Oleh: Wida Eliana
(Member Amk)
BANGSA yang besar adalah bangsa yang memerhatikan pendidikan bagi generasinya. Kita akui bersama bahwa masih banyak permasalahan di dunia pendidikan saat ini yang menuntut segera dipenuhi dan dibenahi, diantaranya adalah keterbatasan jumlah gedung sekolah negeri.
Bupati Bandung Dadang Supriatna mengungkapkan, setiap ada pertemuan dengan masyarakat di 16 kecamatan Kabupaten Bandung, mereka selalu mengeluhkan masalah gedung SMAN yang jauh dari jangkauan rumah mereka. Apalagi setelah diberlakukan kebijakan zonasi, jarak menjadi salah satu penentu lulus tidaknya siswa-siswi SMP lolos ke SMA negeri. Oleh karena itu masyarakat mengusulkan adanya penambahan gedung SMAN tersebut.(Cendananews.com)
Diakui oleh Dadang, sampai saat ini keberadaan SMAN belum merata di setiap kecamatan, bahkan masih ada kecamatan yang belum ada SMA negerinya. SMAN yang ada pun masih belum sebanding dengan lulusan SMP baik negeri maupun swasta. Merespon usulan masyarakat, Dadang menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Bandung tengah mengajukan penambahan 16 unit gedung SMAN ke Dinas Pendidikan Jawa Barat, dengan harapan pengajuan tersebut disetujui dan segera terealisasi.
Jarak tempuh, sarana-prasarana, kualitas dan kuantitas sekolah termasuk besaran biaya sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah secara menyeluruh di berbagai wilayah termasuk daerah pelosok, bukan hanya di Kabupaten Bandung. Jangan sampai untuk menempuh sekolah, murid harus melewati jembatan gantung yang penuh resiko. Semestinya pemenuhan jumlah sekolah tidak berdasar kepada desakan masyarakat, tetapi sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam pemenuhannya.
Begitupun kualitas sekolah dan pembiayaannya. Di tengah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, sekolah negeri menjadi pilihan para orang tua agar beban biaya tidak terlalu berat. Namun apadaya masuk sekolah negeri tidaklah mudah. Terjadi persaingan disebabkan jumlah yang tidak memadai. Hal ini tidak dipungkiri memunculkan masalah baru yaitu adanya peluang suap menyuap demi memperoleh kesempatan di sekolah negeri.
Belum lagi berbicara kekurangan dan kualitas guru, rusaknya moral siswa, minimnya gaji guru honorer, bongkar pasang kurikulum, PJJ, serta melambungnya biaya pendidikan yang membebani. Berbagai usaha meningkatkan mutu pendidikan terus dilakukan seperti sertifikasi, pelatihan, studi banding dan yang lainnya, akan tetapi sampai saat ini bukan perbaikan yang didapat malah permasalahan pendidikan semakin mencuat.
Carut marut dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan dari aturan yang diterapkan oleh sebuah negara. Kapitalisme-sekular yang diadopsi negeri ini menimbulkan banyak masalah bukan hanya di bidang pendidikan. Kapitalisme yang menitikberatkan kepada kapital atau keuntungan menyebabkan biaya pendidikan melambung tinggi. Sangat sulit dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Maka wajar angka putus sekolah terus meningkat apalagi di masa pandemi.
Ketidakmampuan pemerintah menyediakan sarana-prasarana sekolah, kekurangan guru karena didasarkan pada untung rugi, tidak menjadi prioritas, akhirnya banyak sekolah swasta bermunculan. Akan tetapi lagi-lagi karena orientasinya adalah keuntungan tetap saja menjadi beban banyak para orang-tua.
Sekularisme, yaitu dipisahkannya peran agama (Islam) dari kehidupan termasuk dunia pendidikan, tak terbendung melahirkan rusaknya moral generasi. Diperparah gempuran media porno, minimnya teladan membuat miris orang-orang yang masih memiliki akal sehat. Mau dibawa kemana arah pendidikan negeri ini?
Sebagai orang yang beriman tentu saja realita yang ada tidak menjadikan kita putus asa. Masih ada harapan perbaikan ke depan, asalkan terjadi perbaikan yang mendasar, yaitu dengan Islam bukan berkutat pada kapitalisme-sekular.
Islam ketika diterapkan secara kafah atau menyeluruh telah membuktikan keunggulan di berbagai bidang tak terkecuali bidang pendidikan. Islam telah mewajibkan mencari ilmu bagi setiap individu warga negara. Oleh karena itu keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan dibebankan kepada negara.
Setiap individu dipermudah untuk mengakses pendidikan dengan berbagai jenjangnya nyaris tanpa biaya. Kaya, miskin, muslim, non muslim semua memiliki hak yang sama tanpa dibeda-bedakan. Dalam sistem Islam seluruh sekolah memiliki kualitas yang sama. Kalaupun ada sekolah swasta untuk membantu pemerintah, haruslah memiliki standar yang sama dengan sekolah yang diselenggrakan negara.
Tanpa ilmu pengetahuan, sebuah bangsa akan diliputi dengan kebodohan yang identik dengan kegelapan. Tidak akan memahami tujuan hidup, cita-cita mulia, mengembangkan potensi, dan yang lainnya agar bermanfaat bagi kehidupannya di dunia terutama akhirat. Pendidikan dalam Islam berbasis akidah Islam bukan sekularisme. Maka out put pendidikan melahirkan manusia unggul di bidang akademik juga faham agama. Sebagai contoh Al Biruni, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, dan masih banyak lagi.
Keunggulan Islam menempatkan ilmu sebagai cahaya yang harus diraih oleh seluruh warga negara baik secara formal maupun non formal. Sejak dari buaian sampai usia tua. Ibaratnya orang yang menempuh ilmu, sedang berjalann dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu, barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa menginginkan keduanya (dunia akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.” (HR. Ahmad).
Itulah keutamaan ilmu dalam pandangan Islam. Maka dari itu agar keluar dari carut marutnya dunia pendidikan haruslah beralih kepada sistem Islam yang telah terbukti menghantarkan generasi kepada generasi cemerlang.
Wallahu’alam bii ashshawabb
Catatan: isi di luar tanggung jawab redaksi