Oleh: Sutan Aji Nugraha
Penulis adalah Pengamat Politik, tinggal di Kota Cirebon
PEMILU raya 2024 merupakan penentuan bagi rakyat Indonesia untuk memilih para penentu kebijakan perekonomian, sosial, budaya dan terlebih penting yakni politik Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, tahun 2023 adalah tahun politik, dimana seluruh aktivitas sosial mau tidak mau, senang ataupun tidak senang akan selalu dikaitkan bahkan mengaitkan sendiri kepada para pemilih, rakyat.
PKPU (Peraturan Komisi Pemilihan Umum) memuat berbagai peraturan tentang pemilihan umum untuk dilakasanakan dalam tataran tiap daerah pemungutan suara (dapil) masing-masing, sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang.
Beberapa incumbent legislator sedang menarik simpatik dan empatik agar terpilih kembali untuk memperjuangkan apa yang menjadi manifesto politiknya, baik untuk mempertahankan dapilnya lagi atau malah akan berlenggang ke yang lebih atas (DPRD Kota menjadi Provinsi). Tahapan pemilu raya (pilpres, pileg dan pilkada) memang belum resmi dimulai namun secara tidak langsung, para petahana memiliki “keuntungan”, yakni turba (turun bawah) sebagai anggota legislatif sekalipun pada akhirnya akan menjadi caleg pula pada kontestasi 2024.
Biasanya para petahana ini mendapatkan privillage, ya secara otomatis lulus verifikasi dari DCS (Daftar Calon Sementara) hingga menjadi DCT (Daftar Calon Tetap), boleh bangga secara administratif, namun tidak secara politis. Mengapa demikian? Dalam berbagai kesempatan, saya pernah berjumpa bahkan tak jarang berdiskusi, baik itu muka lama dengan begitu bangganya bahwa sudah mempunyai “saham” di masyarakat.
Begitu pun wajah baru pola pikir lama, visi dan misi hasil “copas” yang tak lain dan tak bukan dan barang tentu pasti, iklan lebih ditonjolkan. Ada benarnya perkataan teman, tafsir masa reformasi bias menafsirkan masa sekarang. Reformasi yang pernah saya tuliskan adalah zaman cacat kepemimpinan, ya euphoria jatuhnya Soeharto penyebab utama tak ada “replace him”. Sehingga secara politik, demokrasi turun temurun dan itu tak ada bedanya dengan sebuah kerajaan. Bapak lengser, Istri pun menjadi penggantinya, seperti itu seterusnya.
Fenomena pergantian Ketua DPRD Kota Cirebon adalah suatu hal yang memang baru terjadi akan tetapi untuk memimpinnya pun dikira akan berbeda, ya tidak lebih baik dari sebelumnya. Penulis adalah seseorang yang tidak asing bagi masyarakat politik, khususnya Kota Cirebon.
Saya pernah mengambil bagian terpenting bagi partai politiknya, yakni partai Gerindra. Menurut surat partai Gerindra yang dikeluarkan dengan nomor: JB-07/08-295/B/DPC-GERINDRA/2022 atas permohonon saya Sutan Aji Nugraha sebagai narasumber dalam kegiatan Pendidikan Politik dan Kaderisasi Partai Gerindra DPC Kota Cirebon di salah satu hotel Kota Cirebon.
Dalam acara tersebut seluruh pengurus DPC Gerindra Kota Cirebon dan organisasi sayap (orsap) hadir, tak terkecuali Ketua DPRD Kota Cirebon yang baru ditunjuk menggantikan yang lama oleh partai Gerindra. Ketua DPRD Kota Cirebon yang sekaligus kader partai Gerindra menyampaikan sambutannya kepada warga Gerindra, yaitu dengan kepemimpinannya hari ini akan lebih baik dari yang kemarin, tentunya dengan membuka ruang komunikasi kader-kadernya sehingga memudahkan untuk koordinasi yang terciptanya sinergitas program-program partai, dengan kata lain manifesto politik partai Gerindra.
Sungguh motivasi dan jaminan yang luar biasa. Memang dalam politik selalu memberikan garansi yang baik dan enak didengar, salah satunya oleh Ketua DPRD Kota Cirebon ini.
Tujuan partai Gerindra sudah jelas, memenangkan partai Gerindra dengan Prabowo menjadi Presiden 2024. Hal-hal yang berkaitan soal itu semua diejawantahkan dalam tataran strategi dan taktik, ya organisasi dan politik. Partai politik (Gerindra) merupakan organisasi strategis yang mana akan selalu menjadi pusat perhatian warganya serta masyarakat pada umumnya. Peran-peran fundamental inilah yang harus diisi oleh kader-kadernya yang duduk sebagai legislator, bahkan duduk sebagai Ketua DPRD Kota Cirebon.
Saya rasa jauh lebih mudah ketimbang hanya menjadi anggota legislatif biasa. Pada kesempatan acara pendidikan politik dan kaderisasi partai Gerindra Kota Cirebon pun mendapat apresiasi dari Ketua Harian sekaligus Pemenangan partai Gerindra Pusat, yakni Sufmi Dasco Ahmad.
Launching buku “Bunga Rampai Seorang Ideolog (BRSI) jilid Kedua” pada 18 Januari 2023 yang lalu adalah baramoter tentang komitmen akan simbol lembaga terhormat akan sebuah peradaban bangsa yang dalam hal ini terwakilkan oleh seorang Ketua DPRD Kota Cirebon yang berasal dari partai Gerindra. Saya sebagai penulisnya amat menyayangkan sekali sikap acuh tak acuh atau sering kita kenal dalam film warkop DKI dengan judul “Pintar-pintar Bodoh”, yang bahasa warung kopinya sering kita dengar “pura-pura goblok”.
Dalam buku BRSI jilid Kedua pun ada beberapa apresiasi tinggi dari para tokoh lintas sektoral dan politik. Ini menandakan bahwa buku adalah jendela dunia dan bisa dinikmati oleh siapapun tanpa memandang apapun. Sekarang cukuplah diterangkan bahwa Ketua DPRD Kota Cirebon yang sekaligus kader partai Gerindra sudah gagap akan pidato politiknya di acara partai Gerindra pada 28 Agustus 2022.
Mengapa demikian? Saya hanya penulis dan rakyat Kota Cirebon ingin difasilitasi oleh Ketua DPRD Kota Cirebon sebagai representasi rakyat. Hasilnya? Ya seperti judul film legenda komedi. Jika diceritakan maka tak habis beberapa lembar.
Oleh karena itulah saya menuliskan disini guna menyadarkan kita semua bahwa orang yang sudah diusung lantas duduk, biasanya terjangkit penyakit amnesia akut. Namun tak semua begitu, masih banyak kawan-kawan legislator lainnya masih peduli. Namun amat disayangkan, kejadian yang menimpa langsung ke diri saya sendiri. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana ia bersikap kepada orang yang memang tak memiliki hubungan apapun dengannya? Silahkan tafsirkan sendiri.
Pada akhirnya tanpa dukungan Ketua DPRD Kota Cirebon yang baru kurang lebih lima bulan pasca pendidikan politik dan kaderisasi dari partai Gerindra, acara launching tetap berjalan dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon serta Wakil Walikota ditengah kesibukan mereka berdua. DPD KNPI Kota Cirebon sebagai wadah perjuangan pemuda turut ambil bagian didalamnya. Perwakilan dari pemerintah se-Ciayumajakuning serta organisasi-organisasi pelajar dan lainnya.
Bahkan beberapa tokoh nasional dan regional pun turut mengapresiasi dalam bentuk virtual. Di tengah acara, ada tamu undangan menyempatkan hadir pula, ya Ketua DPC Gerindra Kota Cirebon (H. Eman Sulaeman) beserta anggota DPRD Fraksi Partai Gerindra, Fitrah Malik. Atas nama partai Gerindra dan kawan sejawat mengucapkan permintaan maaf atas kadernya yang memang dirasa tidak membuat nyaman. Sikap gentle semacam inilah yang turut saya puji dan apresiasi.
Sekali lagi, ini bukan soal materi ataupun nominal, ini soal sikap. Support dan atensi terhadap rakyat terlebih kepada karya harus dijaga, dikembangkan serta disempurnakan! (*)