Oleh: Syamsudin Kadir
(Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jabar dan Penekun Kebijakan Publik di Pascasarjana Universitas Majalengka)
HARI ini Ahad 24 Oktober 2021 saya menghadiri secara online acara pelantikan pengurus DPW Persatuan Ummat Islam (PUI) Sumatra Barat periode 2021-2026. Acara yang dihadiri oleh Ketua Majelis Syuro DPP PUI KH. Dr. Ahmad Heriawan, M.Si., Ketua Umum DPP PUI KH. Nurhasan Zaidi, dan Ketua DPW PUI Jawa Barat H. Iman Budiman, M.Ag. ini juga dihadiri oleh unsur pengurus DPP PUI dan pengurus PUI lintas propinsi dan kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Acara yang diselenggarakan secara ofline di Kota Padang dan online (zoom meeting) ini dihadiri oleh unsur pemerintah dan DPRD propinsi Sumatra Barat, ormas Islam di Sumatra Barat, tokoh masyarakat dan tokoh adat Sumatra Barat dan pengurus DPW serta DPD PUI Se-Sumatra Barat.
Acara ini sangat menarik karena mengangkat tema yang juga menarik, yaitu, “Mengokohan Peran PUI Sumatera Barat dalam Mewujudkan Persatuan Ummat”. Walau dibatasi oleh Sumatra Barat, tema ini sejatinya sangat relevan bagi struktur dan jama’ah PUI yang ada di seluruh Indonesia.
Pada acara kali ini H. Supardi selaku Ketua DPRD Sumatra Barat menyampaikan sambutan dengan beberapa poin sekaligus pesan penting yang perlu menjadi perhatian PUI dan umat Islam ke depan, yaitu, pertama, ummat Islam mesti melek dan pemberdayaan media massa dan sosial.
Menurutnya, ummat Islam perlu mengambil bagian dalam memajukan dan memanfaatkan media termasuk media sosial. Sehingga berbagai media yang ada terisi dengan gagasan konstruktif bukan destruktif.
Kedua, ummat Islam mesti terlibat dalam penguatan peran pemersatu ummat dan bangsa. Keragaman organisasi baik internal ummat Islam maupun eksternal ummat Islam perlu dijaga soliditas dan kerjasamanya dalam memajukan bangsa, termasuk memajukan daerahnya masing-masing. Kehadiran PUI di Sumatra Barat tentu sangat menguntungkan, sebab ini menjadi penguat bagi elemen lain dalam membangun soliditas dan kebersamaan dengan elemen lain yang ada di Sumatra Barat.
Ketiga, berperan aktif dalam meningkatkan kontribusi untuk kemajuan ummat dan bangsa. Kebersamaan ormas Islam akan berdampak signifikan bagi kemajuan daerah bahkan bangsa. Karena itu, perlu ada upaya mencari titik temu sehingga mampu bekerjasama dalam agenda keummatan dan kebangsaan. Segala hal yang memungkinkan untuk mengokohkan soliditas perlu diperkuat dan menjadi perhatian bersama.
Pada sesi berikutnya, H. Mahyeldi Ansharullah, S.P. selaku Gubernur Sumatra Barat juga memberikan sambutan dengan beberapa poin penting, pertama, kehadiran PUI di Sumatra Barat adalah anugerah yang diharapkan bisa menjalankan peran penguatan dan pemeratu ummat di tengah dinamika dan kompleksitas tantangan kini dan ke depan. PUI mesti menjadi pembawa solusi dan pelaku perubahan di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi ummat dan bangsa.
Kedua, PUI perlu menjadi pemersatu keragaman dan penguat keummatan. Kaderisasi internal organisasi mesti diperkuat dengan pemberdayaan berbagai elemen di dalamnya, sehingga semakin berkontribusi bagi penguatan keummatan dan kebangsaan. Bukan saja di lingkup Sumatra Barat tapi juga di level nasional Indonesia. Karena itu, PUI mesti hadir di tingkat nagari atau setiap desa atau kelurahan. Sehingga PUI semakin dikenal dan berkontribusi secara ril di tengah masyarakat.
Pada sambutannya, KH. Nurhasan Zaidi selaku Ketua Umum DPP PUI menyampaikan beberapa poin, pertama, semangat keislaman mewarnai keberadaan organisasi keumatan di Indonesia. Hal ini perlu diingatkan agar ummat tidak kehilangan akar sejarahnya sekaligus semakin menyadari bahwa dirinya merupakan sebagai bagian tak terpisahkan dari elemen ummat yang berbeda.
Kedua, semangat berbangsa dan bernegara adalah inspirasi Islam. Islam tidak merintangi keberadaan bangsa dan negara. Khususnya Indonesia dengan dasar pancasilanya justru merupakan nilai-nilai akumulatif dari nilai-nilai Islam. Islam seperti juga PUI pun sangat mengafirmasi Pancasila dengan segala dinamika dan upaya objektifikasinya. Hal ini menjadi penting agar ummat dan elemen bangsa semakin solid dan berperan aktif bagi kemajuan bangsa dan negara.
Ketiga, penguatan kaderisasi dan organisasi. Kaderisasi adalah kunci utama sebuah organisasi. Sehingga mesin kaderisasi mesti terus dihidupkan, ia tidak boleh mati. Hidupnya kaderisasi adalah hidupnya organisasi. Hal lain, organisasi juga perlu dilakukan pembenahan dalam banyak sisinya. Perbaikan dan penguatan struktur organisasi diimbangi oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia. Termasuk penguatan ukhuwah Islamiyyah (Islam) dan ukhuwah wathoniyah (negara) juga perlu menjadi fokus perhatian dan prioritas.
Pada acara yang sama KH. Dr. Ahmad Heriawan, M.Si selaku Ketua Majelis Syuro DPP PUI turut menyampaikan sambutan sekaligus khutbah ke-PUI-an. Mantan Gubernur Jawa Barat dua periode (2008-2013 dan 2013-2018) ini menyampaikan beberapa poin penting. Pertama, PUI adalah organisasi masyarakat berbasis massa Islam yang tergolong tua. Ia lahir sebelum Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan sekutunya. Sehingga tokoh-tokohnya termasuk yang terlibat dalam pembentukan negara dan penyusunan konstitusi melalui keterlibatan mereka dalam BPUPKI.
Kedua, gerakan dan organisasi massa Islam memiliki koneksi dan keterkaitan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Ulama Syeikh al-Kahtib al-Minangkabawi asal Sumatra Barat adalah salah sosok yang berkontribusi besar dalam dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia. KH. Abdul Halim, salah satu dari tiga pendiri PUI, adalah sosok yang punya hubungan keilmuan dengan sosok ulama asal Sumatra Barat tersebut.
Mereka pernah bersama-sama tinggal dan bergulat dengan ilmu pengetahuan di Mekkah. Bila KH. Abdul Halim menjadi murid, maka al-Khatib menjadi gurunya. Bahkan al-Khatib juga merupakan guru dari pendiri Ormas Islam lainnya yang ada di Indonesia.
Ketiga, ormas Islam memiliki peluang besar yang sama untuk berkontribusi bagi kemajuan ummat dan bangsa. Pada publikasi sebuah lembaga survey menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia yang berafiliasi dengan ormas hanya sekitar 53%. Itu berarti 47% sisanya masih belum berafiliasi dengan ormas yang ada. Hal ini menunjukkan betapa ormas Islam punya peluang besar untuk terus melakukan ekspansi organisasi di tengah ummat. Terutama untuk mengenalkan organisasi dan perjuangannya kepada masyarakat yang belum mengenal atau belum terlibat dalam ormas Islam.
Keempat, ormas Islam mesti hadir di tengah ummat dengan cara yang damai, aman dan menyamankan. Ummat Islam mesti hadir dengan keindahan dan kemudahan, bukan dengan cara yang buruk dan kesulitan. Sebab ummat Islam diutus untuk menjadi dan menghadirkan rahmat bagi semua. Ummat Islam juga mesti terus menjaga toleransi dan kesejukan diantara sesama ummat Islam dan antar ummat yang berbeda keyakinan. Itulah yang membuat bangsa ini semakin kokoh dan bersatu padu untuk maju bersama bahkan berkontribusi bagi kemajuan peradaban dunia.
Dari seluruh pesan para tokoh di atas bila dirinci dan ditelisik lebih mendalam maka pesannya sama yaitu pentingnya ummat Islam terutama PUI untuk meningkatkan kontribusinya dalam meningkatkan kualitas ummat, pemberdayaan masyarakat, pemersatu elemen bangsa dan berkontribusi bagi kemajuan umat.
Di samping itu, PUI perlu menghadirkan dakwah Islam yang damai, toleran dan moderat. Peran dan kontribusi semacam ini, terutama untuk kemajuan bangsa, tentu bukan semata-mata dibebankan pada PUI, tapi juga pada ormas Islam lainnya, bahkan juga elemen non muslim. Akhirnya, mari bersatu padu dan kokohkan barisan untuk kemajuan ummat dan bangsa sekaligus negara yang kita cinta Indonesia! (*)