Oleh: Syamsudin Kadir
(Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat)
PADA Sabtu-Ahad 26-27 Maret 2022 Himpunan Mahasiswa (HIMA) Persatuan Ummat Islam (PUI) melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) di Palembang, Sumatra Selatan dengan tema “Gerakan Terbarukan untuk Kemajuan Indonesia”. Acara semacam itu tentu sangat penting bagi HIMA PUI dalam membangun organisasi sekaligus mematangkan peran dan kontribusinya bagi upaya memajukan Indonesia.
Dari tema yang diangkat pada forum nasional ini saya menangkap HIMA PUI hendak menajamkan gerakannya pada beberapa hal penting, pertama, pengokohan internal. Hal ini dilakukan dengan cara mematangan strategi dan agenda organisasi. Maknanya, HIMA PUI perlu melakukan konsolidasi organisasi agar semakin solid, bukan saja pada tataran paradigma gerakan tapi juga melakukan berbagai penguatan struktur organisasi di berbagai levelnya. Termasuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) organisasi dari pusat hingga kampus.
Gerakan terbarukan tentu bukan menghadirkan nilai-nilai paradigmatik baru, namun lebih kepada kemampuan organisasi dalam mengadaptasi nilai-nilai khas HIMA PUI pada tataran ril dan konteksnya. HIMA PUI yang merupakan bagian tak terpisahkan dari PUI sebagai induk organisasi memiliki konsep Intisab dan al-ishlah at-Tsamaniyah (konsep dan strategi perbaikan). Keduanya merupakan nilai dasar yang menjadi pijakan HIMA PUI dalam merumuskan dan mengasikan berbagai agenda organisasinya.
Kedua, mempertegas peran dan kontribusi organisasi pada upaya memajukan Indonesia. HIMA PUI merupakan bagian tak terpisahkan dari gerakan mahasiswa lainnya di Indonesia. Namun demikian, secara khusus HIMA PUI bisa diidentifikasi dalam dimensi gerakan yang khas. Misalnya, HIMA PUI adalah organisasi mahasiswa Islam dan organisasi mahasiswa Indonesia. Dengan demikian, “gerakan terbarukan” mesti memperhatikan dimensi tersebut.
Sebagai bagian dari PUI, HIMA PUI tidak bisa dipisahkan dari kategorisasi sebagai gerakan Islam. Dengan demikian, HIMA PUI memiliki kewajiban untuk membangun dan menjaga nilai-nilai keislaman pada tubuh gerakannya. Nilai-nilai tersebut tidak saja tersusun dalam konstitusi organisasi tapi mesti dielaborasi dalam berbagai tradisi dan program organisasi. Kekeringan organisasi mahasiswa pada nilai-nilai keislaman mesti dijawab dan direspon oleh HIMA PUI pada skala yang lebih praktis. Kemampuan HIMA PUI untuk menjaga nilai-nilai keislaman akan memberi dampak pada tumbuhnya nilai moral sebagai basis nilai masyarakat luas.
Sebagai bagian dari civitas akademika di berbagai perguruan tinggi, HIMA PUI tidak bisa dipisahkan dari organisasi mahasiswa lainnya di Indonesia dengan nalar intelektualnya yang khas. Dengan demikian, HIMA PUI perlu memperkuat konsolidasi bersama berbagai organisasi lintas latar belakang, baik yang bernyawa Islam maupun non Islam. Di tengah situasi gerakan mahasiswa yang nyaris tak terlihat hadir dalam mengadvokasi berbagai isu publik, HIMA PUI perlu hadir menjadi katalisator yang memudahkan terjadinya pertemuan dan konsolidasi organisasi.
Penguatan aspek keislaman dan advokasi isu-isu publik tersebut merupakan modal penting HIMA PUI dalam melakukan kontekstualisasi peran sejarah para pendiri PUI dan HIMA PUI di era ini dan ke depan. Pendiri PUI adalah tokoh masyarakat, ulama, negarawan dan penulis ulung. Mereka adalah KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin. Mereka telah menjalankan lakon yang sangat penting dalam sejarah pendirian Indonesia sebagai sebuah negara. Dan kini, tentu membutuhkan transformasi dan pewarisan oleh generasi baru PUI, dalam hal ini HIMA PUI.
Sementara para pendiri HIMA PUI adalah aktivis mahasiswa era 2000-an di beberapa kampus di Bandung dan Jakarta. Saya sendiri menyaksikan mereka, sebab semuanya adalah teman-teman saya sendiri. Mereka adalah sosok yang punya mimpi besar dan memiliki jiwa aktivisme yang cukup kental, sehingga kelak mampu mendirikan HIMA PUI, tepatnya pada 2004 silam. Sepengetahuan saya, alumni HIMA PUI masih sedikit dan belum punya forum yang mewadahi. Untuk itu, dalam mempercepat proses pembaruan organisasi, HIMA PUI perlu menginisiasi dibentuknya forum alumni HIMA PUI.
Generasi pendiri PUI dan generasi pendiri HIMA PUI adalah inspirasi bagi HIMA PUI untuk melakukan berbagai upaya pembaruan gerakan dari tataran konseptual hingga aplikasinya. Hal ini bermakna, gerakan terbarukan mesti berpijak pada sejarah dan nilai-nilai dasar perjuangan PUI itu sendiri, termasuk warisan dan lakon sejarah para pendahulu. Itulah yang membuat HIMA PUI lebih bertenaga dalam menghadirkan pembaruan gerakan, sehingga turut serta dalam upaya memajukan Indonesia sebagai sebuah negara besar dan mayoritas muslim dunia. Akhirnya, selamat bermusyawarah! (*)