Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Anies Baswedan, Pemimpin Ideal untuk Indonesia”
ALHAMDULILLAH, Ahad 12 Maret 2023, pukul 10.30 WIB-selesai saya bisa menghadiri acara “Munggahan Bareng Bapak Anies Rasyid Baswedan” di Pondok Pesantren Husnul Khotimah (HK), Kuningan-Jawa Barat. Pada acara ini dihadiri oleh para pimpinan dan pengasuh serta para guru juga ratusan santri-santriwati HK. Selain itu, turut hadir para tokoh lintas Ormas seperti unsur MUI, Muhammadiyah, NU dan Ormas lainnya di Kuningan. Di samping itu, juga masyarakat sekitar yang antusias dengan kehadiran Anies Baswedan di salah satu lembaga pendidikan termashur di Kuningan-Jawa Barat ini.
Pada pertemuan ini Anies Baswedan, akrab disapa Bang Anies, menyampaikan beberapa poin penting, pertama, berterima kasih dan mengapresiasi para tokoh terutama keluarga besar HK yang telah berkenan mewujudkan silaturahim kali ini. Menurutnya, silaturahim adalah media yang mengakrabkan siapapun. “Alhamdulillah hari ini bisa silaturahim ke Husnul Khotimah, melihat dari dekat apa yang sering didengar dari jauh. Tempat ini jauh jaraknya dari ibukota negara, tapi tempat ini telah dan akan terus melahirkan generasi terbaik bagi umat dan bangsa”, ungkapnya.
Kedua, perlunya menjaga keharmonisan berbangsa dan bernegara di tengah keragaman yang sudah ada sejak lama. Menurutnya, Indonesia adalah negara yang heterogen. Ia terlahir dari campuran berbagai suku, ras dan latar lainnya. Kita mesti menyadari bahwa yang hebat dari Indonesia bukan saja bhineka-nya tapi ika-nya. Karena itu, kita mesti menjaga kebersamaan kita. Kata kuncinya adalah keadilan. Bila keadilan itu nyata maka persatuan bakal terjaga bahkan semakin kokoh.
Ketiga, memohon doa restu para tokoh dan masyarakat untuk ikhtiar memajukan Indonesia. Menurutnya, kemunculan namanya di pencalonan presiden untuk pemilihan presiden (pilpres) 2024 bukan sekadar dicalonkan tapi mendapat panggilan untuk menjalankan mandat atau tugas sejarah. “Ada banyak orang yang mendoakan dalam diam dan tidak meminta balasan materi apapun. Mereka orang yang ikhlas dan tulus berjuang. Kami mohon doa restunya agar sukses melalui prosesnya, sehingga ikhtiar kita bersama berjalan lancar dan tujuan tercapai”, lanjutnya.
Silaturahim lanjutan dilakukan dengan para Tokoh Lintas Agama Cirebon Raya di sebuah hotel di Kota Cirebon. Pada kesempatan ini Gubernur Jakarta periode 2017-2023 ini menyampaikan beberapa hal penting, pertama, perlunya menjaga dan merawat persatuan. Menurutnya, Bangsa kita ini amat beragam, latar belakangnya berbeda beda. Ketika kita dulu ingin menjadi satu bangsa, tujuannya jelas yaitu membangun persatuan bangsa. Tapi ada tujuan akhir yang mesti kita gapai yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan bakal tercapai bila kita bersatu: menjaga dan merawat persatuan.
Sosok yang murah senyum ini pun mengingatkan bahwa penjajahan dalam bentuk apapun adalah penghambat hadirnya keadilan. Karena itu, penjajahan atau kolonialisme mesti dilawan. “Kolonialisme mesti dilawan. Ia hanya bisa dilawan dengan bersatu. Ya kita mesti menjaga persatuan. Bangsa ini sudah beragam, itu sudah fitrah. Tapi hal penting yang mesti kita fokuskan adalah menjaga atau merawat persatuan. Suku, ras dan latar lainnya adalah kekayaan. Tapi ujungnya adalah persatuan Indonesia”, lanjutnya.
Kedua, bersyukur sebagai bangsa Indonesia. Kita bersyukur karena kita beragam namun punya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Di beberapa negara ungkap Anies, bahasa resmi negara ada banyak, sehingga dokumen penting negaranya diterjemahkan ke dalam banyak bahasa negara itu. Tapi di Indonesia, dokumen resmi negara menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga sangat mungkin dipahami oleh seluruh warga negara yang beragam latar belakang itu.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 ini, salah satu bangsa yang paling beragam di dunia adalah Indonesia. Bangsa ini memiliki keunikan. Sebab keragaman kita mewujud dalam wajah yang unik: persatuan. Hal ini dimulai sejak lama, namun kelak dideklarasikan melalui sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Salah satu isinya adalah penegasan tentang bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Pemersatu kita salah satunya adalah bahasa Indonesia. Ini adalah terobosan dahsyat. Sebab keragaman melebur dalam satu ikatan yang kokoh.
Menurutnya, Bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa pemersatu adalah langkah jenial dan bersejarah. Sebab bila saja penentu bahasa nasional dari hasil survei maka mestinya bahasa pemersatu adalah Bahasa Jawa. Tapi para pendiri bangsa malah memilih bahasa Indonesia yang akrab dengan Melayu bahkan bahasa Melayu. Karena itu, ia mengingatkan agar kita semua menyadari betapa beragam itu kodrat, yang kita butuhkan adalah menjaga atau merawat persatuan. Kita mesti bersemangat untuk merangkul semua elemen. Kuncinya adalah komunikasi: mau bertemu dan mau mencari titik temu.
Ketiga, menjaga literasi bangsa. Para pendiri bangsa adalah sosok-sosok intelektual yang bercita-cita tinggi. Mereka berasal dari suku dan ras yang berbeda-beda. Latar sosial dan politik mereka pun beragam. Tapi mereka punya kesamaan idealisme yaitu Indonesia merdeka dari penjajahan. Menurutnya, bangsa ini dibangun di atas gagasan dan cita-cita. Unsurnya banyak sekali, sehingga kita pun menjadi bangsa yang sangat beragam. Para tokoh itu adalah pembaca dan pembelajar sejati. “Ke depan berpikir kritis itu perlu sebagai modal penguatan literasi. Literasi adalah benteng melawan hoax”, ucapnya.
Ia pun berpesan kepada seluruh elemen bangsa agar saling topang menopang dalam memajukan Indonesia. Perbedaan sikap dan pilihan politik adalah wajar adanya. Berbeda itu bukan konflik, berbeda adalah kekuatan bangsa. Bagi mereka yang masih terjebak pada kebencian dan hoax, kini saatnya untuk melihat perbedaan dalam bingkai persatuan dan cita-cita mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Bagi mereka yang berbeda dukungan dan pilihan, saya tidak minta didukung dan dipilih. Saya hanya minta agar menilai saya dari rekam jejak bukan dengan fitnah dan hoax”, tegasnya.
Pada kesempatan ini, saya sempat mengenalkan buku baru saya yang berjudul “Anies Baswedan, Pemimpin Ideal untuk Indonesia” pada sosok yang akrab dengan semua kalangan ini. Buku setebal 184 dan terbitan awal Maret 2023 ini merupakan antologi atau bunga rampai artikel saya yang dimuat di berbagai surat kabar dan media online selama setahun terakhir. Bagi saya ini adalah momentum yang baik. Ia pun menerima dan langsung membuka juga membaca daftar isi juga profil penulis. Ia pun berkomentar, “Pak Syamsudin Kadir dari Labuan Bajo, Flores-NTT. Jauh juga ya. Saya terima bukunya, saya baca bukunya. Terima kasih banyak, terus berkarya!”
Kehadiran Anies Baswedan di Kuningan dan Cirebon merupakan sebuah wujud cintanya pada kampung halaman. Sebab ia lahir di Kuningan dan sering berkunjung ke Cirebon, serta lama di Yogjakarta dan Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan dan berkarir. Belakangan ia pun dipercaya oleh warga Jakarta untuk memimpin ibukota selama satu periode: 2017-2022. Ia tuntas dan sukses menjalankan mandat warga Jakarta dengan baik. Rekam jejak dan kenyataan memperlihatkan betapa ia adalah sosok yang komit pada persatuan dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Ia adalah pemimpin pemersatu dan penjaga warisan para pendiri bangsa. (*)