Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Aku, Dia & Cinta”
RUH pernikahan adalah cinta. Cinta adalah saudara kembar iman. Begitulah Islam menggariskan dan memposisikan keduanya. Pernikahan yang ditumbuh-kembangkan karena dan di atas cinta sekaligus iman akan menghadirkan rumah tangga yang diliputi keberkahan. Kurang dan lebihnya setiap atau masing-masing pasangan dijadikan sebagai batu loncatan untuk naik kelas, ya rumah tangga yang semakin berbenah, produktif dalam beramal dan giat menebar manfaat.
Ketika seseorang berikhtiar untuk menjalani rumah tangga dengan pasangannya, sejatinya ia sedang membuka dan mengikhlaskan dirinya untuk menerima setiap keadaan dan potensi yang dimiliki oleh pasangannya. Ketulusan untuk menerima apa adanya sang pendamping hidup adalah sumber energi yang membuat rumah tangganya terus tumbuh dan semakin matang. Bahkan selalu berupaya dan terdorong untuk memberi yang terbaik untuk yang dicintainya.
Cinta memang tak bisa diukur secara matematis, sebab di sini yang dibutuhkan kerja-kerja emosional, moral dan pertanggungjawaban. Maka perasaan memiliki selalu penting untuk dimiliki oleh setiap diri yang sudah mengikat diri dalam ikatan halal: nikah. Memiliki dia tanpa ada rasa tahu sedikit pun. Dia yang kini menjadi teman bicara, sahabat untuk membincang banyak hal dan berbagi rasa pun benar-benar dijaga. Bukan saja agar terhindar dari tindakan kriminal tapi juga dari amal buruk dan dosa.
Di samping itu, tentu menumbuhkan saling percaya sekaligus cinta itu sendiri. Saling percaya bahwa dia yang kini mendampingi adalah sosok manusia kiriman Allah. Sebab ia sejatinya sedang menjalani takdir yang ia peroleh dari Allah, bukan sekadar karena seleranya untuk menerima untuk menjadi pasangan bagi pasangannya. Di sini, cinta bersemi bukan sekadar karena ada perasaan manusiawi untuk saling mencintai. Sebab bila takdir Allah yang berjalan maka cinta manusia naik kelas menjadi cinta dari Zat Yang Maha Cinta, Allah.
Cintanya cinta adalah sebutan paling sederhana untuk rumah tangga yang dibangun dengan fondasi iman yang kokoh. Mencintai pasangan bukan saja karena paras, harta dan kelas sosialnya, tapi dan sebab yang utama adalah karena iman juga akhlaknya. Inilah batu bata cinta yang paling utama, tinggi dan istimewa. Dengan demikian, yang diburu bukan berapa materi yang didapat, tapi bagaimana kualitas amal soleh yang membuat imannya semakin berkualitas, yang berdampak pada kebaikan berakhlak. Ini benar-benar cintanya cinta.
Saya dan 23 penulis lainnya sedang berbagi pengalaman tentang rumah tangga dan rasa cinta pada masing-masing pasangan, atau pada sosok yang masih berada di dalam bait-bait doa di ujung malam. Bahwa faktanya tidak semua yang diinginkan benar-benar nyata. Sebab Allah Maha Tahu siapa pasangan atau jodoh yang tepat atau pantas bagi setiap hamba-Nya. Sehingga setiap penulis pun bercerita tentang pengalaman yang unik dan berkesan. Di samping itu, bagi mereka yang masih menanti, berharap agar kelak Allah mempertemukan mereka dengan yang tepat juga pantas. Sekali lagi, ini benar-benar cintanya cinta.
Buku “Aku, Dia & Cinta” yang akrab dengan sebutan ADC ini adalah karya sederhana dari mereka yang memiliki rasa cinta yang terjaga. Cinta pada sosok yang benar-benar kini menjadi pasangan hidupnya. Mereka mengungkapkan perasaan pada pasangannya apa adanya. Kurang dan lebih pasangannya menjadi energi yang mengokohkan rumah tangganya. Selain itu, beberapa penulis yang belum menikah berbagi cerita dan berharap agar sosok yang dikirimkan Allah untuk menjadi pasangannya kelak benar-benar menjadi sosok yang layak dan dirindukan. Sehingga cinta para penulis buku ini pun bukan cinta biasa, tapi cinta luar biasa. Sebab cintanya berbalut dan dibingkai iman. (*)