MUARA ENIM, fajasatu – Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih terus merebak di negeri yang indah ini. Banyak kegiatan masyarakat yang dibatasi yang berdampak perubahan sosial ekonomi masyarakat.
Namun tidak demikian dengan Raden Maulana Mubarak. Alumni Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan ini malah memanfaatkan situasi ini untuk beternak jangkrik di Kelurahan Pasar I dan Air lintang Muara Enim.
Pemuda yang akrab disapa Barak ini memang belum lama lulus dari bangku kuliah. Meski bertolak belakang pendidikannya, namun dirinya terlihat enjoy dengan kegiatanya kini.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi, dirinya mulai belajar cara merawat jangkrik pada Juli lalu.
Berkat keuletan dan kegigihannya, akhirnya dia bertemu seorang kawan yang sama aktif di kegiatan jurnalistik yang memiliki keinginan yang sama untuk membudidayakan Jangkrik.
Dengan alasan, di masa pandemi ini dirinya harus tetap produktif untuk tetap bertahan dan memiliki pemasukan keuangan.
Dikatakan Barak, mulanya jangkrik ini diternak untuk pakan ikan gabus, karena selain beternak jangkrik, sebelumnya dia telah membudidayakan ikan Gabus. Berawal dari sanalah ia berkeyakinan bahwa jangkrik pun memiliki pasar yang cukup menjanjikan.
“Sebelumnya, saya memang sering melakukan diskusi kecil dengan beberapa kios burung yang ada di Muara Enim. Hampir rata-rata dari mereka kekurangan pasokan jangkrik dari wilayah Muara Enim sendiri, hingga harus memesan ke luar kota,” ucapnya saat ditemui fajarsatu.com di kediamannya, Selasa (31/8/2021).
Ia tertarik menekuni dunia Jangkrik ini, karena bisa dilakukan di rumah dan tidak terlalu memakan tempat. “Proses pembesarannya bisa dilakukan di sebuah kotak berukuran kurang lebih 2 meter dengan lebar 1,5 meter,” ujar disela-sela kesibukannya.
Barak bercerita, mulanya ia menetaskan telur sebanyak 3 ons dalam satu kotak jangkrik yang sudah disiapkan. Karena belum terlalu mengenal dunia Jangkrik di Sumatera Selatan, Barak memesan jangkrik tersebut ke tanah Jawa, Tulung Agung.
“Empat hari pengiriman telur-telur tersebut sudah ada yang menetas sehingga siap tebar,” kata Barak.
Ia mengungkapkan, panen pertama, dari 3 ons telur yang dibudidayakan tersebut menghasilkan sekitar 15 kg jangkrik.
“Alhamdulillah, meski belum terbilang sukses namun ini merupakan langkah awal menuju kesuksesan. Nyatanya hampir 90 persen proses yang kami lakukan, sudah terbilang tepat untuk tumbuh kembangkan jangkrik,” katanya.
Barak menambahkan, merawat jangkrik ini tidak terlalu sulit dan repot, penetasan biasanya memakan waktu maksimal 10 hari semua telur sudah menetas.
“Pada fase ini Jangkrik tidak boleh kehabisan minum, biasanya, batang pisang diiris tipis menjadi solusi tepat untuk menjaga pasokan air dan kelembaban kotak jangkrik,” kata dia.
Selanjutnya, lanjut Barak, peternak bisa memasukan tambahan pakan lain, seperti irisan pepaya muda, batang Pepaya, Labu Siam, Sawi, daun Singkong dan banyak tumbuhan hijau lain yang bisa menjadi pakan alternatif selain Voer
“Hingga, saat yang paling dinanti tiba, yaitu panen, panen pertama tentunya memiliki kesan yang tidak biasa-biasa saja. Awalnya pemasaran cukup sulit namun bertahap kini saya sudah memiliki beberapa pelanggan di Kecamatan Muara Enim dan Semendo Darat Ulu,” ungkapnya bangga.
Bertahap, kini dirinya bersama beberapa kawan telah memiliki enam kotak Jangkrik, ada yang dibuat sendiri dan ada juga yang didapat dari mantan peternak Jangkrik yang sudah pensiun, kotak-kotak tersebut berada di dua lokasi peternakan, di area Kelurahan pasar 1 dan Air lintang.
“Semua kebutuhan Jangkrik ini, pada dasarnya sangat mudah ditemui, biasanya dalam kurun 35 hari, Jangkrik sudah siap panen, namun yang paling penting adalah, seberapa disiplin kita merawatnya” pungkas Barak sumringah. (vian)