Oleh: Salma Rufaidah, S.Sos
(Pengamat Sosial)
SESUNGGUHNYA Allah akan mengubah suatu kaum bila kaum tersebut mau berubah. Demikian penggalan terjemahan surat Ar Ra’du ayat 11. Allah SWT ingatkan pada manusia bahwa masalah yang dihadapi saat ini terkait pandemi covid 19 akan mengalami perubahan bila manusia mau berubah sesuai yang Allah tuntunkan.
Rumitnya kasus Covid 19 yang belum surut saat ini diperparah dengan beberapa kasus terutama konflik horizontal yang terjadi di masyarakat. Kasus ini bila dibiarkan akan mengakibatkan tidak berjalannya penanganan covid ini.
Konflik baik terjadi antar masyarakat, pihak nakes dan pelaksana program terkait covid. Contoh kasus 1 di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Warga memukul dan menganiaya petugas, walaupun diakhiri dengan mediasi. Hal tersebut disebabkan warga ingin mengambil jenazah keluarga yang terkena covid
Kasus 2 Desa Sianipar, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba Sumatera Utara. Seorang warga isoman diisolasi di sebuah gubuk di hutan, mendapat umpatan, pukulan dan lemparan batu, saat diketahui warga tersebut keluar area (kompas.com, 24/7/2021).
Kasus 3 keluarga akan mendokumentasikan proses pemulasaran jenazah, dilarang petugas karena tidak menggunakan APD sehingga timbul keributan dan menyebabkan luka ringan pada nakes (kompas TV,28/7/2021)
Kasus 4 protes warga di kalangan pedangan tentang sikap satpol PP yang bertindak anarkis (MMC,31/7/2021).
Permasalahan tersebut mungkin saja lebih banyak dari yang diberitakan media. Kesalahan menerima informasi menjadikan kesalahan dalam bersikap dan bertindak. Simpang siurnya berita, termasuk berita hoax menyebabkan masyarakat menyimpulkan dan bertindak menurut caranya masing-masing.
Seharusnya saat masalah ini muncul pemerintah pusat dan daerah sampai ke pelosok-pelosok disertai petugas kesehatan memberikan penjelasan, pengarahan, edukasi sehingga salah informasi tidak akan terjadi apalagi sampai berujung penganiayaan, pengrusakan. Selain salah informasi, masyarakat semakin merasakan kebingungan dan semakin tidak percaya terhadap berbagai kebijakan yang dilakukan negara.
PPKM yang diperpanjang dan berbagi level membuat masyarakat semakin kesulitan dalam menghadapi hidup. Sehingga masyarakat menyimpulkan bahwa beragam kebijakan semakin banyak korban meninggal baik covid maupun karena kesulitan ekonomi. Belum lagi masalah pendidikan, konflik keluarga, kriminal dan sebagainya.
Penanganan yang komprehensif dalam penanganan covid ini bagaikan pungguk merindukan bulan. Minimnya obat-obatan, kurangnya ketersediaan tabung oksigen, RS yang tidak bisa menampung semua pasien, tenaga kesehatan yag terbatas dan sebagainya. Belum lagi bantuan sosial yang dikorupsi, distribusi yang ricuh di berbagai daerah, semakin membuat masyarakat tidak percaya pada kebijakan negara.
Sikap negara yang abai dan lalai bisa membuat masyarakat jenuh dengan masalah covid ini dan memungkinkan muncul sikap emosional.Negara harus memberikan informasi jelas kepada masyarakat.
Bila kebijakan publik menambah penderitaan masyarakat maka akan memberi peluang gelombang protes dan semakin muncul ketidakpercayaan pada masyarakat.
Lalu apakah masalah ini bisa membawa perubahan? masyarakat saat ini menggambarkan tentang sistem yang berlaku. Bila masyarakat kurang memahami makna perubahan hakiki, maka hanya akan membawa perubahan parsial saja.
Mengingat negara Indonesia menganut sekuler kapitalis, mengutamakan para pemilik modal dan tidak mendukung kepentingan masyarakat. Sehingga walau pun berganti menteri atau presiden selama landasan masih kapitalis tidak akan membawa perubahan dalam membawa kesejahteraan dan keberkahan.
Konflik sosial yang terjadi secara horizontal sesungguhnya bisa membawa perubahan sosial konstruktif namun bukan sekedar mengganti orang tapi landasan yang fundamental berdasarkan Islam kaffah.
Islam sebagai ajaran yang sempurna memiliki solusi dalam mengatasi konflik sosial. Islam memiliki langkah mengatasi konflik yaitu tabayun (klarifikasi), tahkim (mediasi), syuro (musyawarah), al ‘awfu (saling memaafkan ), al ishlah (berdamai). Langkah tersebut bukan hanya tataran individu dan masyarakat saja tapi juga negara. Apalagi dengan konflik horizontal yang muncul ini disebabkan pengabaian negara terhadap rakyat. HR. Abu Daud menjelaskan bahwa mendamaikan perselisihan itu lebih utama derajat daripada puasa, sholat, zakat dan sedekah. Mengapa? karena perselisihan itu membinasakan.
Dengan demikian, hal urgen untuk mengajak umat Islam –baik individu, masyarakat, negara- untuk kembali pada penerapan Islam, meraih ridlo Allah baik di dunia maupun akherat. Insyaallah keberkahan akan terwujud sebagaimana yang Allah janjikan. Wallahu ‘alam bishshawab.
Catatan: isi di luar tanggung jawab redaksi