Oleh: Mohamad Fadli
Penulis Buku “Rindu Ibu”
DALAM Islam, wanita menempati posisi terhormat, dan di takdirkan oleh Allah sebagai perantara manusia dilahirkan di dunia. Wanita diberi kelebihan mengandung, memelihara, dan melahirkan.
Hampir semua wanita, terutama yang mendapat anugerah melahirkan anak adalah tangguh. Secara sederhana, tangguh artinya sukar dikalahkan, kuat, berpendirian, tidak mudah menyerah menghadapi rintangan.
**
Wanita hebat, bukan? Yah, itulah ibuku, yang aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan emak. Namanya Siti Mardiah. Ia lahir 1981 silam di Cereng, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat, NTT. Merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Tahami (alm) dan Ibu Siti Jemami (almh). Kini ia berdomisili di Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Bagiku, emak adalah wanita istimewa dan luar biasa Bagaimana tidak, ia sangat berperan penting dalam hidupku sampai saat ini dan sampai kapanpun.
Emak hanya tamatan sekolah dasar (SD), tapi sangat cerdas, termasuk berinvestasi layaknya pengusaha. Ia juga cerdas dalam hal mengatur waktu, emosi, uang dan banyak lagi yang tak bisa aku jelaskan panjang lebar saking cerdasnya emak.
Sampai saat ini aku masih bingung dan heran dengan emak. Dia begitu kuat dan hebat seperti definisi kata tangguh. Bagaimana tidak, emak berperan sebagai ibu juga sebagai ayah. Ayahku (Bapak Sudir) sudah mninggal sejak kami masih kecil. Sehingga emak berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi tiga orang anaknya, ya aku dan dua perempuan cantik yang akan meneruskan sifat tangguhnya.
Entah apa motivasi besar emak yang sampai saat ini masih berjuang untuk anak-anaknya. Aku tahu semua ibu yang ada di dunia ini berjuang untuk anak-anaknya. Begitu juga emak. Ia mempunyai kelebihan, ia seperti cahaya yang menerangi kegelapanku. Ia menjadi motivatorku yang tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan aksi nyata.
Aku sendiri menyaksikan perjuangannya yang sangat luar biasa. Bekerja di sawah, mencangkul tanah layaknya seorang bapak dan menanam sayur untuk dijual ke pasar, dan banyak lagi yang tak bisa aku sebut satu persatu saking luar biasanya emak. Bukan saja unuk kebutuhan keluarga kecilku sehari-hari, tapi juga untuk biaya pendidikan aku dan kedua adikku di tanah rantauan.
Aku dan adikku yang pertama (Walidah Nafsah) masih menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi di Kota Pelajar, Jogjakarta. Sementara adikku yang terakhir atau si bungsu (Wulan) masih nyantri di sebuah pondok pesantren di Lombok Tengah, NTB.
Emak sangat tangguh dalam kehidupannya. Dia tahan banting atas perkataan negatif sebagian orang terhadapnya yang memang itu wajar dalam kehidupan masyarakat yang masih terbelakang dalam hal pendidikan. Tetapi emak itu sangat sabar dan hanya membalas dengan fakta yang tidak seperti dikatakan sebagian orang. Yah, aku ingin sekali mempunyai sifat tangguh seperti emak.
Dulu aku kadang suka ngambek dengan emak. Emosi bodohku kerap tidak terkontrol, merusak barang rumah, mengambil uang yang emak simpan dan malah menyusahkan emak. Tapi aku juga heran ketika aku meminta maaf, emak malah sudah memaafkanku lebih dulu. Aku tidak tahu jika aku lahir dari rahim wanita lain selainnya, mungkin aku tidak bisa seperti sekarang. Emak begitu luar biasa sabar terhadap tingkah laku aku, ya anaknya yang nakal ini.
**
Emak, petapi percayalah, di balik nakal anakmu ini, aku sangat mencintaimu. Hanya saja aku masih kurang mengerti dengan diriku sendiri.
Emak, aku sangat ingin menjadi sepertimu, aku ingin tahu tangguh itu seperti apa, sabar itu seperti apa, berjuang itu seperti apa.
Emak, engakau tetap akan menjadi yang terbaik, yang terhebat bagiku dan tentunya juga bagi dua saudariku yang akan menjadi wanita tangguh sama sepertimu. Aku harap eangkau tetap mengajarkan kepada kami cara agar tangguh dalam mejalani hidup.
Emak, dengan segenap hati, aku meminta maaf kepadamu atas segala kesalahanku. Aku juga meminta maaf sampai saat ini belum bisa memberi partisipasi nyata dalam hidupmu. Aku tahu harapanmu besar untuk aku, apalagi sebagai laki-laki anak pertama, seharusnya aku menjadi contoh yang baik bagi kedua saudariku, yang sampai saat ini aku masih bingung terhadap diriku, dan masih bertanya-tanya perubahan apa yang aku dapat sampai saat ini.
Tapi percayalah Emak, motivasiku saat ini dan sampai kapanpun hanyalah dirimu saja, sebab engkau mengajarkanku arti hidup. Keinginanku hanya satu yaitu ingin menjadi anak yang akan tetap membuatmu tersenyum bahagia. Semoga Allah membalas kebaikanmu Emak yang menurutku sungguh luar biasa. Jika ditunjuk kepada orang lain jalan cerita hidupmu, aku yakin mereka akan menyatakan engkau yang terhebat.
Emak, aku tak tahu jika engkau pergi, aku harus ke mana? Aku terus berdoa kepada Allah, agar engkau diberi umur panjang, hidup berkah, dan tetap sehat, agar tetap menjadi cahayaku dalam hidup.
Emak, aku mohon maaf karena sering membuatmu kesal, aku masih belajar arti hidup itu apa. Mohon bimbing aku selalu! (*)