CIREBON – Tradisi membuat kue apem (tradisi ngapem) terus dilakukan masyarakat Jawa. Hingga sekarang tradisi ngapem itu masih dilestarikan.
Tradisi ngapem, kue yang terbuat dari tepung beras tersebut merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman dulu. Namun seiring perkembangan zaman sekarang kue apem banyak variannya.
Bahkan konon tradisi budaya ngapem sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati Cirebon. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT.
“Ini bentuk rasa syukur atas yang kita dapatkan dari Allah SWT, serta dengan ngapem juga sebagai tolak bala,” ujar Tati Inawati kepada media disela-sela pembuatan kue apem, Senin (12/9/2022).
Dikatakannya, bulan Suro adalah bulan penuh duka dimana sering terjadi musibah, sehingga dengan dibuat kue apem (tradisi ngapem) pada bulan safar sebagai bentuk syukur.
“Kita sudah melewati bulan Suro dan di bulan Safar kita bersyukur dengan cara membuat kue apem, yang nantinya dibagikan kepada masyarakat,” katanya.
Menurutnya, membuat kue apem sebagai bentuk rasa syukur atas rizki yang telah Allah SWT berikan.
“Setiap bulan safar kita rutin membuat apem untuk tetap menjaga tradisi ngapem,” ungkapnya. (de)