MENTERI Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengapresiasi semua pihak yang memperhatikan dan memperdulikan petani dan upaya yang dilakukan dalam rangka regenerasi petani.
Smart farming adalah program untuk memajukan para petani Indonesia dengan menggunakan teknologi sebagai pendukungnya. Hal itu dikemukakan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo pekan lalu.
Tak tanggung-tanggung beliau menggandeng BNI dalam rangka memberikan pinjaman bagi para petani, khusunya kaum milenial yang sekarang didorong oleh pemerintah, karena dinilai akan menjadi generasi penerus bagi para petani yang sudah ada saat ini.
Benarkah hal itu merupakan solusi untuk memajukan pertanian di Indonesia? Faktanya secanggih apapun alat yang digunakan oleh petani selama sistemnya masih kapitalisme ujungnya akan tetap menimbulkan masalah baru karena solusinya tidak mengakar.
Sebenarnya yang membuat petani tidak maju bukanlah alat atau program yang digelar, tapi karena pemerintah selalu impor meskipun produk lokal sedang panen besar. Hal itu jelas merugikan petani lokal yang kemudian hasil taninya harus dihargai sangatlah murah.
Sekarang dengan menggandeng pihak bank, pemerintah kembali menggembar-gemborkan program sebagai solusi memajukan pertanian. Benarkah? atau justru dengan dana pinjaman dari bank itu malah menyuburkan kredit di tengah masyarakat?
Hal itu sangat mungkin dalam sistem kapitalisme yang berbasis riba, tak ayal sebagus apapun programnya petani-petani Indonesia tidak akan pernah maju kecuali dengan solusi yang mengakar. Yang lebih mengherankan lagi, mengapa yang didorong adalah anak muda? Lalu bagaimana petani yang sudah ada? bukankah seharusnya mereka yang lebih diprioritaskan?
Sedangkan dalam Islam negara berfungsi sebagai pengelola sumber daya alam dan pengurus umat. Ekonomi nya yang mandiri dan tidak berbasis riba akan menghindari impor dari luar negara, juga tidak akan menyuburkan praktik ribawi seperti hari ini.
Negara akan memberikan sarana yang cukup untuk petani, terutama bagi para petani yang memiliki keluarga. Dengan begitu tidak akan menimbulkan masalah baru, karena dana yang khalifah berikan nantinya bukanlah pinjaman, tapi bantuan untuk mendorong perekonomian dalam negara. Darimana? Tentu dari baitul mall.
Adapun petani yang mau menghidupkan tanah yang mati diperbolehkan dengan tetap mengeluarkan zakat mall saat panen raya. Beginilah cara khilafah menjaga ketahanan dan keseimbangan dalam negara sehingga negara mampu mandiri bahkan menjadi pengekspor pangan ke negara lain.
Wallahu’alam bishawab.
Irma Nurbayanti
(Bandung, 19 Maret 2021)