Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku Menjadi Pendidik Hebat di Era Digital)
SALAH satu anugerah terbesar dalam kehidupan manusia adalah dianugerahi anak oleh Allah. Sebagai kedua orangtua bagi anak, pasangan suami-istri mendapatkan nikmat yang bukan saja berdampak pada kehidupan dunia tapi juga kehidupan akhirat. Selain dampak negatif juga dampak positif. Walau demikian, tak sedikit yang belum atau bahkan tidak mendapatkan anugerah serupa. Hal tersebut tentu merupakan bagian dari skenario Allah atas hamba ciptaan-Nya.
Selain bersyukur kepada Allah atas anugerah tersebut, orangtua juga memiliki tanggungjawab besar dalam keberlangsungan hidup anak-anaknya. Misalnya, memberi nama yang baik sesuai standar agama (Islam), mengaqiqahkan, menafkahi sampai usia balig, menikahkan dan mendoakan agar selalu mendapat bimbingan dari Allah. Selain itu, kewajiban utama orangtua atas anak-anaknya adalah mendidik mereka sehingga menjadi generasi yang memiliki iman, taqwa dan akhlak mulia dengan kualitas terbaik.
Tiga kualifikasi tersebut bila diturunkan atau dikembangkan lagi, maka terbentuk anak-anak yang berkarakter pembelajar, berpengetahuan, cerdas, disiplin, mandiri, peduli, empati, bertanggungjawab, dan bermanfaat bagi sesama. Untuk menggapainya butuh proses yang panjang juga waktu yang tak sedikit. Di sinilah orangtua diuji kemampuannya dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga di sini pula orangtua mesti memiliki kemampuan dasar, sehingga proses semacam ini berjalan dengan baik dan lancar serta hasilnya lebih optimal.
Bila ditelisik, diantara kemampuan atau kompetensi mendasar yang mesti dimiliki oleh orangtua dalam mendidik anak-anaknya sebagai berikut, pertama, kompetensi spiritual. Kompetensi ini meniscayakan Orangtua memahami ajaran Islam sebagai landasan atau pijakan dalam meneguhkan spiritualitasnya. Sebab dengan memahami ajaran Islam maka sangat mudah bagi orangtua untuk mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan keluarga. Orangtua mesti paham bagaimana cara beriman, beribadah dan berakhlak mulia, sehingga bisa ditransformasi dan dicontohkan kepada anak-anaknya.
Kedua, kompetensi kepribadian. Kompetensi ini berkaitan dengan karakter orangtua yang harus dimiliki orangtua agar mampu dijadikan teladan oleh anak-anaknya. Karakter tersebut tercermin dalam perkataan dan perbuatan yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas seperti di tengah kehidupan masyarakat. Secara praktis, bila orangtua menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang santun, maka orangtualah yang pertama kali harus memberikan contoh. Senantiasa berkata baik dan bersikap jujur harus benar-benar dilaksanakan oleh orangtua.
Ketiga, kompetensi pedagogik. Keluarga pada dasarnya sekolah pertama bagi anak. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sehingga orangtua mesti memiliki kemampuan untuk mengajarkan berbagai hal yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak. Mengajarkan anak untuk dapat berjalan dan berbicara sesuai dengan usia perkembangannya adalah sebagian dari tugas orangtua yang memerlukan kemampuan pedagogik yang baik.
Keempat, kompetensi profesional. Profesionalisme biasanya identik profesi atau pekerjaan di sebuah lembaga. Profesionalisme juga mensyaratkan kemampuan (skill) tertentu untuk dapat menjalankan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Jika peran orangtua dalam mendidik anak-anaknya begitu penting, maka sejatinya diperlukan kemampuan dan keterampilan khusus. Dalam hal ini orangtua hendaknya menyadari bahwa tugas mendidik anak merupakan tugas mulia sekaligus tugas yang penuh tantangan, sehingga kemampuannya mesti terus diasah.
Kelima, kompetensi sosial. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan orangtua untuk berkomunikasi dengan anak maupun orang-orang di sekitarnya. Cara berkomunikasi orangtua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mendidik anak-anaknya. Selain itu hubungan sosial dengan masyarakat sekitar juga akan berdampak pada perkembangan psikis anak. Anak akan mendapat sambutan hangat dari orang-orang di lingkungan sekitarnya apabila orangtua mereka dikenal bersikap ramah atau memiliki hubungan baik dengan orang lain.
Keenam, kompetensi manajerial. Dalam konteks keluarga, orangtua terutama seorang ayah berperan sebagai pemimpin yang sangat menentukan arah dari keluarga. Memastikan setiap anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya serta melindungi mereka dari berbagai gangguan yang berpotensi merusak masa depannya adalah tugas dari pemimpin keluarga. Untuk itu orangtua perlu memiliki konsep yang jelas serta mempunyai keterampilan teknis yang baik agar mampu membawa keluarga yang dipimpinnya ke arah yang tepat.
Ketujuh, kompetensi kewirausahaan. Kompetensi ini sangat berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan berbagai upaya kreatif dan inovatif dengan cara mengembangkan ide serta mengembangkan sumber daya yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang sekaligus melakukan perbaikan. Dalam hal ini, orangtua diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anggota keluarganya hingga mampu menghasilkan karya yang bermanfaat. Kompetensi kewirausahaan akan muncul apabila orangtua memiliki keberanian serta keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Memiliki kemampuan atau kompetensi mendasar minimal seperti yang disebutkan di atas merupakan keniscayaan bagi orangtua. Menjalankan peran sebagai orangtua dengan segala kewajibannya terutama mendidik anak-anaknya tentu sangatlah berat dan penuh tantangan. Di sini, dibutuhkan kesabaran, ketekunan serta motivasi untuk terus belajar tentang bagaimana cara mendidik anak-anaknya agar mampu tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang unggul sekaligus berkarakter.
Dari waktu ke waktu, termasuk di era teknologi yang semakin tak terkendali ini, tantangan pendidikan kita terutama pendidikan keluarga cukup rumit dan kompleks. Orangtua diharapkan agar lebih jeli dan telaten dalam menjalankan peranannya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Orangtua mesti paham potensi anak-anaknya sehingga mendidik mereka juga sesuai potensinya. Intinya, orang tua mesti memiliki kemampuan kompleks, sehingga tidak salah mendidik anak. Intinya, seperti yang diungkapkan oleh penulis buku “Beginilah Pendidikan Nasional yang Ideal” (2022) Dr. Adian Husaini, “Jika anak berpotensi menjadi “singa”, jangan dididik dengan standar “kucing”! (*)