
BANDUNG – Caffeine Band melakukan terobosan yang sangat krusial di akhir 2022, Chikin Muhammad pemuda asal Cirebon terpilih mengisi posisi lead vocal grup band tersebut melalui proses audisi yang cukup panjang dan diikuti lebih dari 200 peserta di tanah air.
Setelah Rudy, vocalis lama hengkang untuk fokus bersolo karir, Caffeine membuktikan eksistensinya di jagad Musik tanah air.
Beranggotakan Yudie, Beni, Chikin Muhammad dan Ikko Gobel, terbukti pada perayaan hari jadi mereka yang digelar pada 9 Desember 2022 lalu di Garland Social House Bandung, penonton yang hadir larut dan terhipnotis dengan beberapa hits yang disuguhkan Caffeine dengan apik.
Hits “Hidupku Kan Damaikan Hatimu”, “Aku tak kan Memiliki” dan “Kau yang Telah Pergi” menjadi magnet tersendiri dan sontak penonton ikut bersama menyanyikan lagu-lagu tersebut.
Tak terbantahkan, pemilihan Chikin Muhammad sebagai frontman, membawa angin segar dan tampilan yang impresif di atas panggung.
Chikin Muhammad bukanlah sosok baru yang terjun di industri musik. Pada 2012, Chikin sempat digembleng pada ajang pencairan bakat Indonesian Idol dan masuk di kategori 5 Besar.
Awal 2023 merupakan target Caffeine untuk release karya karya terbaiknya, beberapa record company sudah melirik untuk bekerjasama dengan formasi terbarunya. Hari ini, Caffeine merasa optimis bisa tetap melangkan kakinya lebih luas lagi.
Caffeine adalah grup band Indonesia yang didirikan di Bandung pada 16 Oktober 1996 dengan formasi awal digawangi Rudy, Beni, Danny, Daniel, Yandi dan Yudi.
Caffeine merambah dunia musik Indonesia setelah sebelumnya ditemukan oleh Noey, salah satu personel Java Jive.
Mereka kemudian merilis album pertamanya bertajuk “Hijau” pada 2000. Di album ini banyak mendapat bantuan dari Capung, penyanyi dan pencipta lagu terkenal yang juga berasal dari grup musik Java Jive. Album ini telah meraih Double Platinum.
Album kedua Caffeine yang rilis tahun 2002 berjudul “Yang Tak Terlupakan”. Walaupun album ini tidak mendapat perhatian sebesar album pertama, tetapi terbukti sukses untuk mempertahankan eksistensi Caffeine.
Kemudian di album ketiga “Di Telinga dan Mataku” pada 2003, Caffeine mendapatkan respon positif pasar musik Indonesia. Mereka kembali mendapatkan penghargaan platinum atas penjualan album ini.
Caffeine sempat mengalami mati suri setelah mereka merilis album kompilasi yaitu “The Best of Caffeine” yang keluar pada 2004. Hal ini salah satunya disebabkan oleh meninggalnya sang bassis yaitu Yandi Sebastian pada 2006.
Namun pada 2009, Caffeine mencoba bangkit kembali dengan meluncurkan album keempat yaitu “Trilogi of Caffeine”. Single yang populer dari album ini adalah “Demi Cintaku“. Album terakhir yang diluncurkan Caffeine adalah “Audiography” pada 2012. (*/yus)