CIREBON – Antisipasi penyebaran Covid-19, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon meminta rumah sakit untuk melakukan kesiapsiagaan. Vaksinasi Covid-19 juga terus digenjot khususnya untuk anak usia 6-11 tahun.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, H. Agus Mulyadi menjelaskan, Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon saat ini terus menggenjot vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun. “Capaian vaksinasi anak saat ini sudah 80,88 persen,” tutur Agus, Selasa (18/1/2022).
Dengan capaian tersebut Pemda Kota Cirebon optimis Kamis (20/1/2022) mendatang bisa mencapai 100 persen atau sebanyak 31.187 anak di Kota Cirebon sudah tervaksin.
Untuk ketersediaan vaksin menurut Sekda mencukupi. Namun vaksin yang tersedia di Kota Cirebon saat ini jenis sinovac dan berdasarkan surat edaran dari Menteri Kesehatan, vaksin tersebut hanya boleh digunakan untuk vaksin anak 6-11 tahun, atau untuk 12 tahun ke atas dosis kedua.
“Sehingga untuk vaksin booster saat ini masih dikoordinasikan antara Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon dengan Dinas Kesehatan Pemprov Jabar,” tutur Agus. Vaksin booster di Kota Cirebon akan dilakukan setelah vaksinasi anak dosis satu selesai.
Saat ini, lanjut Sekda, Pemda Kota Cirebon juga terus berupaya mengantisipasi penyebaran Covid-19 khususnya varian omicron. “Kita sudah minta rumah sakit melakukan kesiapsiagaan,” tutur Agus. Penanganan gelombang kedua Covid-19 varian delta sebelumnya menjadi pengalaman. “Insya Allah siap,” tegas Agus.
Selain itu upaya testing, tracing dan treatment juga terus dilakukan oleh Dinkes Kota Cirebon. Sedangkan untuk pembagian work from home (WFH) dan work from office (WFO) seperti anjuran pemerintah pusat, Sekda menjelaskan pembagian kerja tersebut juga diatur dalam instruksi menteri dalam negeri (inmendagri), yaitu sektor esensial dan non esensial.
“Khusus untuk Kota Cirebon, ASN kita anggap esensial semua, jadi 100 persen,” tutur Agus. Terlebih saat ini Kota Cirebon sudah masuk pada penerapan PPKM level satu kembali, sehingga masih diterapkan 100 persen bekerja dari kantor. “Tapi ada evaluasi setiap satu minggu. Kalau memang ada kenaikan kita evaluasi,” tutur Agus.
Seperti diketahui, pemerintah pusat melalui Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memprediksi puncak gelombang Covid-19 varian omicron akan terjadi pertengahan Februari hingga awal Maret 2022. Prediksi tersebut mengacu pada penularan varian ini yang terjadi di sejumlah wilayah di negara lain seperti Afrika Selatan.
Sementara itu, Direktur RSD Gunung Jati, dr. Katibi, menjelaskan seluruh sarana dan prasarana telah mereka siapkan untuk mengantisipasi puncak penyebaran Covid-19 varian omicron. “Pada prinsipnya dari sisi sarana dan prasarana kita saat ini siap pakai,” tutur Katibi.
Saat ini, manajemen rumah sakit sudah menyiagakan ruang flu burung yang berisi 6 tempat tidur sebagai ruang isolasi pasien Covid-19. Namun jika keterisian ruang ini lebih dari 80 persen maka mereka masih memiliki ruang teratai 1 dan teratai 2. Selanjutnya jika kedua ruang tersebut tingkat keterisiannya mendekati 80 persen, maka ruangan lain juga disiapkan.
Total ada 216 tempat tidur yang disiapkan oleh RSD Gunung Jati untuk penanganan pasien Covid-19. Sedangkan untuk tenaga kesehatan, mereka memiliki sekitar 200 orang yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, tenaga perawat, tenaga radiologi dan lainnya. (irgun)