MUARA ENIM, fajarsatu – Muara Enim merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang mempunyai kekayaan alam berlimpah di berbagai sektor baik pertambangan, pertanian, perkebunan, pariwisata termasuk tambang pasir galian C.
Aliran Sungai Enim dan Lematang yang melintasi perkampungan menjadi keberkahan tersendiri bagi masyarakat untuk mengais rezeki memenuhi kebutuhan hidup keluarga di masa pandemi, salah satunya pangkalan pasir di kawasan Desa Tanjung Raman, Kecamatan Ujanmas, Kabupaten Muara Enim yang sudah beroperasi sejak tahun delapan puluhan.
Pangkalan tersebut selama ini sudah banyak menghasilkan pundi-pundi rupiah bukan saja bagi pemilik usaha pangkalan akan tetapi bagi masyarakat sekitar dalam mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhan keluarga.
Rusnaida, sang pemilik pangkalan pasir menceritakan, usaha warisan orangtuanya ini bisa menghasilkan puluhan kubik pasir dalam sehari dengan harga jual berkisar Rp 60 ribu permobil dengan para pelangggan dari berbagai daerah seperti Lahat, Pagar Alam dan Muara Enim sendiri.
Dari usaha ini Rusnaida sangat bersyukur karena bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat mengantarkan tiga anaknya dari enam berasaudara berhasil mengenyam pendidikan tingkat perguruan tinggi meskipun tidak ada yang bekerja di pemerintahan.
Penambangan pasir yang dimiliki Rusnaida ini merupakan penambangan yang masih mempertahankan kearifan lokal dan ramah lingkungan karena masih menggunakan peralatan manual tidak seperti kebanyakan tambang pasir yang sudah memakai mesin penyedot.
Bermodalkan empat buah perahu ketek, para pekerja sekitar pukul 06.00 WIB sudah bersiap mengoperasikan perahu menuju pangkalan benteng yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat penampungan.
Saat Tim Kampungku mencoba menelusuri pangkalan menggunakan perahu ketek di antar warga, terlihat belasan perahu melakukan aktifitas pencarian pasir yang menggunakan alat tradisional berupa gancu terbuat dari plat secara perlahan mengangkat pasir dari dasar sungai ke perahu.
Di saat perahu sudah berisi pasir dengan cepat sang pemilik menimba air agar perahu tidak tenggelam sementara perahu yang sudah penuh segera menuju pangkalan.
Salah seorang penambang pasir, Doni, yang sudah bekerja hampir 10 tahun merasa bersyukur karena usaha ini sudah membantu perekonomian kelaurga.
Sebelumnya, Doni sempat menjadi tukang ojek namun hasil yang didapat tidaklah seberapa sementara dengan penambang pasir bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, kendala yang dihadapi jika air sungai sedang tinggi. (vian)