Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Indahnya Islam di Indonesia”
SALAH satu variabel penting dalam menjalankan dakwah amar makruf nahi mungkar adalah media. Media memiliki peranan penting dalam menjalankan peran dakwah, dalam hal ini dakwah Islam. Media beragam jenis dan bentuknya, selain elektronik seperti TV dan radio, ada juga dalam bentuk tulisan seperti buku, buletin dan majalah. Bahkan yang cukup menjamur belakangan ini adalah media online dan media sosial dengan beragam tulisan seperti makalah, artikel, cerita pendek, puisi dan sebagainya.
Salah satu media dakwah yang cukup eksis sejak dulu hingga saat ini adalah majalah. Di Indonesia ada begitu banyak majalah, terutama era tahun 1950-an hingga 2000-an lalu, bahkan sebelumnya era 1900-an. Pada medio 1996 hingga 2000-an saya termasuk yang aktif membaca sekaligus memiliki berbagai majalah. Diantaranya misalnya, Suara Muhammadiyah, Majalah Hidayatullah, Risalah, Media Dakwah, Al-Insan, ISLAMIA, Gontor, Sabili, Tarbawi, Al-Izzah, Al-Muslimun, Saksi, Annida, Intisabi, Mulia, Al-Qudwah, Al-Intima’, dan As-Sunnah serta belasan majalah lainnya yang belum saya baca. Walaupun sebagiannya saya peroleh dalam kondisi status “bekas”, namun majalah yang saya baca tetap memiliki dampak baik dan signifikan bagi pengetahuan sekaligus perspektif saya.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi tantangan tersendiri bagi penggiat media dakwah khususnya media dakwah yang mengandalkan kertas, tinta dan tulisan seperti majalah. Di tengah hadirnya media digital semacam itu, bagi sebagian majalah justru menjadi pertanda kematian. Namun bagi media yang bertahan dengan berbagai inovasi dan kreatifitas, media digital justru menjadi penyokong yang kokoh. Keberadaan teknologi digital justru menjadi peluang bagi sebagian media untuk melakukan ekspansi dan semakin mendulang pemanfaatan dalam beragam bentuknya.
Saya benar-benar salut dan bangga kepada persyarikatan atau ormas Islam dan pergerakan dakwah Islam di Indonesia yang eksis menjadikan majalah sebagai salah satu media dakwah dan media publikasi sekaligus informasi selama puluhan tahun bahkan seabad lebih. Seingat saya, karena saya termasuk yang aktif membaca sekaligus mengoleksinya, ada beberapa majalah yang masih eksis sejak awal hingga saat ini yaitu Suara Muhammadiyah (Muhammadiyah), Majalah Hidayatullah (Hidayatullah), Risalah (Persatuan Islam), dan Bina Da’wah (Dewan Dakwah Jawa Barat).
Setiap majalah tersebut tentu memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri, baik dari sisi desain dan layout maupun dari sisi konten dan fokus tema garapannya. Setiap majalah juga memiliki basis pembaca yang “fanatik”, bukan karena sekadar “ngikut” saja tapi berbasis pada argumentasi yang kokoh juga seleranya masing-masing. Di samping kemampuan publikasi dan penguatan jejaring pembaca di masing-masing organisasi atau elemen umat Islam yang menaungi majalah tersebut. Konten yang mereka suguhkan juga memiliki basis konsumen pembacanya masing-masing, yang tentu selalu menanti kehadiran majalah kebanggaannya di setiap edisinya.
Apapun itu, hadirnya majalah semacam itu dengan berbagai konten dan ulasan yang mudah dicerna, membuat saya dan pembaca di luar sana selalu tertarik dan terdorong untuk membaca, tentu saja sekaligus untuk memiliki majalahnya. Ini menjadi pilihan sadar pembaca di tengah gempuran media online yang terus menjamur. Walau mereka akrab dengan media online yang menyajikan konten yang bermutu dan up date atau aktual, namun mereka tetap menjadikan media seperti majalah sebagai sumber bacaan. Kombinasi sumber bacaan semacam itu, majalah dan digital atau online, membuat pembaca semakin mendapatkan pengetahuan dan informasi yang lebih kompleks dan semakin komplit.
Seingat saya, secara umum ulasan dan konten keempat majalah di atas tergolong sama, yaitu berorientasi pada tujuan pencerahan umat dan berbasis pada sumber ajaran Islam berupa al-Quran dan al-Hadits yang mengulas berbagai tema seperti aqidah, fiqih, ibadah, akhlak, tafsir, pergerakan, dakwah, pendidikan, ekonomi, bisnis, kesehatan dan kehidupan sosial lainnya. Selain itu, berbagai tema aktual dan isu kekinian yang perlu mendapat perhatian umat. Baik dalam skala lokal dan nasional maupun regional dan internasional. Termasuk problematika keumatan dan kebangsaan di Indonesia, serta isu internal masing-masing persyarikatan dan organisasi.
Eksisnya majalah tersebut sebagai media dakwah di tengah media digital merupakan satu fakta betapa inovasi dan kreatifitas dalam dakwah media menjadi hal penting. Perwajahan media dari sisi desain dan layout tentu menjadi penyempurna yang apik dalam menyuguhkan konten dan tema yang menjadi fokus yang diulas di setiap edisinya. Majalah dengan segala tantangan dan peluangnya merupakan pemandu umat yang memiliki peran penting di era ini. Majalah dapat dimanfaatkan dalam melanggengkan tradisi literasi terutama baca-tulis yang sejak lama sangat akrab dalam khazanah sekaligus peradaban Islam.
Elemen muda di berbagai organisasi Islam perlu menginisiasi penguatan literasi dalam beragam cara seperti pendidikan dan pelatihan jurnalistik sekaligus kepenulisan, audisi kepenulisan dan menulis keroyokan dalam beragam tema. Apresiasi terhadap penulis juga perlu menjadi perhatian serius. Hal ini dapat menyemangati para penulis dan menginspirasi generasi muda untuk terjun ke dunia kepenulisan. Hal lain, kita atau umat Islam perlu saling menopang dan menyokong agar kehadiran dan peran majalah tetap eksis yang ditandai dengan penguatan dan peningkatan kualitas konten, peningkatan jumlah oplah, perluasan basis pembaca dan ekspansi perusahaan. (*)