Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Mengenal Muhamad Salahudin, Pulang Kampung Bangun Kampung”
ALHAMDULILLAH, syahdan, penulisan naskah buku saya yang ke-52 sudah menjelang tuntas, masih dalam proses editing dan penyempurnaan. Awalnya saya merasa berat untuk memulai dan menuntaskan naskah buku ini. Namun nurani dan hati saya selalu membisikkan agar menyelesaikannya hingga tuntas dan segera. Sehingga dengan berbagai cara dan upaya saya menjadikan pekerjaan ini sebagai prioritas, dengan menyimpan sejenak aktivitas lainnya. Saya sangat percaya dan optimis bahwa setiap niat dan impian baik pasti menemukan jalan sehingga ia benar-benar terwujud. Dan, kini benar-benar nyata.
Buku yang berjudul “Mengenal Muhammad Salahudin; Pulang Kampung Bangun Kampung” ini berisi tentang sosok muda yang pernah menempuh pendidikan formal di Cereng, Labuan Bajo, Bima, Mataram dan Jakarta ini. Namanya Muhamad Salahudin. Mungkin lebih asyik bila ia disapa Nana Din. Agar siapapun di luar sana benar-benar merasakan dan menyaksikan bahwa ia memang “Ata Beo” alias Orang Kampung: Beo Cereng, atau Kampung Cereng. Masyarakat dan beberapa pejabat penting di Manggarai Barat menyebutnya dengan “Beo Cikot” atau “Kampung Terpencil”.
Buku setebal sekira 150 halaman ini terdiri dari empat bab. Bab I berisi seputar profil singkat Muhammad Salahudin, dari kepribadian, pengalaman dan sepak terjangnya selama ini. Kemudian, Bab II mengulas tentang realitas Manggarai Barat dari berbagai sisinya. Lalu dilanjutkan dengan langkah yang mungkin dipilih dan tempuh dalam menghadirkan pembangunan Manggarai Barat ke arah lebih maju. Sebagai orang pertama dari kampung Cereng yang terjun ke politik praktis, sosok ini tentu mendapat dukungan dan sokongan keluarga besar Cereng di berbagai tempat.
Tentu membangun Manggarai Barat, atau yang bisa dan biasa ia sebut “kampung” butuh kerja kolektif semua elemen. Bahkan startegi dan caranya pun variatif, yang semuanya bisa dilakoni oleh banyak orang pula. Namun, ada satu aspek yang ia tempuh kini, yaitu jalur politik praktis. Ia pun menjadi bagian tak terpisahkan dengan Partai Amanah Nasional yang akrab disebut PAN. Ia masuk di Barisan Muda PAN. Ia pun kini masuk atau terdaftar sebagai salah satu bakal calon peserta pemilu, tepatnya pada pileg Manggarai Barat 2024 mendatang.
Setahu saya, tak tanggung-tanggung, ia masuk di kepengurusan pusat BM PAN, yaitu sebuah organisasi pemuda yang pernah dipimpin Ahmad Yohan dan kini dipimpin oleh artis sekaligus vokalis terkenal Band Ungu, Pasya, ini. Harapannya, melalui jalur politik, ia bisa melakukan banyak hal bagi pembangunan dan kemajuan Manggarai Barat. Sebab faktanya, politik merupakan instrumen bernegara yang paling berpengaruh bahkan pengaruhnya menyentuh semua kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Ya, ia pulang kampung untuk membangun kampung.
Bab III mengulas seputar langkah Muhamad Salahudin menuju Dewan. Pada dasarnya ia sendiri sudah tahu dan paham apa saja yang mesti dipersiapkan dalam memuluskan ikhtiar untuk maju dan menang di pemilu legislatif atau pileg 14 Februari 2024 nanti. Bagaimana pun, ia berpengalaman di organisasi kemahasiswaan, bahkan kini masih menjadi tenaga ahli (TA) anggota DPR RI Fraksi PAN, Ahmad Yohan yang akrab disapa Bang Ayo.
Namun demikian, ikhtiar semacam itu perlu masukan dan saran dari banyak pihak. Terutama dari keluarga besar Cereng. Saya tentu bukan juru bicara keluarga besar, tapi memilih untuk mendeskripsikan apa yang menjadi obrolan selama ini. Sehingga semua ide dan gagasan sekecil apapun perlu menjadi sumber inspirasi. Mungkin tak semuanya dijadikan rujukan, tapi minimal bisa dijadikan sebagai pembanding dalam rangka menentukan langkah yang ditempuh dalam memenangkan kompetisi politik. Atau bila pun ada yang relevan maka menindaklanjutinya adalah pilihan cerdas yang layak untuk dipilih atau dijalankan.
Berikutnya, Bab IV berisi seputar unek-unek atau suara hati masyarakat Manggarai Barat perihal kondisi dan pembangunan Manggarai Barat dari waktu ke waktu hingga kini. Di sini ada begitu banyak hal yang menjadi suara paling dalam dari masyarakat yang selama ini hidup dan sehari-hari bermata pencarian atau bekerja di kabupaten paling barat propinsi Nusa Tenggara Timur atau NTT ini. Mereka tentu menitipkan harapan besar yang sejatinya sangat mungkin terwujud dan dipenuhi oleh mereka yang menjabat kini. Namun mereka punya harapan baru dari dan pada sosok muda ini. Mungkin mereka sudah bosan dengan mereka yang selama ini sekadar menebar janji, namun pada sosok ini mereka percaya mampu mengabulkan asa dan harapan.
Buku ini tentu tidak hadir sebagai juru bicara yang secara obsesif mengenalkan sosok Muhamad Salahudin ke masyarakat Manggarai Barat. Buku ini sekadar mengenalkan sedikit saja tentang sosok ini, agar mereka yang sudah mengenalnya semakin kenal dan mereka yang belum kenal menjadi kenal, hingga kelak lebih kenal lagi. Bila sudah kenal, tentu sangat mudah untuk saling menopang, bukan saja mengokohkan hubungan baik dengan sesama, terutama keluarga besar di banyak tempat, tapi juga dalam ikhtiar kolektif memajukan Manggarai Barat.
Saya bukan satu-satunya orang yang mengenal Muhamad Salahudin dari kecil hingga kini. Sebab ada banyak orang yang jauh lebih mengenal sosok yang murah senyum ini. Baik mereka yang pernah menempuh pendidikan dan berorganisasi dengannya maupun mereka yang mungkin memiliki hubungan karib yang akrab karena pekerjaan dan jejaring. Saya berupaya untuk mendeskripsikan ia dalam bingkai pengetahuan dan daya jangkau saya yang terbatas. Ini tanggungjawab moral sebagai seorang kakak dan wujud nyata dukungan agar ia menang pileg dan kelak dilantik menjadi anggota DPRD Manggarai Barat periode 2024-2029. Saya optimis apa yang saya lakukan ini bakal berdampak baik dan punya efek ganda. Semoga saja begitu! (*)