CIREBON – Pagelaran wayang kulit yang berlangsung di Gedung Negara (Bakorwil) Jalan Siliwangi, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Sabtu (26/2/2022) malam berjalan khidmat dan sukses.
Pertunjukan wayang yang apik dan sarat edukasi sejarah religi Islam ini sebagai bukti dengan seni wayang Sunan Kalijaga bisa mensyiarkan agama Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Makna inilah yang bisa diambil dari pagelaran wayang kulit dengan lakon “Cungkring Takon Bedare Jimat Layang”. Pagelaran wayang kulit ini menampilkan dalang Ki Anom Sunara Pratama dan Anon Wisnu Lanjaya dari Sanggar Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata dari Keraton Kacirebonan.
Acara pagelaran wayang kulit ini hasil kerjasama Laskar Agung Macan Ali (LMA) Nuswantara, Forum Lingkungan Hidup dan Budaya Nuswantara (FLHBN), GM FKPPI Kota Cirebon dan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Cirebon.
Pagelaran wayang kulit ini juga merupakan salah satu reaksi terhadap tanggapan ustad Khalid Basalamah yang menyebut wayang itu haram dan lebih baik dimusnahkan yang sempay viral di media sosial.
Panglima Laskar Macan Ali (LMA), Prabu Diaz menyampaikan, malam ini pihaknya menggelar pagelaran wayang kulit Cirebon dengan menggandeng Pepadi yang semula pagelaran wayang ini terbuka untuk umum.
Tetapi, lanjutnnya, karena tiba-tiba Pemerintah Daerah Kota Cirebon menerapkan PPKM level 4, akhirnya pertunjukan wayang kulit menggunakan sistem streaming di semua medsos.
“Alhamdulillah barusan saya monitor ternyata dari Taiwan, Malaysia, Hongkong dan kota-kota di Indonesia dan forum lingkungan hidup budaya pecinta kesenian tradisional bisa menonton acara ini,” ujarnya.
Bahkan, tambah Prabu Diaz, dari acara wayang kulit ini banyak yang memberi masukan yang menunjukkan bahwa wayang kulit yang merupakan seni budaya tradisional di Indonesia harus dilestarikan agar tidak punah.
“Tradisi budaya daerah kita angkat dan bisa diketahui masyarakat agar tidak punah. Kita juga perlu memahami, mungkin juga tidak sama dengan budaya negara lain. Mari kita jaga seni adat tradisi budaya nusantata,” terangnya.
Prabu Diaz juga tidak merasa kecewa dengan digelarnya malam ini dengan pola streaming dan terbatasnya penonton yang datang langsung dengan prokes ketat.
“Namun alhamdulillah tetap bisa terlaksana dan ternyata malah lebih banyak yang merindukan, pasalnya tidak hanya saja masyarakat Cirebon saja yang menontonnya. Ada hikmahnya dengan pemberlakuan level 4 sehingga pelaksanaan itu bisa diadakan secara umum dan memalui streaming ternyata respon penonton banyak,” katanya.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua Pepadi Kota Cirebon, Elang Iyan Afiffudin dan Sekdisdik Kota Cirebon, Elang Tomy Iplaludin (yus)