KESAMBI, fajarsatu – LSM Galang Aspirasi Pemberdayaan untuk Rakyat Amparanjati (Gapura) merasa prihatin konflik internal Keraton Kasepuhan belum nampak ada penyelesaian. Bahkan akhir-akhir ini tambah meruncing dengan muncul tiga sultan dalam satu keraton.
Demikian dikatakan Ketua LSM Gapura, Adjie Priatna kepada fajarsatu.com saat dimintai tanggapannya terkait kisruh internal di Keraton Kasepuah, Sabtu (13/11/2021).
Adjie menambahkan, dirinya sebagai masyarakat Cirebon merasa prihatin dengan kejadian ini sekaligus menjadikan tamparan yang memalukan bagi masyarakat Kota Cirebon yang selama ini bangga dengan budaya dan pariwisata yang mengandung nilai luhur di Kota Wali ini.
“Seyogyanya persoalan ini dapat melibatkan Pemerintah Daerah untuk dapat mengambil alih persoalan ini karena menyangkut performance Kota Cirebon dalam memelihara kelestarian budaya dan destinasi wisata,” katanya.
Pasalnya, lanjut Adjie, persoalan konflik internal ini kini malah merembet ke Situs Taman Kepurbakalaan Goa Sunyaragi yang sudah diakui oleh pemerintah pusat melalui Kemendikbud dengan SK No 139/M/1998 Tanggal 16 Juni 1998 dan SK No 006/M/2016 Tanggal 12 Januari 2017 sebagai Cagar Budaya Nasional.
“Indonesia memiliki ribuan peninggalan bersejarah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional yang tersebar di seantero Nusantara dan Goa Sunyaragi ini menjadi salah satu cagar budaya nasional. Harusnya kita bangga bukan malah msuk area konflik,” ujar Adjie.
Apalagi, tambah dia, muncul di media adanya pemecatan pengelola Badan Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi (BP TAGS) diganti dengan pengelol baru tanpa mencabut SK lama yang ditandatangi Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat.
“Sebagai warga masyarakat, saya tidak mengerti yang melatarbelakangi pemecatan tersebut, tetapi secara kasat mata tindakan ini telah mencoreng muka Kota Cirebon,” ucapnya.
Dikatakan Adjie, jika pemecatan pengelola BP TAGS ada kaitannya dengan kepentingan perlindungan asset konflik internal keraton, jangan mengorbankan Situs Taman Kepurbakalaan Goa Sunyaragi.
“Karena saat ini Goa Sunyaragi sudah menjadi asset nasional dan dalam hal ini keraton bertugas untuk memelihara dan melestarikan asset budaya, bahkan dikembangkan menjadi asset pariwisata,” tandas Adjie.
Ia berharap, apapun konsekwensi dari perbutan tahta di Keraton Kasepuhan jangan melibatkan cagar budaya beserta para pengelolanya yang telah berjuang menjaga, memelihara serta mengembangkan cagar budaya Goa Sunyaragi menjadi destinasi wisata. (irgun)