Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku Pendidikan Ramadan dan Literasi Ramadan)
TAK menanti lama setelah Idhul Fitri 2021 berlalu, kini kita sudah menjelang datangnya tamu agung, bulan suci dan bulan mulia yaitu syahru Ramadhan, bulan Ramadhan 1443 H, 2022 Serasa kita baru saja meninggalkan suasana shaum Ramadhan dan lebaran yang terlaksana pada momentum bencana non alam: Covid-19 tahun lalu, kini Ramadan dengan segala kemuliaan dan keunikannya segera menyapa dan bersama kita tak lama lagi.
Ya, tak terasa sebentar lagi kita akan kedatangan bulan Ramadhan. Setelah sekian waktu kita berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang muslim, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi manusia muttaqin, manusia yang bertaqwa kepada-Nya.
Shaum merupakan ibadah yang khas dan termasuk salah satu dari lima Rukun Islam. Shaum secara bahasa artinya menahan atau mencegah. Secara umum shaum didefinisikan sebagai upaya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan shaum, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu yang ditetapkan oleh syariat.
Ada begitu banyak hadits yang mengajak kita untuk bergembira dan menyiapkan diri dalam menghadapi Ramadhan. Bergembira bukan untuk gagah-gagahan, tapi sebagai wujud syukur atas momentum yang Allah sediakan. Sebab tak sedikit orang yang pada tahun lalu yang masih bisa ber-shaum Ramadhan, kini sudah tak bisa lagi. Ada yang karena sakit, karena melahirkan dan mungkin ada juga yang sudah meninggal dunia karena terpapar virus Corona: Covid-19.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian ber-shaum di dalamnya. Di bulan Ramdhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad).
Pada riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kepada kita bahwa bergembira dengan datangnya Ramadhan dapat menjadi penghalang atau prisai sehingga kita tak tersentuh api neraka. Beliau bersabda, “Barang siapa yang bergembira akan hadirnya bulan Ramadan, maka jasadnya tidak akan tersentuh sedikit pun oleh api neraka.” (HR. an-Nasa’i)
Shaum merupakan ibadah yang khas dan termasuk salah satu dari lima Rukun Islam. Shaum secara bahasa artinya menahan atau mencegah. Secara umum shaum didefinisikan sebagai upaya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan shaum, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu yang ditetapkan oleh syariat.
Tentu kita tidak ingin Ramadan tahun ini hanya dilewati begitu saja tanpa memanfaatkannya sebaik mungkin, sebagai ladang amal untuk memperbanyak pahala. Selain ibadah wajib seperti shalat, shaum, dan zakat, serta ibadah anjuran seperti sedekah, tadarus al-Qur’an, dan kajian keagamaan, tentu kita harus mengetahui amalan-amalan lainnya agar kita mendapatkan keberkahan bulan suci Ramadhan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu, para Ulama menganjurkan kita untuk melakukan berbagai persiapan diri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, pertama, persiapkan keimanan kita. Shaum Ramadhan adalah ibadah wajib yang menghendaki kita untuk membatasi diri dalam menikmati makanan sekaligus minuman yang halal atau mubah. Bahkan bisa menjadi haram hukumnya bila kita makan dan minum yang halal pada saat bershaum yaitu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Modal utamanya adalah iman.
Dengan iman yang terjaga maka kondisi lapar dan haus bukan menjadi masalah, malah menjadi modal dalam meningkatkan keimanan kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ber-shaum Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, persiapan lahir dan batin. Shaum adalah ibadah yang membutuhkan energi dan stamina yang tak sedikit. Karena itu, kesehatan fisik mesti terjaga dengan baik. Batin kita pun mesti disipakan sejak dini. Bila untuk berkunjung ke rumah keluarga dan tetangga saja kita butuh persiapan, maka bertemu dengan shaum Ramadhan tentu jauh lebih butuh persiapan. Bila kita memiliki sakit tertentu, diupayakan untuk diobat secara serius, agar pada saat Ramadhan tiba kita bisa ber-shaum tanpa kendala seperti sakit dan serupanya. Dalam hal ini kita bisa mengkonsumsi madu atau obat herbal yang direkomendasikan, sehingga fisik kita tetap prima. Saling silaturahim dan memaafkan antar sesama juga bisa kita lakukan, sehingga batin kita pun lebih nyaman.
Ketiga, persiapan ilmu pengetahuan dan wawasan. Hal ini perlu kita siapkan, sebab shaum Ramadhan yang kita laksanakan mesti semakin berkualitas dan berdampak pada meningkatnya kualitas taqwa. Bila pada Ramadhan sebelumnya kualitas ibadah kita hanya biasa-biasa saja, maka pada Ramadan yang akan datang mesti luar biasa. Pengetahuan dan wawasan tentang shaum Ramadan dan segala hal yang terdapat di dalamnya bisa kita peroleh dengan banyak mengikuti pengajian atau kajian keagamaan. Kita juga perlu mengkaji berbagai kitab mu’tabarah terutama yang klasik karya para ulama terdahulu. Termasuk membaca buku-buku atau tulisan yang membahas tema seputar shaum Ramadhan dan yang terkait dengannya.
Ibadah shaum yang kita tunaikan diharapkan menjadi ibadah yang mampu meningkatkan ketakwaan kita, dalam makna dan pengertiannya yang luas. Bagaimana pun, amal perbuatan kita selama hidup di dunia kelak di akhirat akan dipertanggungjawabkan.
Insyaa Allah shaum Ramadhan berserta ibadah lain di dalamnya adalah penambah berat amal kita. Gembira dengan datangnya Ramadhan tidak cukup hanya dengan riangnya hati, tapi juga perlu persiapan matang dan maksimal dari berbagai sisinya.
Mudah-mudahan Allah membimbing kita agar pada Ramadan nanti kita bisa menjalankan seluruh ibadah dan amal soleh lainnya dengan penuh iman dan pertimbangan yang maksimal. (*)