Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Anies Baswedan, Pemimpin Ideal untuk Indonesia”
MENULIS adalah aktivitas yang menarik dan asyik. Mengapa? Sebab kemampuan berfikir, berdiksi dan mengelaborasi ide teruji di sini. Mungkin terlihat sepele, namun percayalah menulis itu butuh keterampilan. Bahkan sebagian orang mengatakan bahwa menulis hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mau menulis, berkorban dan segera memulai menulis. Menulis juga butuh latihan terus menerus. Berhenti belajar bakal ketinggalan momentum. Kemampuan menemukan inspirasi di lingkungan sekitar dan dinamika masyarakat luas juga adalah hal lain yang perlu dimiliki.
Berdasarkan pengalaman saya selama ini, saya bisa menyimpulkan satu hal dari banyak simpulan lainnya, yaitu cara sederhana belajar menulis buku adalah dengan cara menulis artikel dan membaca banyak buku. Semakin rajin menulis artikel dan banyak membaca buku semakin banyak latihan dan pengalaman serta stok informasi dan perspektif yang ditampung. Artikel pada umumnya hanya beberapa paragraf pendek. Mungkin delapan hingga duabelas artikel. Bila rutin menulis, maka setiap hari seseorang bisa menghasilkan beberapa artikel dalam beragam tema dan judul.
Semakin banyak belajar, melatih dan menampung hal semacam itu maka besar kemungkinan bakal terdorong untuk menulis hal serupa dengan pengembangan konten dan penguatan perspektif. Sederhana saja, menulis artikel setiap hari, misalnya, ini terlihat sepele dan sederhana, tapi hasilnya membanggakan. Selain keterampilan menulis terasah dengan baik, motivasi untuk menulis pun bakal terus terbangun dengan baik. Singkatnya, banyak melatih dan membaca bakal terdorong untuk menulis dan menulis, dari artikel hingga beragam judul buku.
Beberapa waktu yang lalu, buku saya yang berjudul “Muhammadiyah; Ide, Narasi dan Karya” terbit, tepatnya pada Februari 2023 lalu. Buku setebal 157 halaman ini merupakan bunga rampai artikel saya seputar Muhammadiyah yang diterbitkan di berbagai media massa dan media online sejak 2016 silam hingga awal 2023 lalu. Artikel-artikel tersebut juga saya publikasi di blog pribadi saya secara berkala. Setelah itu, seluruh artikel diedit kembali, lalu diterbitkan jadi buku. Benar-benar sebuah pengalaman berharga dan bakal menjadi motivasi ke depan untuk terus berkarya, minimal dengan cara mencicil artikel pendek yang terpublikasi ke pembaca beragam latar belakang.
Buku terbaru saya yang berjudul “Anies Baswedan, Pemimpin Ideal untuk Indonesia” adalah bunga rampai artikel saya di berbagai media massa dan media online selama setahun terakhir. Buku setebal 184 halaman yang terbit pada awal Maret 2023 ini awalnya hanya artikel populer yang berserakan di berbagai media massa dan media online, lalu dirapihkan dan diterbitkan jadi buku. Tangis haru kadang muncul begitu saja. Bukan karena cengeng, tapi batin ini merasakan betapa bila menginginkan sesuatu jadi kenyataan maka rutenya adalah mencicil langkah-langkahnya.
Memang ada saja yang berkomentar ketus dan mencibir, bahkan merendahkan juga menghina. Bagi saya itu adalah motivasi untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitas diri dan tulisan saya. Saya berpandangan bahwa menulis adalah upaya berbenah dan meningkatkan kualitas diri. Sebab sebelum menulis, saya mesti banyak membaca dan berupaya memahami apa yang hendak saya tulis. Tidak seketika menulis, sebab saya perlu proses pendalaman dari berbagai sudut pandang. Terutama artikel yang mengulas hal-hal sensitif atau isu-isu yang menjadi perbincangan masyarakat luas.
Bagi pembaca atau siapapun di luar sana yang ingin punya karya buku sendiri, menulis artikel populer adalah salah satu jalan paling sederhana untuk mencapai keinginan itu, ya keinginan untuk memiliki buku karya sendiri. Menulis artikel itu cukup mudah dan sangat mungkin dilakukan oleh siapapun, terutama di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini. Silahkan mencicil tulisannya sedikit demi sedikit. Minimal di setiap harinya ada tulisan pendek, beberapa paragraf lalu kelak jadi satu artikel utuh. Kalau sudah terbiasa kelak bakal ketagihan, apalah lagi sudah jadi buku pastinya semakin ketagihan.
Sebagai motivasi dan penyemangat, saya termasuk yang memahami bahwa menulis itu butuh tindakan atau praktik langsung. Seaktif apapun seseorang untuk mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan dan berbagai hal seputar kepenulisan, hanya akan menjadi karya tulis manakala ditindaklanjuti dengan segera atau memulai menulis. Tanpa praktik, maka ikhtiar atau keinginan untuk memiliki karya tulis menjadi hambar, terkesan ugal-ugalan dan ini yang berbahaya: bohong belaka. Saya mengalami proses menulis dan menikmati hasilnya, kini giliran pembaca untuk mencobanya.
Sungguh, menulis itu bisa dipelajari dan ditekuni oleh siapapun, termasuk saya yang berasal dari kampung Cereng, sebuah kampung terpencil di Manggarai Barat-NTT ini. Asal ada kemauan, mau belajar, berani melatih, sabar melalu proses, tekun membaca sumber bacaan, aktif menemukan inspirasi dan ide, dan gemar mengikuti berbagai forum kepenulisan dan serupanya, maka sangat mungkin bagi siapapun untuk memiliki karya tulis sendiri. Hal lain, tentu saja menulis itu perlu tindakan alias praktik. Ya berani memulai menulis dari sekarang, termasuk setelah membaca tulisan ini. (*)