Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku Membaca Politik Dari Titik Nol)
PEMILIHAN Umum atau Pemilu Presiden yang akrab disebut Pilpres 2024 segera menjelang. Pemerintah dan DPR sudah menyepakati bahwa pelaksanaan Pilpres dan Pileg pada Rabu 14 Februari 2024.
Dinamika politik akhir-akhir ini pun semakin menggeliat dan menghangat di berbagai penjuru. Suasana semacam ini tentu wajar, sebab politik terutama Pilpres selalu memiliki magnet tersendiri. Suasana semacam itu bukan saja terjadi di kalangan elite partai politik dan elite elemen non politik, tapi juga terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya. Hal ini terlihat jelas dengan munculnya relawan pendukung tokoh dalam beragam nama dan bentuknya.
Beberapa bulan terakhir berbagai lembaga survey seperti yang juga dipublikasi atau diberitakan di berbagai media, menyebut beberapa tokoh yang secara kandidasi dinilai mendapat dukungan masyarakat untuk maju bahkan bakal memenangkan Pilpres mendatang.
Salah satu tokoh yang masuk dalam radar dan kategori teratas adalah Prof. Dr. Anies Baswedan yang akrab disebut Anis Baswedan atau Anis. Anis Baswedan yang kini masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2018-2023 ini dinilai mendapat dukungan besar dari pemilih di seluruh Indonesia.
Bila membaca peta politik dan arus dukungan kepada Anies Baswedan berdasarkan analisa para analis politik, lembaga survey dan pemberitaan media maka paling tidak ada beberapa kemungkinan variabel yang memenangkan Anis Baswedan dan pasangannya pada Pilpres nanti. Pertama, dukungan dari basis massa partai politik yang memiliki pendukung loyal.
Besar kemungkinan basis pemilih Anis Baswedan berasal dari partai politik yang kadernya lumayan loyal seperti PKS, Demokrat dan Nasdem. Bahkan ia juga bakal mendapat dukungan dari kader atau simpatisan Gerindra, PAN, Golkar, PKB, PPP, Partai Umat dan Partai Gelora.
Kedua, dukungan dari massa yang berbasis non partai politik. Anis juga bakal didukung oleh kalangan lintas latar belakang, terutama kalangan terpelajar dan perguruan tinggi, termasuk dunia pendidikan umumnya. Anies Baswedan berpengalaman memimpin lembaga sosial “Indonesia Mengajar”, lembaga yang berhasil membawa warna baru dunia pendidikan Indonesia, terutama dari sisi kepedulian dan kemanusiaan. Sehingga sangat wajar bila ia mendapat apresiasi berbagai kalangan, baik dunia pendidikan maupun elemen sosial lainnya.
Ditambah lagi sosok yang pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta ini pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta akrab dengan berbagai organisasi masyarakat Islam dan non muslim, dukungan dari kalangan lintas latar belakang untuknya bakal berlimpah ruah.
Ketiga, dukungan masyarakat dan kelompok masyarakat yang memilih Joko Widodo dan Prabowo Subiyanto pada Pilpres 2019 lalu. Ya, Anies Baswedan juga bakal didukung oleh masyarakat yang memilih Jokowi pada Pilpres 2019 lalu. Mereka yang memilih Jokowi kala itu namun kini menilai Jokowi gagal memimpin dan menghadirkan kesejahteraan, maka secara otomatis mereka bakal mendukung dan memiliki Anies Baswedan pada Pilpres 2024.
Pada saat yang sama mereka yang jelas-jelas memilih Prabowo Subiyanto pada Pilpres 2024 lalu kemungkinan besar bakal mendukung dan memilih Anis Baswedan. Mereka menilai Ketua Umum Gerindra itu mengingkari suara mereka dengan masuk pada koalisi kabinet Jokowi. Atau paling tidak, sudah tak menarik lagi untuk mengikuti kontestasi yang berkali-kali kalah.
Keempat, relawan Anies Baswedan muncul di berbagai kota dan kabupaten bahkan di beberapa provinsi sudah sampai pada level desa atau kelurahan. Secara umum relawan Anies Baswedan berasal dari lintas latar belakang dan sebagian besar non partai politik. Ini menandakan secara basis dukungan ia sudah memegang dukungan besar.
Dukungan semacam ini tidak dikoordinasikan oleh Anies Baswedan, sebab mereka muncul begitu saja. Walau begitu, mereka solid dan semakin menggeliat dalam membangun konsolidasi lintas sektoral. Mereka bukan saja diikuti oleh kalangan tua, bahkan sebagian besar relawan adalah kalangan muda atau kaum milenial, di samping emak-emak lintas profesi dan latar belakang.
Kelima, Anies Baswedan tergolong sukses memimpin DKI Jakarta. Hal ini terbukti dengan berkurangnya banjir dan angka kemiskinan, pelayanan publik di lintas sektor yang mendapat apresiasi masyarakat bahkan dunia internasional atas kepemimpinannya di ibukota negara ini. Hal lain, Anis Baswedan memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi atau di atas rata-rata. Bukan saja dalam hal ilmu pengetahuan dan wawasannya tapi juga dalam kepemimpinan, keteladanan, komunikasi, jaringan dan kerjasama internasional.
Anies Baswedan juga tidak tersangkut kasus hukum apapun dan tidak pernah terlibat korupsi. Pada kehidupan sehari-hari juga ia sederhana dan tak mewah, santun dan menjaga nilai-nilai luhur bangsa, konsen pada pembudayaan nilai Pancasila, taat konstitusi, dan berwatak pemersatu keragaman bangsa yang memang bhineka namun tunggal ika.
Hal penting yang dilakukan oleh tim atau relawan Anis Baswedan saat ini dan ke depan adalah menjaga komunikasi yang baik dengan partai politik, terutama yang kemungkinan besar mengusung Anis Baswedan pada Pilpres nanti. Para relawan di seluruh Indonesia juga mesti fokus pada pengenalan sosok yang ramah pada semua kalangan ini ke masyarakat, minimal ke tetangga rumah atau tempat kerjanya masing-masing.
Perkenalkan dan sosialisasikan prestasi dan apresiasi publik juga dunia internasional pada Anis Baswedan atas kesuksesannya dalam memimpin di DKI Jakarta. Termasuk mensosialisasi ide, gagasan dan visi-misi Anies Baswedan serta rencana programnya bila terpilih kelak.
Hal terakhir yang perlu diingatkan sejak dini adalah bahwa dalam konteks politik, relawan adalah perwujudan dari wajah dan aksi politik Anies Baswedan. Bagaimana wajah dan sikap para relawan dala kehidupan sehari-hari maka seperti itulah asosiasi masyarakat pada Anies Baswedan.
Karena itu, menempatkan diri sebagai pembawa pencerahan, keteduhan, kedamaian, dan kenyamanan di tengah masyarakat bangsa sebagaimana yang dilakoni Anies Baswedan adalah sebuah keniscayaan bagi relawan Anies Baswedan. Relawan mesti memiliki kemampuan komunikasi yang lebih produktif dan menambah simpati, bukan antipati masyarakat.
Hal lain, perlu telaten dalam menggunakan media sosial dan media online sebagai media publikasi dan sosialisasi serta tidak terjebak pada hoaks atau berita bohong sekaligus isu rasial, juga adu domba antar anak bangsa! (*)