CIREBON – Keragaman seni kerajinan batik sebagai warisan budaya Indonesia merupakan refleksi kebudayaan yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri. Demikian pula dengan perbatikan di Cirebon yang dikatakan sebagai sentra batik tertua dan besar pengaruhnya terhadap pola batik di sentra-sentra batik lain di Jawa Barat.
Awalnya batik di Cirebon berangkat dari lingkup istana, baik kesultanan Kasepuhan maupun kesultanan Kanoman. Apalagi letaknya yang berada di pantai utara Jawa, memungkinkan Cirebon menjadi tempat bertemunya berbagai kebudayaan, sehingga sangat berpenaruh pada keunikan motif batiknya.
Lokasinya yang berada di pantai utara Jawa, memungkinkan Cirebon menjadi tempat bertemunya berbagai kebudayaan.
Berbagai motif batik khas Cirebon banyak tercipta, salah satunya yang terkenal adalah motif batik Mega Mendung. Namun ternyata tidak hanya motif batik Mega Mendung, ada 14 motif lainnya yang wajib diketahui.
- Motif Mega Mendung
Motif batik mega mendung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis batik di kota Cirebon yang paling terkenal. Batik mega mendung ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan daerah lain, yakni motifnya berupa gambar yang mirip dengan awan dengan warna cerah.
Nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalamnya berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik Cirebon secara keseluruhan.
Motif batik Cirebon satu ini mendapatkan inspirasi dari garis-garis awan dengan bentuk lancip, lonjong dan segitiga. Semua bentuk ini juga dipengaruhi oleh unsur-unsur China, namun tetap yang menjadi pembeda adalah pada bentuk China awannya bulat, sedangkan mega mendung bentuknya lancip dan lonjong.
Motif paling terkenal dari Cirebon ini didaftarkan ke UNESCO untuk memperoleh pengakuan sebagai salah satu warisan budaya dunia. Selain itu, motif mega mendung sempat dipakai menjadi cover buku yang berjudul “Batik Design” terbitan dari luar negeri.
Buku tersebut ditulis oleh Pepin Van Roojen, warga asli negara Belanda. Kemudian bapak H. Komarudin Kudiya S.IP selaku ketua harian yayasan batik Jawa Barat (YBJB) memberikan pendapat bahwa motif mega mendung adalah karya sangat luhur dan penuh makna.
Oleh karena itu, penggunaan motif mega mendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan semestinya.
- Motif Paksi Naga Liman
Motif batik Cirebon paksi naga liman ini merupakan motif asli Cirebon yang memiliki gambar kereta kencana paksinagaliman. Bentuk dari paksi naga liman adalah gabungan antara 3 binatang, yakni paksi (garuda), naga (ular) dan liman (gajah).
Unsur warna yang digunakan pada motif ini cenderung berlatar putih dan warna coklat sangat keraton sekali.
Paksi Naga liman sendiri merupakan simbol dari kekuatan keraton atau kerajaan Cirebon, yakni paksi (udara), naga (laut) dan liman (darat). Bahkan untuk motif yang satu ini sering sekali dipesan oleh turis mancanegara (khususnya Jepang) untuk dijadikan bahan kimono.
Motif batik Cirebon berupa singa payung tidak bisa dilepaskan dari pengaruh gaya keraton di daerah Cirebon. Sebab motif singa payung adalah salah satu jenis batik yang inspirasi pembuatannya dari lingkungan Keraton Kanoman.
- Motif Singa Payung
Bentuk motif batik Cirebon patran keris adalah motif yang tergolong klasik, namun sering dipesan oleh orang-orang Jepang layaknya motif paksi naga liman yang digunakan sebagai bahan pembuatan kimono.
Hal ini juga menjadi bukti bahwa batik Cirebon telah dikenal dan digemari oleh masyarakat internasional.
- Motif Patran Keris
Bentuk motif batik Cirebon patran keris adalah motif yang tergolong klasik, namun sering dipesan oleh orang-orang Jepang layaknya motif paksi naga liman yang digunakan sebagai bahan pembuatan kimono.
Hal ini juga menjadi bukti bahwa batik Cirebon telah dikenal dan digemari oleh masyarakat internasional.
- Motif Kompeni
Motif batik Cirebon yang satu ini memiliki sedikit perbedaan dengan motif-motif sebelumnya. Pada motif batik daerah Cirebon umumnya menggunakan ornamen flora fauna dan berbagai simbol tertentu, namun pada motif kompeni ini merupakan motif bergambar cerita.
Gambaran yang terdapat pada motif batik ini adalah suasana perang pada masa kolonial Belanda yang motifnya terdiri dari meriam, tank, truck, bambu runcing dan senapan.
Ciri utama dari motif kompeni adalah menggambarkan tentara VOC dan kondisi penduduk Cirebon ketika masa kerajaan. Untuk tentara VOC biasanya akan digambarkan dengan senapan laras panjang dan meriam, sementara penduduk akan digambarkan melalui kehidupan petani, nelayan dan pedagang.
Unsur warna latar untuk motif batik kompeni ini biasanya akan dibiarkan berwarna putih, dan menjadi ciri khas dari motif ini. Namun akan ditemukan juga motif batik kompeni yang memiliki latar yang berikan warna.
- Motif Singo Barong
Mobil merupakan salah satu jenis kendaraan atau alat transportasi masa kini yang sering digunakan oleh masyarakat. Namun ketika zaman dahulu, Kesultanan Cirebon memiliki kendaraan yang bentuknya hampir mirip dengan mobil canggih.
Kendaraan tersebut kerap disebut dengan nama kereta singo barong. Sebab kereta ini ditarik oleh empat ekor kerbau dan dipakai menjadi kendaraan sultan atau raja. Untuk sekarang ini, kendaraan kereta singo barong telah disimpan di museum Kesultanan Kasepuhan Cirebon.
Hal ini juga yang mengilhami para pengrajin batik untuk mengabadikannya dalam motif batik Cirebon dengan nama batik singo barong, dimana ornamen utama motifnya menggambarkan kereta singo barong.
- Motif Naga Silam
Motif batik Cirebon naga silam merupakan perpaduan dengan latar motif mega mendung dan ada naga silam di dalamnya. Dengan perpaduan keduanya, akhirnya tercipta motif ini yang mempunyai keindahan tersendiri pada ornamennya.
Bentuk gambar naga disini memperoleh inspirasi dari negeri Tiongkok dengan perpaduan India yang memiliki filosofi baik melawan kejahatan.
- Motif Taman Teratai
Motif batik tanaman teratai dari Cirebon ini pada awalnya mendapatkan inspirasi dari bunga teratai yang indah dengan daun yang menjulang. Makna filosofi yang terkandung dalam motif ini menunjukan keindahan dari Kota Cirebon dengan bunga-bunga.
- Motif Wedasan
Motif batik wedasan merupakan motif yang mendapatkan inspirasi dari ranting daun yang lebih cenderung bernuansa alam. Jenis motif ini masih tergolong aliran nuansa keraton sekali dengan corak coklat dengan latar putih.
- Motif Sawat Pengantin
Nama sawat sendiri memiliki arti sayap atau di dalam bahasa Cirebon disebut dengan nama lar. Terdapat sebuah pendapat bahwa nama sawat berasal dari kata syahwat.
Motif sawat ini adalah salah satu motif batik khas Desa Trusmi yang sering digunakan oleh pasangan pengantin dalam prosesi acara pernikahan. Hal ini disebabkan karena ada makna filosofi di dalamnya berupa dipercaya dapat melindungi kehidupan penggunanya.
Lebih mudahnya kita sebut saja dengan motif batik pengantin yang berdasarkan sejarahnya adalah motif yang sering digunakan oleh para keluarga keraton. Contohnya seperti Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, Keraton Kaprabonan, maka menjadikan motif ini termasuk jenis batik larangan atau hanya digunakan ketika acara oleh kalangan tertentu.
- Motif Banjar Balong
Motif batik Cirebon satu ini memiliki gambaran sebuah pohon hayat uang di sisi kanan dan kirinya diapit oleh burung garuda. Batik banjar balong ini merefleksikan tentang pohon hayat yang menjadi simbol dari sebuah lapisan kehidupan, dimana terciptanya keselarasan dan keseimbangan sebagai cerminan kehidupan di dunia.
- Motif Tiga Negeri
Motif batik Cirebon satu ini sudah banyak didominasi dengan ornamen floral di dalamnya. Batik motif ini akan sering ditemukan di daerah Indramayu, akan tetapi di Cirebon juga memiliki cirinya tersendiri.
Batik kliwed yang ada di Cirebon lebih banyak menggunakan warna redup, namun tetap terlihat agak terang.
- Motif Cirebon Kliwed
Motif batik Cirebon satu ini sudah banyak didominasi dengan ornamen floral di dalamnya. Batik motif ini akan sering ditemukan di daerah Indrmayu, akan tetapi di Cirebon juga memiliki cirinya tersendiri.
Batik kliwed yang ada di Cirebon lebih banyak menggunakan warna redup, namun tetap terlihat agak terang.
- Motif Cirebon Putri
Motif batik asal Cirebon satu ini memang benar menggambarkan seorang putri pada kain batik yang dibuat. Meskipun putri yang digambarkan bukanlah putri dari keraton yang ada di Kota Cirebon.
Hal ini menjadi pertanda akulturasi budaya yang diterima oleh masyarakat Cirebon dari beberapa daerah lain yang masuk ke Cirebon. Meskipun budaya yang berbeda, namun tetap bisa hidup rukun berdampingan. (irgun/dari berbagai sumber)