CIREBON – Peristiwa ambruknya atap shelter sebelah utara Alun-alun Sangkala Buana, Keraton Kasepuhan, sudah dikelilingi garis polisi warna kuning (police line). Hanya berselang satu hari setelah kejadian, Senin (14/2/2022).
Terlihat masih berserakan matrial yang ambruk tampak dibawah bangunan shelter, seperti pecahan genting, kayu penyangga atap dan kepingan semen cor.
Sementara itu, Sultan Aloeda ll Keraton Kasepuhan Raden Rajardjo Djali ikut prihatin dengan musibah ambruknya bangunan shelter Alun-alun Sangkala Buana, Minggu (13/2/2022).
Sultan Aloeda II menyebutkan, peristiwa ini harus menjadi perhatian semua pihak karena hal ini menyangkut lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon.
“Saya tentunya pihatin dan menyesalkan hal ini terjadi. Coba bayangkan andai ada korban, siapa yang harus bertanggungjawab. Menurutnya, mestinya sebelum diresmikan Pak Gubernur menugaskan dulu inspektorat untuk mengaudit proyek tersebut,” ujarnya.
Masih seputar peristiwa ambruknya atap shelter Sebelumnya, tanggapan atas ambruknya proyek senilai Rp 10,4 M ini datang dari praktisi kontruksi yang juga akademisi dari Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC), Edi Mulyana.
Ia menyebutkan, peristiwa ambruknya atap shelter tersebut menjadi bukti lemahnya pengawasan, baik dari internal kontraktor maupun dari konsultan pengawas, selama proyek berlangsung.
“Tapi kan kontraktor masih ada dalam masa pemeliharaan, masih tetap tanggung jawab kontraktor untuk memperbaikinya. Bahkan informasi yang saya dengar kontraktornya dari luar Kota Cirebon. Nilainya besar Rp 10 M lebih,”pungkasnya. (yus)