Oleh: Syamsudin Kadir
(Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat)
PERSATUAN Ummat Islam (PUI) merupakan salah satu organisasi tertua di Jawa Barat bahkan Indonesia yang berbasis massa Islam. Sejak terlahir pada 21 Desember 1917 silam, PUI punya kontribusi besar dalam dinamika politik Indonesia, termasuk di Jawa Barat.
Pendiri PUI merupakan tiga serangkai yang bukan saja dikenal sebagai tokoh PUI tapi juga pemimpin masyarakat. Ketiganya merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi Choosakai, sebuah lembaga yang sangat menentukan dalam pendirian negara kesatuan Republik Indonesia.
Mereka adalah KH Abdul Halim (asal Majalengka), KH Ahmad Sanusi (asal Sukabumi) dan Mr R Syamsuddin (asal Sukabumi), semuanya di Jawa Barat.
Jasa baik dan kontribusi ketiganya pada sejarah dan perjalanan politik keumatan dan kebangsaan Indonesia tergolong jenial dan layak diapresiasi oleh siapapun. Dalam konteks negara, kita pun mendapatkan kabar yang menggembirakan bahwa ketiganya dianugerahi bintang Maha Putra Utama melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 048/TK/Tahun 1992 Tertanggal 12 Agustus 1992 dan pada 10 November 2008, KH. Abdul Halim dianugerahi gelar Pahlawan nasional oleh Presiden Republik Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kepemimpinan PUI di tingkat pusat pernah dipimpin oleh KH Abdul Halim, KH Junaidi Mansur, KH Azis Halim, KH Affandi Ridwan, KH Kholid Fadlullah, Dr KH Ahmad Heryawan, Lc, M.Si, KH Nurhasan Zaidi, S.Sos. I, KH Nazar Haris, MBA dan kini yang kembali memimpin adalah KH Nurhasan Zaidi, S.Sos.I.
Konteks Jawa Barat
PUI di Jawa Barat membentuk kepengurusan untuk tingkat wilayah Jawa Barat pada tahun 1975. Berdasarkan Hasil Muktamar VII (Sukabumi, 22-26 Januari 1975), PB PUI memberikan mandat penuh kepada ulama Jawa Barat, KH EZ Abidin untuk menyusun pengurus wilayah Jawa Barat. (https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2011/03/14/46946/).
Dihadiri oleh 10 perwakilan Pengurus Daerah (PD) yang masing-masing terdiri dari dua orang, forum musyawarah memutuskan KH EZ Abidin dan Musthafa AF sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum PW PUI Jawa Barat untuk pertama kalinya. Dalam sejarah pergerakan PW PUI Jawa Barat, kegiatan tersebut ditetapkan sebagai Konferensi wilayah I. Masa kepengurusan KH EZ Abidin berlangsung sampai tahun 1986. Beliau memimpin untuk periode 1975-1980 dan 1980-1986.
Berikutnya, PUI Jawa Barat dipimpin KH EA Djazuli dan H Musthafa AF (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 1986-1991), Ir Drs Hasjim Soedarbo dan Drs HM Iding Bahrudin, M.M.Pd (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 1991-1995), Ir Drs Hasjim Soedarbo dan Drs Jaja Jahari, M.Pd (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 1995-2000), serta Dr KH Jaja Jahari, M.Pd dan Drs HM Iding Bahrudin, M.M.Pd (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 2000-2005).
Kepemimpinan DPW PUI Jawa Barat berikutnya Prof Dr KH Jaja Jahari, M.Pd dan Drs M Ilyas, M.Ag (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 2005-2010), Drs M Iding Bahrudin, M.M.Pd dan H Fakhrudin Rusyibani, SH (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 2011-2016), Dr H Engkos Kosasih, Lc, M.Ag dan H Saefulloh Ma’ruf, SH.I (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 2016-2021) dan H Iman Budiman, S.Th.I, M.Ag (Ketua Umum) dan H Saefullah Ma’ruf, SH.I (Ketua Umum dan Sekretaris Umum periode 2021-2026).
Sepak terjang tokoh PUI asal Jawa Barat di level nasional tergolong menggembirakan dan patut diteladani. Dr KH Ahmad Heryawan, Lc, M.Si (Kang Aher), misalnya, pernah menjadi Ketua Umum Majelis Pemuda PUI yang belakangan dirubah menjadi organisasi otonom di tubuh PUI bernama Pemuda PUI. Berikutnya, beliau menjadi Ketua Umum DPP PUI, dan kini masih menjadi tokoh senteral PUI sebagai Ketua Majelis Syuro PUI.
Lalu, nama lain adalah KH Nurhasan Zaidi, S.SosI (Pak Nurhasan) yang kini menjadi Ketua Umum DPP PUI, awalnya merupakan Ketua Umum PP Pemuda PUI. Bahkan termasuk Ketua Umum PP Pemuda PUI yang pertama. Begitu juga H Iman Budiman, S.Th.I, M.Ag (Kang Ibe) selaku Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat periode sekarang (2021-2026), dulunya pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda PUI Jawa Barat, lalu diamanahi menjadi Ketua Umum DPP Pemuda PUI dan Sekretaris Jenderal DPP PUI.
Selain itu, salah satu bagian penting dalam sejarah PUI adalah ketika salah satu tokohnya mendapat amanah masyarakat Jawa Barat untuk memimpin Jawa Barat selama dua periode. Beliau adalah Dr. KH. Ahmad Heryawan, Lc., M.Si., akrab disapa Kang Aher. Kang Aher pernah menjabat sebagai anggota DPRD DKI Jakarta (periode 1999-2004) dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta (periode 2004-2009).
Pada tahun 2008, suami dari Dr Netty Prasetiyani ini mengikuti kontetasi politik: pemilihan kepala daerah (pilkada) Jawa Barat, yang kelak terpilih atau mendapat amanah untuk memimpin pada periode 2003-2008 dengan memperoleh 7.287.647 suara. Bahkan pada tahun 2013 politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini maju kembali pada pilkada Jawa Barat dan terpilih kembali menjadi Gubernur Jawa Barat untuk periode 2013-2018.
Misi yang dibawa Kang Aher adalah menciptakan masyarakat yang memiliki dasar pengetahuan (knowledge) untuk melahirkan dunia baru, dalam hal ini Jawa Barat. Selain itu, beliau juga memprioritaskan pada pendidikan murah dan terjangkau, menghadirkan lapangan kerja yang mudah diakses, kesehatan masyarakat yang terjaga, perbaikan ekonomi di sektor ril, dan pembenahan infrastruktur di seluruh Jawa Barat.
Dampaknya, Jawa Barat termasuk kategori propinsi paling maju di Indonesia hingga kini yang ditandai dengan berbagai kemajuan di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, infrastruktur, ekonomi, lingkungan hidup, pertanian, industri, birokrasi, dan sebagainya. (https://id.m.wikipdia.0rg/wiki/Ahmad_Heryawan).
Pada saat memimpin Jawa Barat, Kang Aher selaku kepala daerah mendapat berbagai penghargaan dari negara: Jawa Barat mendapat 150 penghargaan dari pemerintah, dan pada tahun 2015 Jawa Barat berhasil meraih penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara untuk yang kelima karena dinilai memiliki perencanaan pembangunan terbaik dan sukses meningkatkan kualitas pembangunan daerah.
Kesuksesan sosok yang murah senyum dan akrab dengan semua kalangan ini dalam memimpin Jawa Barat membuatnya dinobatkan sebagai Tokoh Perubahan 2011 oleh salah satu media massa nasional, Republika. Selain itu, KH. Abdullah Syukri Zarkasyi (Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo-Jawa Timur), dan beberapa tokoh lainnya juga mendapatkan penobatan serupa. (www.republika.co.id/berita/m2mmhv/tokoh-perubahan-republika-2011).
Keterpilihan Kang Aher untuk memimpin Jawa Barat dan penghargaan yang diterimanya mengandung pesan penting, pertama, PUI terbukti memiliki basis massa yang cukup kuat di Jawa Barat. Hal ini sangat wajar, sebab PUI lahir dan besar pertama kali di Jawa Barat. Bahkan para tokoh pendirinya berasal dari Jawa Barat, tepatnya di Majalengka dan Sukabumi. Dan kini sudah menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Bogor, Bekasi, Cianjur, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon, Indramayu, Kuningan, Subang, Purwakarta dan sebagainya.
Kedua, PUI masih mendapat respon positif dari masyarakat Jawa Barat. Walaupun jumlah warga PUI di Jawa Barat cukup banyak namun hal tersebut bukan berarti sebagian besar warga Jawa Barat ikut bergabung dengan PUI. Sebab seperti yang diakui oleh Kang Aher dalam beberapa pertemuan bahwa jumlah masyarakat yang tidak ikut dalam organisasi berbasis Islam masih cukup banyak, termasuk di Jawa Barat.
Namun, dukungan mereka pada kontestasi politik, dimana Kang Aher sebagai tokoh penting PUI mendapat dukungan yang begitu banyak, bukan saja dari warga PUI tapi juga masyarakat non PUI lintas latar belakang.
Ketiga, ekspansi PUI masih tergolong berjalan dengan baik dengan tetap perlu adanya pembenahan di banyak hal. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah struktur PUI di berbagai level. Dari struktur organisasi, misalnya, kini PUI sudah memiliki 23 DPW, 69 DPD, 207 DPC, 621 DPR. PUI juga memiliki struktur tersendiri pada beberapa struktur lembaga seperti Wanita PUI, Pemuda PUI, Pemudi PUI, Hima PUI, Hijar PUI, Brigade PUI, LBH PUI, LAZ PUI dan sebagainya.
Lembaga pendidikan PUI di berbagai kota/kabupaten yang hingga kini semakin menggeliat. Dari berbagai sumber dapat ditemukan bahwa saat ini PUI memiliki sekitar 282 Madrasah Diniyah dan Pendidikan Formal, 308 Raudhatal Atfhal (TK/RA/TPA), 165 Pendidikan Tingkat Dasar (SD/MI), 93 Pendidikan Tingkat Lanjut (MTs/SMP), 47 Pendidikan Tingkat Atas (MA, SMA dan SMK), 7 Perguruan Tinggi (Universitas, STAI, dan STIE), 83 Pondok Pesantren, dan 1.200 Majelis Talim.
Jumlah ini tentu saja dari tahun ke tahun angkanya semakin meningkat, sebab dalam banyak momentum para pemimpin dan kader PUI berkomitmen untuk meningkatkan jumlah amal usaha atau lembaga, di samping memperkuat sekaligus memperkokoh perannya yang sudah dilakoni sejak awal berdiri.
PUI telah berkiprah dalam berbagai bentuk amal usaha atau lembaga. Amal usaha atau lembaga melakukan pelayanan secara terus menerus dalam berbagai sektornya seperti sektor pendidikan, sosial, keagamaan dan pemberdayaan lainnya. Kini kita menyaksikan terhampar simpul-simpul pelayanan dengan jumlah yang tidak sedikit seperti yang disebutkan di atas.
Apa yang dilakoni oleh para tokoh PUI pada tapak sejarah keumatan dan kebangsaan termasuk di lingkup Jawa Barat adalah tempat belajar yang sangat terbuka dan gratis bagi generasi kita saat ini, terutama pada kemampuan mereka dalam mempraktikan dakwah politik yang santun dan transformatif di ranah publik. Bahkan dari sisi kepemimpinan, para tokoh PUI tergolong sukses dan mendapat apresasi dari masyarakat luas juga negara.
Bila para tokoh tersebut mendapatkan mandat masyarakat untuk memimpin dan sukses berdakwah di ranah publik pada zamannya, maka sangat mungkin di era ini dan ke depan para tokoh PUI juga akan mendapat mandat serupa, bahkan lebih dari itu.
Kuncinya adalah soliditas, konsolidasi dan ekspansi PUI di berbagai lini kehidupan masyarakat juga birokrasi pemerintahan, baik di ekskutif dan legislatif maupun di yudikatifnya. Termasuk meningkatkan advokasi sosial dan pelayanan masyarakat amal usaha atau lembaga PUI yang dari waktu ke waktu jumlahnya semakin banyak dan meluas ke berbagai tempat di Jawa Barat dan di luar Jawa Barat. (*)