ARJAWINANGUN, fajarsatu – Pembongkaran Pasar Junjang, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon mendapat perlawanan dari puluhan pedagang, Senin (6/12/2021) sore. Para pedagang menghalau alat berat masuk ke area pasar tradisional tersebut.
Pedagang terlibat kericuhan hingga bentrokan fisik dengan ormas yang mengeksekusi pembongkaran.
Pedagang menilai pembongkaran dilakukan tanpa pemberitahua sepihak lantaran belum tercapainya kesepakatan harga kios yang dinilai jauh dari harga normal.
Dalam video amatir yang direkam pedagang, terlihat ratusan pemuda dari Organisasi Masyarakat (Ormas), terlibat kericuhan dengan pedagang yang berupaya menghalau aktifitas alat berat jenis eskavator.
Bahkan, keributan yang bermula dari adu mulut tersebut sempat menimbulkan bentrokan fisik, pedagang yang kalah jumlah, akhirnya pasrah kiosnya dibongkar meski barang dagangannya belum dievakuasi.
Pada hari ini (Selasa, 7/12/2021) siang ini, para pedagang yang kios nya sudah rata dengan tanah, hanya bisa pasrah meratapi tempat usahanya roboh diterjang escavator. Tak sedikit dari barang dagangan mereka hancur bersama puing-puing bangunan yang telah dirobohkan.
Para pedagang kecewa lantaran pembongkaran dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan secara sepihak. Mereka menyebut, pembongkaran Pasar Junjang belum mencapai kesepakatan, terutama terkait harga kios yang dinilai sangat mahal dan jauh dari normal.
“Kami kecewa dengan tindakan pembongkaran pasar yang dilakukan oleh pemborong secara sepihak, bahkan barang-barang dagangan kami yang berada di dalam kios hancur,” salah satu pedagang Iqoh saat di temui dilokasi pembongkaran.
Sementara, kuasa hukum pedagang, Agus Prayoga SH menilai, pembongkaran yang dilakukan pengembang dengan melibatkan ormas dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), terkesan dipaksakan dan mengadu domba pedagang dengan ormas.
“Pembongkaran yang diwarnai bentrokan tersebut terkesan dibiarkan dan tidak dicegah oleh pihak berwenang,” ucap Agus.
Para pedagang menganggap, musyawarah yang selama ini dilakukan belum tercapai kesepakatan, bahkan harga kios yang diajukan pihak pengembang tidak disepakati pedagang karena harganya dinilai sangat mahal.
Para pedagang berharap, ada solusi terkait persoalan yang sudah lama terjadi terkait revitalisasi pasar ini. (yus/dan)