JAKARTA – Pekan depan Partai Nasional Demokrat (NasDem) akan mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang salah satu agendanya memilih calon presiden yang akan diusung pada pemilu 2024. Sejumlah nama mengemuka, termasuk calon dari koalisi, PDIP.
Nama yang muncul di antaranya, politisi PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Erick Thohir dan Jenderal Andika Perkasa.
“Kalau pun NasDem mengusung kader partai lain, justru bebannya ada diorang yang diusung. Orang yang diusung Keterbebanan, setelah dia diusulkan oleh Nasdem dia menolak atau tidak,” kata Pakar Komunikasi Politik, Hendri Satrio.
Ia mencontohkan, jika Ganjar dicalonkan oleh NasDem, dia harus segera merespon agar tidak menyakiti hati baik PDIP atau pemilih NasDem.
“Kalau dia tidak segera merespon, dia akan melukai hati PDIP, artinya pintu dia juga tertutup di PDIP. Kalau saya jadi Ganjar begitu diumumkan dia harus bersikap, entah itu menolak atau menerima,” sambung pria yang menjabat sebagai dosen komunikasi politik di Universitas Paramadina ini.
Sebelumya pada Pemilu 2019, PDIP dan Nasdem berkoalisi. Namun untuk pemilu 2024 ini belum tentu. Hendri mengatakan, semua itu adalah dinamika dalam berdemokrasi.
“Ya dalam sebuah pertandingan ada koalisi wajar, kalau pertandingan sudah selesai dan ganti koalisi kan wajar. Itu namanya dinamika politik,” sebut pria yang akrab disapa Hensat ini.
Kata dia, yang mesti dijaga oleh NasDem adalah amanah dari pemilihnya. “Keberpihakan kepada masyarakat. Bagaimana Nasdem menjaga keinginan masyarakat atau bisa menjawab kesulitan di masyarakat dengan program program Nasdem, termasuk memilih calon pemimpin,” pungkas Hensat. (*)