LOMBOK BARAT, fajarsatu.com – Proses penyebaran motivasi sekaligus penguatan tradisi literasi terutama kepenulisan perlu menjadi perhatian kalangan pesantren di seluruh Indonesia, termasuk di NTB. Hal itu menjadi catatan penting acara bedah buku “Aku, Dia & Cinta” yang diadakan di Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, NTB pada Senin (10/7/2023).
Pada acara yang berlangsung di Masjid Alwalidain yang berlokasi di kompleks Kampus 3 Nurul Hakim ini dihadiri oleh unsur pengurus Yayasan Nurul Hakim Lombok, Pembina Asrama, delegasi Forum Penulis Nurul Hakim, mahasiswa/i IAI Nurul Hakim, ratusan perwakilan santriwati dari ribuan santriwati dan undangan lainnya.
Ustadz Firdaus Nuzula selaku pengurus Yayasan Nurul Hakim Lombok mewakili Yayasan dan pembina santri mengapresiasi acara ini. Terutama karena narasumber dan pembedahnya merupakan alumni Nurul Hakim bahkan satu angkatan. Menurutnya, ini gebrakan baru di momentum tahun pembelajaran baru tahun ini. Sehingga ke depan Nurul Hakim semakin punya warna tersendiri dalam dunia literasi.
“Saya bersyukur dengan acara ini. Kita bisa kedatangan narasumber yang sudah menulis banyak buku dan aktif di berbagai forum. Penulis dan pembedahnya adalah dua sosok seangkatan di Nuruk Hakim tahun 1996-2002 silam. Kita perlu apresiasi acara ini dan karya Ustadz Syamsudin Kadir ini. Semoga ke depan kegiatan seperti ini kita laksanakan lebih meriah dan dahsyat lagi,” ungkapnya.
Pada momentum yang sama, Rusdan, N.S.I. Ketua LP2M yang didaulat menjadi salah satu narasumber menyampaikan bahwa acara ini merupakan impian dirinya sejak puluhan tahun silam saat masih menjadi santri di Nurul Hakim. Menurutnya, acara ini menjadi inspirasi untuk kegiatan dan penguatan literasi khususnya kepenulisan di pondok yang didirikan oleh TGH Abdul Karim (alm) dan TGH Safwan Hakim (alm) ini kedepan.
Sementara Syamsudin Kadir selaku penulis buku yang dibedah menyampaikan rasa syukur, haru dan bangga karena bisa kembali silaturahim bahkan berbagi inspirasi kepada para santriwati di pondok tempat dirinya mengenyam pendidikan medio 1996-2002 silam. Menurut sosok yang seangkatan dengan Ketua LP2M IAI Nurul Hakim ini, menulis buku merupakan dampak dari didikan para Tuan Guru dan para Ustadz di Nurul Hakim.
“Saya ini dulu santri yang agak susah diatur. Tapi saya suka baca buku, suka menulis untuk mading yang ada di asrama atau pondok. Bahkan saya sering menulis di kardus bekas bila belum ada uang untuk membeli buku tulis. Para Tuan Guru dan para Ustadz sering menasehati saya dan teman-teman untuk rajin menuliskan apapun yang diajar atau disampaikan di setiap pengajian,” ungkapnya.
Acara yang berlangsung sukses ini diramaikan juga oleh diskusi atau tanya jawab dan pemberian hadiah atau bonus buku bagi yang bertanya dan beruntung. Acara pun berakhir dengan foto bersama dengan penulis dan narasumber juga peserta. (syam)