Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku “Merawat Indonesia”)
HOAX dalam Bahasa Indonesia berarti berita bohong, informasi palsu, atau kabar dusta. Sedangkan menurut kamus bahasa Inggris, hoax artinya olok-olok, cerita bohong, dan memperdayakan alias menipu. Saat ini fenomena hoax di Negara kita Indonesia menuai beragam permasalahan baik di sosial media (Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp), media elektronik maupun media cetak. Apalagi bila memasuki tahun politik, tentu terasa sekali untuk dijadikan alat menghantam lawannya. Bahkan ujaran kebencian yang salah kaprah, hasutan, caci maki, adu domba dan lainnya yang tentu saja bisa mengakibatkan perpecahan bangsa.
Menurut survey yang dilakukan oleh Mastel (2017) mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3% diantaranya menerima berita hoax setiap hari dan 17,2% menerima lebih dari satu kali dalam sehari. Bahkan media arus utama yang diandalkan sebagai media yang dapat dipercaya terkadang ikut terkontaminasi penyebaran hoax. Media arus utama juga menjadi saluran penyebaran informasi/berita hoax, masing-masing sebesar 1,20% (radio), 5% (media cetak) dan 8,70% (televisi). Tidak saja oleh media arus utama, kini hoax sangat banyak beredar di masyarakat melalui media online.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mastel (2017) menyebutkan bahwa saluran yang banyak digunakan dalam penyebaran hoax adalah situs web, sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebesar 62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Path) yang merupakan media terbanyak digunakan yaitu mencapai 92,40%.
Sedangkan menurut hasil riset Daily Social yang mencoba mendalami karakteristik persebaran hoax dari sudut pandang penggunaan platform. Bekerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Platform, menanyakan kepada 2032 pengguna smartphone di berbagai penjuru Indonesia tentang sebaran hoax dan apa yang mereka lakukan saat menerima hoax.
Berikut ini beberapa temuan yang didapatkan: Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%). Sebagian besar responden (44,19%) tidak yakin memiliki kepiawaian dalam mendeteksi berita hoax. Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri (dan tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax.
Memang dalam kehidupan sehari-hari saat ini, kita sering mendengar informasi-informasi yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang dari suatu kejadian sepele, tetapi dalam pemberitaannya dibesar-besarkan atau sebaliknya bahkan tidak jarang, sebuah rumah tangga menjadi retak, hanya karena sebuah berita yang belum tentu benar.
Islam sudah sejak dulu membahas tentang cara menangkal penyebaran hoax dan mengajak kita untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, tidak mudah percaya, dan sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya sebagaimana yang termaktub di dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. al-Hujurat: 6).
Allah mewanti-wanti kaum muslim untuk memastikan suatu kebenaran atau berita yang sampai kepada mereka, sebab tidak semua berita yang disebarkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. Maka sudah seharusnya sikap kaum muslim untuk selalu waspada, mengadakan pemeriksaan, ketelitian, dan mendapatkan bukti yang valid atas kebenaran sebuah berita. Sehingga berita yang sebar ke masyarakat benar-benar punya nilai edukasi yang mencerahkan, bukan malah menimbulkan keresahan.
Namun sangat disayangkan, tak sedikit diantara kita yang terjebak informasi palsu atau hoax. Sehingga bila ada satu orang saja yang menyebarkan berita bohong, maka berita itu akan segera tersebar di masyarakat dan diucapkan oleh banyak lidah, tanpa mengecek dan meniliti kebenarannya. Betapa banyaknya fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan. Bisa menimbulkan kegaduhan, sebab cenderung mengadu domba dan memecah belah. Tentu hal ini membuat kita semakin khawatir dan risau akan penyebaran hoax semacam itu. Sebagai pemburu berita media di setiap harinya, tentu kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap apa yang kita lihat, baca, dan merespon sebuah informasi atau berita yang beredar terbuka.
Allah Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui telah meletakkan satu kaidah sebagai pedoman bagi kita dalam bertindak untuk memelihara diri dari perpecahan, dan membentengi diri dari pertikaian, juga untuk memelihara diri dari membaranya api fitnah. Dengan begitu, semoga kita semua senantiasa hidup dalam kedamaian, keharmonisan, rukun dengan sesama dan dijauhkan serta terjaga dari bahaya penyebaran hoax. Hati-hati boleh bahkan perlu, tapi tetap dengan strategi jitu dan langkah intelektual, sehingga setiap yang kita tulis dan sebar bernilai dakwah dan mencerahkan masyarakat. (*)