CIREBON – Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon menggelar operasi pasar komoditas minyak goreng, Jumat (25/2/2022).
Operasi pasar tersebut digelar di setiap kelurahan yang ada di Kota Cirebon. Rencananya akan berlangsung hingga 8 Maret 2022 mendatang.
Kepala DKUKMPP Kota Cirebon, Hj. Maharani Dewi mengakui, kelangkaan minyak goreng di pasar tradisional dan swalayan sudah lama, sehingga pihaknya bekerja sama dengan Bulog untuk menyediakan minyak goreng.
“Awalnya kami usulkan 25 ribu kilogram, tapi bertahap dan baru terealisasi 10 ribu kilogram. Itu kita bagi ke setiap kelurahan. Harganya juga Rp 14.000/liter,” ujarnya.
Perihal harga minyak goreng di Kota Cirebon, Maharani menjelaskan, kalau retail atau swalayan sudah mengikuti harga eceran tertinggi (HET) sesuai aturan pemerintah, yakni Rp 14.000/liter, berbeda dengan di pasar yang masih memasang harga di atas Rp 14.000/liter.
“Hal itu terjadi memang karena pasokan dari produsen juga berkurang. Itu yang jadi penyebab fluktuasi harga tidak stabil dan merepotkan masyarakat dalam mendapat minyak goreng,” tuturnya.
Di sisi lain, terkait kemungkinan adanya penimbunan minyak goreng, Maharani menyebutkan, di Kota Cirebon tidak terjadi.
“Paling yang ada itu di rumah tangga. Setiap anggota keluarga beli satu persatu untuk stok,” katanya.
Pihaknya berharap, sebulan menjelang Ramadan ini harga dan ketersediaan minyak goreng sudah stabil. Sebab, diprediksi ada komoditas lain yang bakal harganya naik juga, seperti daging sapi.
“Kalau kata Kemendag RI, harga minyak goreng bisa stabil. Tapi kita akan evaluasi setiap hari. Justru daging sapi harganya diprediksi naik. Memang sekarang masih normal, tapi bakal merangkak,” terangnya.
Maharani mengimbau, agar masyarakat bisa dengan bijak menggunakan minyak goreng. Apabila hendak membeli, perhatikan masyarakat lain yang juga butuh.
“Sebenarnya kalau pemakaiannya wajar, ketersediaan sekarang sudah tercukupi,” kata Maharani.
Sementara itu, salah seorang warga RW 06 Kelurahan Kesambi, Neni mengakui, saat ini mengalami kesulitan mendapatkan minyak goreng. Meski di pasar tersedia, stok sedikit dan harganya mahal.
“Kemudian di minimarket atau supermarket yang harganya sesuai pemerintah juga malah stoknya tidak banyak, bahkan kalau ada kita rebutan dengan warga lain,” katanya. (irgun)