GARUT – Wakil Bupati (Wabup) Garut, dr. Helmi Budiman menyebut, kerugian bencana akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi pada Jumat 15 Juli 2022, diperkirakan akan lebih dari hitungan sementara, atau akan lebih dari Rp 17 miliar.
“Nah ini, kerugiannya ternyata cukup besar, karena mungkin kemarin kan kita terus hitung, hitungan sementara kita baru Rp 17 miliar, dan itu bakal lebih jauh dari itu,” ujarnya ketika meninjau secara langsung kondisi lokasi terdampak bencana di Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut.
Di Kecamatan Banjarwangi saja, imbuhnya, ada sekitar 17 jembatan yang terdampak, di mana 7 di antaranya terputus, dan lainnya terancam putus.
“Yang 7 itu, 3 rawayan 4 jembatan permanen yang bisa dilalui kendaraan roda empat, nah yang 10 terancam putus juga, kenapa ? Karena kakinya dan sayapnya habis, jadi ada 17 jembatan yang terkena dampak, dan ini perlu ada segera perbaikan-perbaikan, kalau tidak ini dikhawatirkan yang 10 sisanya itu juga bisa runtuh,” ucapnya.
Sehingga, jika menghitung jembatan yang terdampak di Banjarwangi saja, diperlukan dana hampir sekitar 10 miliar rupiah, agar jembatan yang terdampak aman dilewati oleh masyarakat.
“Karena kalau lihat jembatan saja ada 4 jembatan permanen kalau (perbaikan) 1 jembatan itu (anggarannya) 2 miliar (rupiah), itu sudah 8 miliar, belum lagi misalkan jembatan gantung katakanlah (biaya perbaikan) jembatan gantung 500 (juta) kali 3 (jembatan), (jumlahnya) 1.5 (miliar rupiah), itu sudah hampir 10 miliar, itu untuk jembatan di sini saja, belum jembatan yang ada di (Garut bagian) utara, yang ada di tengah,” ungkap Wabup Garut.
Selain jembatan, lanjut Wabup Garut, fasilitas lain yang terdampak bencana, seperti jalan, lahan milik warga, termasuk hewan ternak yang terseret arus banjir.
“Kemudian juga di sini ada 1 kecamatan ini ada sekitar 16 hektar (sawah) yang terkena banjir dan diperkirakan akan puso, tambah lagi ikan yang hilang, kemudian ternak, ini memang cukup besar (kerugiannya),” lanjut Wabup Garut.
Sementara itu, Kepala Desa Mulyajaya, Kecamatan Banjarwangi, Wawan, menuturkan, salah satu jembatan yang terputus di daerahnya merupakan jembatan penghubung 3 dusun yang ada di Desa Mulyajaya serta penghubung antara Desa Mulyajaya dengan Desa Wangunjaya.
Ia menyebutkan ada sekitar 850 kepala keluarga dengan 3.500 penduduk yang terdampak akibat terputusnya jembatan di desanya ini.
“(Dengan robohnya jembatan) bukan terganggu lagi, inikan jalan desa paling vital (dan) paling banyak penggunanya, baik (untuk) ke pasar maupun ke luar kota, ke kantor desa, (dan) ke sekolah pun lewat jembatan sini, jembatan Desa Mulyajaya itu yang sering dipakai itu dua, tapi yang satu posisinya (masih) aman,” tuturnya.
Ia berharap ada perhatian khusus dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinisi terkait putusnya jembatan yang ada di desanya ini. Terlebih, ia menilai jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat. (jam)