Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis buku “Pendidikan Ramadan”)
ALHAMDULILLAH setelah setahun menanti kini kita benar-benar kembali bersua dengan Ramadan. Walau masih pada masa pandemi: Covid-19, kita layak bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan untuk bersua Ramadan. Ini adalah kesempatan yang sangat spesial dan istimewa yang layak kita manfaatkan dengan baik.
Sungguh, tak sedikit diantara keluarga, tetangga kita dan orang-orang di luar sana yang pada tahun sebelumnya masih bisa menunaikan shaum Ramadan, namun kali ini mereka sudah tak bisa lagi karena sakit atau bahka telah meninggal dunia. Sedangkan kita masih mendapat jatah umur termasuk untuk bersua dengan Ramadan yang sama-sama kita rindukan ini.
1 Ramadan kali ini (1442 H) jatuh pada Selasa 13 April 2021. Hampir seluruh organisasi masyarakat berbasis massa Islam menyepakati untuk memulai Ramadan tahun 2021 ini pada tanggal yang sama. Kita patut bangga karena berdasarkan ijtihad para ulama, baik dari MUI maupun Ormas Islam menyepakati bahwa Ramadan kali ini dimulai secara bersama-sama. Walau ada juga diantara umat Islam yang berbeda waktu memulai, namun itu tidak mengurangi rasa kebersamaan antara umat Islam sendiri.
Hari ini Sabtu 17 April 2021 adalah hari ke-5 kita di bulan Ramadan. Ada banyak hal yang kita lakukan selama lima hari yang sudah lewat. Setiap kita punya pengalaman dan fokus masing-masing. Apapun itu, muara dari semua ibadah atau amal soleh yang kita lakukan adalah semakin dekatnya kita kepada Allah. Hal itu menjadi parameter paling sederhana dari meningkatnya kualitas taqwa kita kepada Allah.
Salah satu hal penting yang layak kita perhatikan secara serius dan sungguh-sungguh dalam kehidupan ini adalah kebermanfaatan yaitu apa manfaat kita bagi sesama umat manusia. Terlebih di bulan Ramadan ini, kita perlu terus memastikan diri kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, termasuk bermanfaat kepada sesama atau umat manusia.
Meluasnya manfaat kita atau semakin banyaknya manfaat kita kepada sesama adalah salah satu indikasi bahwa shaum kita di Ramadan memberi dampak baik. Dalam termonologi agama ada yang disebut dengan berkah. Berkah berarti bertambahnya kebaikan. Salah satu cara yang layak kita tempuh untuk bertambahnya kebaikan adalah dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama.
Salah satu hadits mashur yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Daruquthni kerap kita dengar.
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس
Artinya: Dari Jabir, Ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia’.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Dari hadits tersebut sangat jelas bahwa salah satu sikap baik atau kebaikan adalah bersikap ramah. Ramah merupakan sikap lemah lembut dan akrab kepada siapapun. Sikap ini terlihat sepele namun dampaknya besar. Sikap ramahlah yang menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didengar dan diikuti ajarannya oleh kaum Qurais pada zamannya.
Sikap semacam itu pula yang menyebabkan para sahabat setelah beliau diterima oleh berbagai kalangan, bahkan mengikuti jejak mereka sebagai pewaris atau penerus risalah yang Allah wahyukan kepada sang nabi. Sehingga dari satu waktu ke waktu berikutnya jumlah pengikut beliau dan para sahabatnya semakin banyak hingga hari ini.
Sikap ramah adalah sebuah sikap yang sangat manusiawi. Sebab secara manusiawi setiap manusia diberi potensi untuk menerima kebaikan. Sehingga bila ada manusia lain yang bersikap ramah maka akan dengan sendirinya bakal mendapatkan respon yang ramah pula. Walau tak sedikit yang menerimanya secara kasar, namun secara umum manusia akan mudah menerima sebuah sikap ramah.
Sikap ramah adalah kebaikan. Bahkan dikatakan bahwa tak ada kebaikan bagi siapapun yang tak ramah. Maksudnya, keramahan hanya bisa dilakoni oleh siapapun yang memiliki niat baik dan hendak melakukan kebaikan. Sebaliknya, tak ada keramahan bagi siapapun yang memiliki niat buruk walaupun perbuatannya terlihat baik. Keramahan bersumber dari hati yang tulus, bukan dari hati yang culas.
Dan pada hadits tadi ditegaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Kebaikan yang dilakukan tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim, tapi juga untuk umat yang lainnya. Sikap baik tak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim, tapi juga untuk umat lainnya.
Begitu juga keramahan dalam berucap, bertindak dan bersikap, itu bukan saja untuk sesama muslim, tapi juga untuk umat lainnya. Hal semacam ini semakin menemukan relevansinya di tengah-tengah dinamika bangsa dan negara kita yang beragam latar. Hetrogenitas warga meniscayakan kita terutama umat Islam untuk melakukan penyesuaikan dalam banyak hal.
Hal ini bukan berarti menepikan ajaran agama, namun memastikan ajaran agama kita dirasakan dampak baiknya oleh umat yang lain. Hadirnya Islam di tengah keragaman latar warga negara Indonesia justru menjadi medan paling terbuka bagi kita untuk menghadirkan Islam yang ramah. Sikap ramah adalah bagian dari upaya melebarkan sayap kebaikan sekaligus manfaat Islam bagi banyak orang.
Ramadan adalah momentum terbaik bagi kita untuk meningkatkan kualitas manfaat kita. Melebarkan manfaat bagi sesama manusia pada kesempatan ini adalah sebuah dampak sederhana dari shaum yang kita lakukan selama ini, termasuk lima hari yang sudah berjalan. Apapun bentuknya selama itu kebaikan dan bermanfaat maka itu adalah aktivitas yang perlu kita jaga dan lanjutkan. Bukan saja pada Ramadan tapi juga setelahnya. Semoga Allah selalu membimbing dan memberkahi! (*)
*Minggu 6 Ramadan 1442 H/18 April 2021 M