MAJALENGKA, fajarsatu – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang juga pimpinan Kadin Indonesia yakin, pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB)/Kertajati menjadi Pusat Bengkel Pesawat dengan menyediakan fasilitas maintenance, repair, and overhaul (MRO) bakal ramai. Melengkapi positioning BIJB yang akan dikembangkan selain sebagai bandara khusus haji dan umroh juga sebagai Pusat Logistik Nasional/Cargo Village.
“Data Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat mencatat 46 persen dari pesawat Indonesia masih melakukan MRO di luar negeri. Ini menunjukkan pasar kesempatan untuk mengembangkan fasilitas MRO sangat terbuka. Daripada pihak asing yang menikmati, lebih bagus BIJB dikembangkan sebagai pusat MRO Indonesia. Sehingga maskapai tidak perlu lagi melakukan MRO di luar negeri,” ujar Bamsoet saat melakukan kunjungan kerja dan bertemu managemen BIJB, di Kantor BIJB, Bandara Kertajati Majalengka, Kamis (2/12/21).
Turut hadir antara lain Direktur BIJB Muhammad Singgih, Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto, Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Kakanwil Bea Cukai Cirebon Encep Dudi Ginanjar dan Kepala Biro BUMD dan Investasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat Irfan Hadisiswanto. Hadir pula jajaran Asia Cargo Airlines, antara lain Group CEO Marco Isaak, Chief Operating Officer Fuad Bafana, serta Director of Air Operations Capt. Atiq M Amin.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III Bidang Hukum & Keamanan DPR RI ini menjelaskan, BIJB tinggal membenahi dan menambah beberapa infrastruktur. Antara lain membangun 10 hanggar, dengan 20 slot pesawat berbadan lebar, 16 slot pesawat berbadan sempit. Pembangunannya bisa memanfaatkan lahan 84,2 Ha yang berada dalam kawasan BIJB. Terlebih kawasan bandara masih luas, dari total lahan 1.800 hektare, masih ada 700 hektare yang belum dimanfaatkan.
“Investasi yang diperlukan mencapai Rp 2,5 triliun, dengan payback period diperkirakan mencapai 11,1 tahun. Relatif tidak terlalu tinggi untuk ukuran bisnis MRO. Tidak hanya dimanfaatkan oleh maskapai, MRO di BIJB juga bisa dimanfaatkan untuk merawat pesawat dan helikopter milik TNI-Polri,” jelas Bamsoet.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini meyakini banyak investor yang tertarik. Mengingat berdasarkan kajian Kementerian Perindustrian, memproyeksikan potensi bisnis industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO) di Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai USD 2,2 miliar, naik signifikan dibanding tahun 2016 sebesar USD 970 juta. Hal ini seiring upaya pemerintah yang memacu pengembangan industri jasa penerbangan dalam negeri sejak tahun 2000 sehingga kinerjanya tumbuh dalam satu dekade terakhir.
“Apalagi industri MRO kita semakin kompetitif. Saat ini sudah mampu menyediakan berbagai jasa perawatan pesawat, antara lain airframe, instrument, engine, radio, emergency equipment, dan line maintenance,” pungkas Bamsoet. (gan)