Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Muhammadiyah; Ide, Narasi dan Karya”
DALAM perhitungan tahun masehi, Muhammadiyah lahir atau didirikan pada 18 November 1912. Pada Sabtu 18 November tahun 2023 ini organisasi persyarikatan yang didirikan dan dipimpin pertama kali oleh KH. Ahmad Dahlan ini genap berusia 111 tahun. Sebuah usia yang cukup dewasa bahkan tua untuk sebuah organsiasi sekaligus pergerakan yang konsen pada dakwah Islam, aspek pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan.
Pada tahun ini PP Muhammadiyah sudah menetapkan “Ikhtiar Menyelematkan Semesta” sebagai tema milad Muhammadiyah. Tema ini sangat relevan dan mengisyaratkan betapa Muhammadiyah sangat konsen untuk menghadirkan manfaat yang lebih ril dan luas bagi kemanusiaan. Bukan saja bagi umat Islam di Indonesia tapi juga umat Islam di seluruh dunia, bahkan bagi umat manusia di seluruh dunia.
Kita mesti mengakui secara jujur dan apa adanya bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi sekaligus pergerakan Islam terbesar di dunia. Hal ini bukan saja dipahami dari jumlah anggota masyarakat yang menisbatkan dirinya sebagai anggota atau kader Muhammadiyah, tapi juga dari berbagai jaringan organisasi dan amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar secara merata di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Jaringan Muhammadiyah bukan saja menjangkau seluruh pelosok daerah dalam negeri tapi juga di luar negeri. Berbagai organisasi jejaring Muhamamdiyah telah dibentuk di berbagai negara lintas benua, Amerika, Eropa, Asia, Afrika hingga Australia. Muhamamdiyah hadir secara terbuka dengan berbagai macam cara dan aksi, dari mendirikan lembaga pendidikan hingga organsiasi pelajar-mahasiswa di berbagai negara yang terjangkau.
Dalam rangka menyelamatkan semesta, sesuai dengan tema milad tahun ini, beberapa hal berikut dapat menjadi agenda yang dilakoni oleh Muhammadiyah. Pertama, memperkuat aksi dakwah Islam. Kita mesti akui bahwa aspek ini perlu membutuhkan perhatian serius Muhammadiyah. Dakwah Islam yang dihadirkan Muhammadiyah mesti merekatkan antar sesama elemen umat di tengah keragaman latar dan bentuk aksi berbagai organsiasi berbasis masyarakat Islam di Indonesia hingga di seluruh dunia.
Secara praktis, Muhammadiyah bisa melakukan tiga hal sekaligus, (1) perkuat kaderisasi ulama. Kaderisasi ulama dapat dilakukan dengan memperkuat dan meningkatkan kualitas pesantren Muhammadiyah di berbagai tempat. (2) melakukan pendidikan dan pelatihan khusus untuk mendalami ilmu keulamaan berkaitan dengan tafsir, fiqih, ushul fiqih, hadits, bahasa arab, mantiq, balaghoh, dan sebagainya. Dan selanjutnya (3) meningkatkan kemampuan berkomunikasi di ruang publik dan memamanfaatkan media digital sebagai media dakwah.
Kedua, memperkokoh peranan amal usaha Muhammadiyah yang akrab disebut AUM. AUM adalah wajah Muhammadiyah, baik di internal maupun di ruang publik atau eksternal Muhammadiyah. Selama ini Muhammadiyah dikenal sangat konsen pada isu sosial kemasyarakatan, baik di bidang pendidikan dan kesehatan maupun dalam bidang sosial pada umumnya. Walau demikian, seiring dengan muncul permasalahan sosial masyarakatan yang semakin kompleks, maka peranan AUM perlu ditingkatkan daya jangkau dan kualitasnya. AUM mesti menjangkau seluruh masyarakat Indonesia juga dunia. Termasuk berbagai bangsa dan negara di dunia yang hingga kini masih dilanda konflik dan perang seperti Palestina dan sebagainya.
Ketiga, memperkokoh kaderisasi persyarikatan, terutama atau khususnya di kalangan generasi muda Indonesia. Selama ini Muhammadiyah sudah melakukan berbagai upaya kaderisasi melalui organisasi seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pemuda Muhammadiyah (PM). Dampak kaderisasi juga sudah dirasakan di berbagai level organisasi bahkan AUM. Baik amal usaha pendidikan dan kesehatan maupun amal usaha sosial lainnya. Bahkan tak sedikit kader Muhammadiyah yang berkarir di sektor birokrasi lintas sektor pemerintahan. Kader dan tokoh Muhammadiyah pun dikenal bermoral, produktif dan profesional.
Namun bagi persayarikatan sebesar Muhammadiyah hal tersebut belumlah cukup. Sebab generasi muda, baik pelajar maupun mahasiswa juga pemuda di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat. Muhammadiyah melalui organisasi otonom sekaligus pengkaderannya seperti yang disebutkan di atas perlu memperluas ruang pengkaderan dan meningkatkan kualitas pengkaderannya. Organisasi pelajar, mahasiswa dan pemuda Muhammadiyah mesti menjadi wadah pengembangan potensi bagi seluruh generasi muda Indonesia. Di sini dibutuhkan inovasi dan kreatifitas serta terbososan baru sehingga Muhammadiyah benar-benar menjangkau seluruh elemen muda Indonesia.
Keempat, memperkuat unit usaha dan bisnis Muhammadiyah. Warga Muhamamdiyah perlu mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Suara Muhammadiyah beberapa waktu lalu. Majalah yang akrab dengan pola konvensional ini bertransformasi dengan tidak menghilangkan jejak aslinya seperti semula. Suara Muhammadiyah (SM) sukses mempertahankan diri dan terus berdiri kokoh di tengah ambruknya usaha serupa di luar sana. SM juga mampu menghadirkan bisnis baru; dari penerbitan majalah dan buku, media digital, batik, konveksi, ekspedisi, retail dan property hingga yang teranyar adalah SM Tower di Jogjakarta.
Walau selama ini sudah mulai muncul beberapa unit usaha dan bisnis, namun ke depan perlu penguatan dan melahirkan unit usaha atau bisnis baru. Hal ini bukan saja berkaitan dengan meningkatnya jumlah kader Muhamadiyah di seluruh Indonesia tapi juga karena respek sekaligus kepercayaan masyarakat Indonesia pada unit apapun yang dihadirkan Muhammadiyah. Berkaitan dengan hal ini, kita layak berbangga dan haru karena berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah sukses menampung berbagai anak bangsa lintas latar belakang, baik suku, ras dan warna kulit bahkan agama atau keyakinan.
Artinya, bila lembaga pendidikan Muhammadiyah khususnya perguruan tinggi Muhammadiyah mendapat kepercayaan publik maka sangat mungkin unit usaha atau bisnis yang didirikan Muhammadiyah bakal mendapat kepercayaan atau apresiasi publik. Tentu selain manajemen dan kualitas pelayanan, hal lain yang perlu dijaga adalah ketelatenan, profesionalitas dan kejujuran. Muhammadiyah mesti optimis untuk menghadirkan hal semacam itu, sebab selama ini Muhammadiyah dikenal sangat telaten, ulet, dan profesional.
Kelima, Muhammadiyah perlu menggalang konsolidasi penulis seluruh Indonesia. Kita harus akui bahwa jumlah buku yang terbit dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini bukan saja karena bisnis penerbitan konvensional berhadapan langsung dengan publikasi berbasis sekaligus era digital, tapi juga jumlah penulis yang semakin menurun. Jangan kan penulis non Muhammadiyah, penulis yang berlatar Muhammadiyah pun jumlahnya sangat sedikit.
Coba kita cek siapa saja kalangan Muhammadiyah yang rutin menulis di Suara Muhamadiyah atau website resmi Muhammadiyah. Bila kita telisik lebih serius lagi, buku-buku yang mengulas tentang Muhammadiyah pun masih ditulis oleh para sesepuh yang sepak terjang mereka di Muhammadiyah sudah tak bisa diragukan lagi. Satu sisi hal ini merupakan kenyataan yang layak kita syukuri, namun pada sisi lain ini adalah alarm paling ril betapa perlunya kaderisasi di bidang kepenulisan khususnya di kalangan muda Muhamamdiyah. Bahkan lebih dari itu, Muhamamdiyah perlu melakukan penggalangan konsolidasi para penulis seluruh Indonesia dalam rangka menghadirkan wajah Islam yang teduh dan konten yang konstruktif, hingga semesta benar-benar terawat dalam bingkai damai dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Keenam, memperkuat jaringan global. Keberadaan struktur dan lembaga pendidikan Muhammadiyah di berbagai Negara selama beberapa tahun terakhir merupakan prestasi besar Muhammadiyah. Keberadaan struktur dan lembaga pendidikan Muhamamdiyah di berbagai negara dapat menjadi duta Muhamamdiyah yang menjalankan peran strategis Muhammadiyah di level global. Ke depan Muhamamdiyah perlu melakukan eksapansi peran, dari peran sosial di bidang pendidikan ke peran diplomasi global. Muhammadiyah dapat dan sangat mungkin menjadi juru damai di berbagai kawasan. Semangat persaudaraan dengan label kemanusiaan dapat dijadikan sebagai modal Muhammadiyah dalam merawat perdamaian global.
Menyelematkan semesta merupakan misi besar yang hanya akan terwujud manakala seluruh elemen di Muhammadiyah mampu menjalankan peran terbaiknya. Usia 111 tahun atau satu abad lebih, bukanlah usia muda. Ini adalah usia yang sangat tua untuk memastikan aksi persyarikatan Muhammadiyah ke depan mesti berdampak nyata bagi kemanusiaan. Indonesia dengan segala potensinya merupakan modal penting dan berharga yang perlu dimanfaatkan Muhamamdiyah dalam rangka mewujudkan ikhtiar kolektif: menyelamatkan semesta dari berbagai permasalahan. Dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan hingga perpecahan, konflik dan perang dalam beragam wajahnya. Selamat milad Muhammadiyah! (*)