengar, kita lihat, kita rasakan dan sebagainya. 2). Dari sisi kesempatan. Di sini kita bisa menulis pada saat nyamannya kita. Setiap kita punya rasa nyaman pada waktu tertentu. 3). Dari sisi cara dan pola. Di sini kita bisa menggunakan rumusan sarang laba-laba dan rumusan manget titik. Teknisnya, silahkan tuliskan sebuah kata yang menarik lalu kembangkan dengan menggunakan ide yang muncul pada saat kita menulis kata itu.
Kedua, cara mengetahui dan mengembangkan skill menulis sejak dini. Cara mengetahui dan mengembangkan skill menulis adalah dengan cara terus melatih. Terus melatih adalah kunci penting. Melatih bukan saja menulis, tapi juga menulis yang lebih berkualitas.
Kalau kita sudah terbiasa menulis maka keterampilan kita dalam menulis bakal teruji. Hal lain, bacalah sesuatu yang kita sukai. Semakin banyak referensi atau tulisan yang kita baca maka nanti bakal ketahuan kita cenderungnya menulis tentang apa dan tulisan jenis apa. Cerpen, artikel, puisi, novel, buku atau apa?
Ketiga, kiat menjadi penulis produktif. Menjadi penulis yang produktif adalah dambaan setiap orang yang menekuni dunia kepenulisan. Untuk sampai pada level ini tentu butuh proses belajar. Paling tidak ada beberapa hal yang mesti dijaga bila kita hendak sampai pada level ini, yaitu: 1). biasa dan bangga membaca karya tulis orang lain. Apapun jenis dan kontennya, karya orang lain adalah sumber inspirasi dan ide. Tujuannya banyak, seperti menambah wawasan dan pengetahuan, menemukan pola atau cara kepenulisan, dan menemukan diksi unik atau baru. Intinya, menambah stok kosa kata dan stok isi otak kita.
Lalu, 2). menemukan ide utama. Ide utama kita apa dan kira-kira apa yang hendak kita bahas untuk mengembangkan ide utama kita. Di sini kita bisa bikin kerangka tulisan sesuai kemauan kita dan senyamannya kita. 3). biasakan diri untuk menulis. Hal ini dilakukan dengan cara melatih setiap hari. Tak boleh ada hari tanpa tulisan baru, apapun bentuknya dan sependek apapun tulisannya. Hasil tulisan kita mesti kita hargai dan tidak boleh dianggap remeh. Sebab ide yang ada pada tulisan kita sependek apapun tulisannya itu adalah ide dan itu adalah karya kita.
Berikutnya, 4). berani publikasi. Kalau kita ingin tergerak untuk menulis dan menjaga rasa percaya diri terhadap aktivitas kepenulisan maka publikasi tulisan adalah kuncinya. Sehebat apapun penulis dan sebagus apapun idenya bila tak dipublikasi itu tidak berarti apa-apa. Maka publikasi tulisan perlu digiatkan, terutama untuk mendapatkan saran dan masukan pembaca. Dengan begitu, kita bisa mengevaluasi diri termasuk meningkatkan kualitas tulisan kita.
Hal lain, 5). aktif di komunitas sekaligus sekolah atau kelas menulis. Saat ini sudah banyak komunitas yang fokus di dunia kepenilisan. Komunitas semacam ini biasanya sering mengadakan kelas menulis yang bisa diikuti secara gratis. Komunitas Alun Jateng, Cereng Menulis dan masih banyak lagi komunitas lainnya adalah komunitas kreatif yang bisa kita ikuti. Di sini kita bisa belajar dan berbagi pengalaman dengan mereka yang berbeda pengalaman dan ide kepenulisan dengan kita. Ide gila alias kreatif biasanya lahir dari komunitas semacam ini.
Keempat, kendala menulis. Setiap kita punya kendala bila menulis atau dalam proses menghasilkan karya tulis. Misalnya, rasa malas, belum ada ide, tak ada waktu, takut salah, khawatir tulisan tidak bagus, belum ada judul, tidak tahu mulai dari mana, tidak fokus dan masih banyak lagi alasan lainnya. Bila ditelisik secara jujur maka alasan semacam itu terkesan klasik dan mengada-ada.
Lalu, bagaimana cara mengantisipasi kendala dan hambatan dalam menulis? Inilah yang akan bahas pada poin kelima, mengantisipasi krndala dan hambatan menulis. Diantara yang bisa kita lakukan adalah mengingat selalu manfaat menulis dan dampak baik bila kita punya karya tulis. Semakin sering kita mengingat hal ini maka semangat kita untuk menulis bakal terus terjaga bahkan lebih semangat lagi
Hal lain, kita mesti menyadari bahwa apa yang kita alami, rasakan, lihat, dan dengar adalah sumber ide bahkan menjadi ide itu sendiri. Dari 24 jam yang kita lalu pada setiap harinya pasti kita memiliki waktu luang. Tidak mungkin 24 jam itu sudah terisi semuanya tanpa ada waktu luang. Kalau pun tak ada waktu luang untuk menulis, maka kita sendirilah yang bisa meluangkan secara khusus. Di sini kadang kita membutuhkan cara yang agak gila: tentukan waktunya dan paksakan diri untuk menulis!
Menulis itu sendiri adalah kata kerja yang meniscayakan adanya tindakan nyata. Maka tak ada cara lain selain menghasilkan karya. Ya, tindakan atau aktivitas menulis itu pasti menghasilkan karya tulisan. Sesederhana apapun karya kita, itu adalah karya kita yang layak kita hargai dan bangga atasnya. Ada kekurangan dan keterbatasan, itu sangat wajar. Bahkan itu memang sebuah kondisi yang kita mesti lalui agar kita terus belajar dan meningkatkan kualitas tulisan. Tulisan yang berkualitas biasanya lahir dari proses yang panjang. Itu butuh waktu yang lama dan proses yang terus menerus.
Bila ada kendala dalam penentuan judul, itu sudah biasa. Alasan kelasik yang sebetulnya sudah tak layak dijadikan alasan lagi. Semua orang juga mengalami hal semacam itu. Solusinya, kita fokus menulis saja dulu, untuk judul bisa ditentukan setelah aktivitas menulis selesai. Atau sebagai pemantik, kita bisa juga menentukan judul di awal. Bila judul dan tulisan nantinya ternyata senyawa maka judul itu bisa kita pakai.
Namun bila tidak, judul bisa kita ganti sesuai konten atau tulisan yang kita hasilkan. Sebagai penyemangat, mulailah menulis dari hal yang kita sukai. Atau bisa juga dari yang terlintas dalam pikiran kita. Bila tidak fokus pada suatu tema tertentu, bisa kita alihkan ke tema lain. Pada lain kesempatan kita bisa kembali ke tema yang sebelumnya.
Kata kuncinya adalah terus melatih. Bila kita sudah membangun tekad dan kemauan yang kuat lalu terus belajar melatih dan terus menulis maka hati dan tangan kita bakal tergerak untuk terus menulis. Seorang teman pernah menyampaikan, “Bila sudah gila, maka kita bakal menulis dulu, menulis lagi dan menulis terus”.
Intinya, tak ada alasan untuk tidak menulis, sebab alasan dan peluang untuk menulis terlalu banyak dan terbuka lebar untuk siapapun. Referensi banyak, media massa dan media online juga menjamur. Penerbitan muncul di mana-mana. Kita pun bisa membuat website atau blog sendiri sebagai media dokumentasi sekaligus publikasi tulisan kita.
Sekarang, sediakan referensi bacaan seperti buku secukupnya di rumah kita. Baca dan perdalam isinya. Perlihatkan karya kita apapun bentuknya, biar semangat untuk menulis terus terjaga dan bisa ditularkan ke banyak orang. Share-lah tulisan kita kepada sebanyak mungkin orang, sebarlah buku kita ke banyak pembaca di luar sana.
Perkuat silaturahim dengan siapapun, termasuk yang berbeda latar belakang dan profesi sekalipun. Sebab bisa jadi inspirasi dan ide menulis bisa kita peroleh dari situ. Akrab dengan penulis lain dan para jurnalis juga adalah pilihan yang sangat bagus untuk memompa semangat menulis dan meningkatkan keterampilan menulis kita.
Ala kulli hal, menulis memang aktivitas yang asyik. Asyik, sebab dengannya kita bisa berbagi kepada siapapun. Sehingga “Menjadi Penggagas dan Pencipta Karya” sebagaimana tema kegiatan Alun Jateng ini benar-benar menjadi kenyataan.
Bila kelak karya kita terutama buku kita dibaca oleh banyak orang bahkan menjadi inspirasi bagi mereka dalam melakukan kebaikan maka itu adalah sebuah kejadian istimewa yang sangat kita banggakan. Suksesnya karya tulis justru pada titik ini, pada manfaatnya.
Bersyukur kepada Allah adalah kunci penting yang perlu kita jaga dalam menekuni aktivitas kepenulisan. Sebab karena bimbingan dan anugerah-Nya-lah yang membuat kita bisa berkarya, bahkan hingga karya kita dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang.
Semoga dengan begitu, semangat dan keterampilan menulis kita semakin terasah dan produktif dalam menghasilkan karya tulis yang lebih monumental, serta tentu saja kebaikannya berlipat ganda, baik pada sisi duniawi maupun ukhrowi. Itulah yang disebut dengan efek berkah karya tulis. (*)