Oleh: Syamsudin Kadir
(Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat)
PADA Minggu (27/2/2022) merupakan salah satu momentum penting dalam sejarah Persatuan Ummat Islam (PUI) Maluku Utara, sebab hari ini Ketua Umum DPP PUI KH. Nurhasan Zaidi melantik Pengurus Wilayah Persatuan Umat Islam (PUI) Maluku Utara. Pelantikan pengurus merupakan sebuah pertanda estafeta kepemimpinan PUI di Maluku Utara terus berlangsung. Hal ini juga sebagai bukti bahwa ekspansi struktur PUI ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia bukan isapan jempol belaka, sebab benar-benar menggeliat hingga ke ujung timur Indonesia.
Sebagai organisasi berbasis massa Islam tertua, PUI tentu berkepentingan untuk melakukan pembenahan organisasi termasuk melakukan ekspansi struktur ke berbagai daerah. Sebab organisasi yang matang adalah organisasi yang selalu melakukan penguatan struktur organisasi, sehingga berbagai agenda organisasi berjalan lancar. Usia 104 tahun merupakan usia yang sangat matang bagi PUI untuk mengokohkan dirinya sebagai elemen utama umat dan bangsa Indonesia.
Pada momentum pelantikan yang bertema “Peran Ormas Islam Dalam Merawat Kebhinekaan” ini Ketua Umum DPP PUI menyampaikan pesan penting, pertama, perbedaan merupakan sunatullah yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Kita semua berasal dari daerah yang berbeda dengan suku, ras dan budayanya yang khas. Kita sudah terbiasa hidup dalam realitas sosial semacam itu. Sehingga kita hanya bertugas untuk mengisi realitas ini dengan kebaikan dan manfaat.
“Allah menciptakan kita beruku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal antar sesama. Begitu juga kita di Maluku Utara ini, semuanya beragam. PUI hadir sebagai pembawa manfaat di tengah masyarakat juga bangsa. Semakin banyak manfaat maka semakin besar peluang untuk maju bersama,” katanya.
Kedua, PUI adalah perekat kebhinekaan bangsa. Menurutnya, kehadiran PUI di Maluku Utara menandakan bahwa PUI siap hadir di tengah masyarakat yang heterogen. Dengan demikian, peran PUI sebagai perekat keragaman tidak bisa diragukan lagi. Sebab Pendiri PUI adalah pendiri negara.
“Pendiri PUI adalah ulama juga negarawan yang turut mendirikan negara ini. Sehingga mereka sudah terbiasa dengan perbedaan dan sangat memahami realitas kebangsaan kita yang beragam,” lanjutnya.
Ketiga, perbedaan adalah momentum mendewasakan bangsa. Bahwa perbedaan latar kita sebagai sebuah bangsa adalah anugerah Allah, namun menjaga harmoni dalam perbedaan adalah tugas mulia yang mesti kita lakoni. Jenis kelamin, warna kulit dan serupanya yang menjadi salah satu fakta bangsa kita yang memang unik juga kaya.
“Perbedaan diantara kita sesama elemen bangsa adalah anugerah yang seharusnya mendewasakan kita dalam menjalani kehidupan keumatan dan kebangsaan. Kita mesti berkolaborasi, sebab negeri ini tidak bisa diurus oleh satu atau dua ormas saja,” tegasnya.
Kehadiran PUI di Maluku Utara merupakan upaya melanjutkan mata rantai sejarah Islam. Baik sebagai pembawa kedamaian maupun sebagai perekat keragaman. Bahkan menurut H. Ridwan Husein, S.Pd. M.Pd. selaku Ketua DPW PUI Maluku Utara, Maluku adalah negeri para leluhur, para sultan sesuai dari namanya Sultan Babullah.
“Maluku ini negeri para leluhur yaitu para Sultan sesuai namanya Sultan Babullah. Maluku berasal dari kata al-Mulk. Al-Mulk dalam khazanah Islam berarti raja atau kerajaan,” ungkapnya.
Sebagai salah ormas Islam tertua di Indonesia, yang disahkan pada 21 Desember 1917 silam, PUI berkepentingan untuk menjaga keharmonisan antar elemen bangsa. Selain dipandu oleh spirit Islam, tradisi dan warisan nilai para pendiri PUI juga memandu peran semacam itu. Seperti disampaikan sebelumnya, bahwa pendiri PUI merupakan pendiri negara. Mereka adalah KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi dan Mr. R. Syamsuddin. Selain menjadi pemimpin umat, mereka juga negarawan. Bahkan KH. Abdul Halim sudah ditetapkan sebagai pahlawan oleh negara beberapa tahun lalu.
Sejak berdiri hingga kini PUI selalu menghadirkan keteduhan dan kedamaian di tengah dinamika keumatan dan kebangsaan. Daya kritis PUI atas berbagai kebijakan pemerintah, misalnya, tetap ditunaikan dalam rangka menjaga keakraban antar pemimpin negara sebagai pengambil kebijakan publik dengan masyarakat atau warga negara yang dipimpinnya.
Selain itu, sikap kritis PUI selalu disampaikan dalam bingkai amar maruf nahi mungkar serta nilai dan prinsip keadaban. Bahkan di internal ormas Islam, PUI selalu mengambil jalan tengah, sehingga PUI bisa akrab dengan semua ormas yang ada tanpa masalah apapun.
Dengan demikian, komitmen PUI merawat kebhinekaan sudah menjadi ciri khas PUI sejak awal berdiri hingga kini. Para pendiri dan para tokoh PUI lintas generasi adalah sosok-sosok yang memahami nilai dan prinsip Islam sekaligus Pancasila sebagai dasar negara.
Nilai-nilai dan prinsip tersebut menyatu bahkan menjadi ruh pergerakan dan perjuangan PUI. Itulah yang diformulasikan dalam konsep al-Intisab dimana cinta menjadi syiar utamanya; al-mahabbatu syi’aruna, cinta adalah syiar kami. Begitu juga yang dikonseptualisasikan dalam al-Ishlah at-tsamaniyyah (delapan konsep dan strategi perbaikan) yang menjadi ciri khas PUI.
Gubernur Maluku Utara melalui Sekretaris Daerah Maluku Utara Drs. Syamsudin Abdul Kadir M.Si Sekda mengapresiasi kehadiran PUI di Maluku Utara. Menurutnya, kehadiran PUI di Maluku Utara sekaligus mengafirmasi betapa pentingnya kehadiran Ormas Islam di seluruh penjuru tanah air, terutama untuk meningkatkan kualitas umat Islam. Di samping sebagai penegas tentang nilai-nilai universal yang diperjuangkan PUI selama ini.
“PUI dengan gerakan pendidikannya sangat berperan untuk menyiapkan generasi terbaik bangsa di masa depan,” ujarnya.
Kehadiran PUI di Maluku Utara juga menjadi energi yang bakal menyuluhkan api semangat bagi keluarga besar PUI untuk menghadirkan kebaikan dan manfaat di tengah masyarakat yang beragam. Menurut Sekretaris Jenderal DPP PUI H. Raizal Arifin, setelah hadir di tanah Papua, Bali, NTT dan NTB, kini PUI hadir kembali di wilayah Timur Indonesia untuk melebarkan sayap kebaikan dan optimisme menjaga kebhinekaan.
“Saya optimis dengan dilantiknya PW PUI Maluku Utara akan menambah semangat PUI di berbagai daerah untuk menebar kebaikan dan mengokohkan PUI dalam membangun sekaligus memajukan Indonesia termasuk dalam merawat kebhinekaannya,” pungkasnya. (*)