BANDUNG – Masyarakat Desa Sayati Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung memiliki program unggulan desa membangun, dengan mewujudkan lahirnya provider internet yang dinamai Sayaginet.
Direktur Utama Sayaginet, Peri Permadi mengatakan, berdasarkan status Indeks Desa Membangun (IDM), Desa Sayati termasuk dalam kategori Desa Berstatus Mandiri selain itu, Desa Sayati Juga memiliki skor SDGs Desa di atas rata rata nasional (53,77).
Dikatakan Peri, Salah satu Program inovasi Unggulan yang mendukung kebutuhan masyarakat Desa Sayati sesuai dengan rencana Kabupaten Bandung Go Digital adalah terbentuknya Sayaginet, Program Sayaginet berperan sebagai provider internet yang memberikan solusi internet murah dengan kualitas yang baik.
“Berdasarkan survey, keberadaan Sayaginet sangat membantu masyarakat pengguna internet karena harganya yang terjangkau. Program ini di targetkan memiliki sebanyak-banyaknya pengguna melalui kerjasama dengan desa-desa lain dalam rangka perwujudan Desa Mandiri,” ujar Peri kepada fajarsatu.com, Senin (16/5/2022).
Inovasi Sayaginet muncul dari banyak sebab, kata Peri, salah satunya adalah kampanye Kepala Desa sebelum terpilih yang ingin meningkatkan digitalisasi desa di era Globalisasi ini.
Hal ini, lanjut Peri, mendorong adanya kemauan Desa untuk membangun infrastruktur dan inovasi yang bersifat digital dan segala hal yang berhubungan dengan internet.
Peri mengungkapkan, para perangkat desa Sayati juga berkeinginan untuk memiliki pemasukan sendiri tanpa harus selalu mengandalkan Dana Desa dalam segala hal, Akhirnya, Kepala urusan perencanaan memiliki ide dan menginisiasi terbentuknya Sayaginet ini.
“Saat itu, infrastruktur yang digunakan oleh sayaginet terlalu mahal untuk dibebankan terhadap Dana Desa, ditambah pada saat terbangunnya sayaginet , masa pandemi sedang dalam puncaknya , Dana Desa diprioritaskan untuk penanganan covid19 dan BLT, sehingga tidak memungkinkan bagi pemerintah Desa untuk menganggarkan jaringan infrastruktur internet,” terang Peri.
Namun, Peri mengatakan, berkat keinginan dan kerjasama yang kuat diantara pemangku kepentingan di Desa Sayati, maka terwujudlah investasi pembangunan jaringan infrastruktur internet yang diberi nama, Sayaginet.
Sejak memiliki investor, Sayaginet tidak pernah menggunakan Dana Desa, jadi pemakaian Dana Desa dalam proses pelaksanaan sampai saat ini adalah Rp .0 (nol), di sisi lainnya Sayaginet justru menyumbang 7,5 persen dari laba bersih untuk mendukung program pemerintah Desa Sayati sebagai tujuan awal dibentuknya Sayaginet.
Selain itu para ketua RT dan RW mendapatkan insentif bulanan dari Sayaginet berdasarkan kepada jumlah user yang berlangganan di wilayahnya.
Saat ini, kata Peri, sayaginet bahkan sudah menyebar di dua kabupaten yaitu di kabupaten garut dan kabupaten purwakarta, dan tiga kabupaten masih berstatus daftar tunggu, yaitu kabupaten Tasikmalaya,Pangandaran dan Cirebon.
“Dengan sistem dan pola yang sama di Desa Sayati masyarakat yang ingin membantu tim sayaginet akan dilatih terlebih dahulu, jadi program pemberdayaan masyarakat pun akan terwujud dengan adanya inovasi sayaginet ini,” ujarnya.
Sayaginet ini, lanjut Peri, hingga saat ini masih berusaha mengembangkan ke Desa lain dengan pengguna yang terus bertambah dengan target 1 juta pengguna di tahun 2025, hal ini merupakan bukti bahwa Desa pun bisa dan berpotensi untuk maju dalam sisi teknologi.
Kedepannya, kata Peri, dalam perencanaan pengembangan inovasi desa, diperlukan keyakinan dari perangkat desa sendiri untuk mengembangkan inovasi tersebut, “terlepas dari kebutuhan dana yang tinggi, Dana Desa dapat menjadi modal kecil dalam langkah awal membangun inovasi namun perlu penyesuaian juga karena memang Dana desa sangat terbatas,” pungkasnya. (rls/irgun)