Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Membangun Tradisi Literasi”
PADA satu dekade terakhir saya sering diundang menjadi narasumber acara pelatihan kepenulisan dan kejurnalistikan di berbagai kalangan terutama kalangan perguruan tinggi atau mahasiswa. Selain untuk berbagi pengalaman menulis artikel dan buku, forum semacam ini biasanya saya manfaatkan juga untuk mengiklankan buku-buku terbaru saya. Bagaimana pun, seperti yang sering saya ungkap di banyak forum bahwa juru bicara sekaligus marketer terbaik buku adalah penulisnya. Penulis yang baik adalah penulis yang berani mengenalkan bukunya kepada khalayak.
Berdasarkan pengalaman saya selama ini, menulis artikel dan buku itu perlu trik atau langkah-langkah pendukung yang praktis. Pada tulisan ini saya mengupas secara khusus trik menulis buku, sehingga pembaca semakin tertarik dan mudah dalam menulis buku. Pertama, memiliki gagasan atau ide. Pada saat menulis buku, penulis tentu mesti memiliki ide atau gagasan tertentu. Sebab substansi buku adalah ide, bukan sekadar tulisan atau kata-katanya. Dengan demikian, penulis harus memastikan bukunya tersusun dari ide-ide, bukan sekadar tumpukan kata-kata yang tak punya makna apa-apa.
Ide muncul dari berbagai sumber seperti bacaan, perenungan dan eksplorasi ulang sumber bacaan atau ide penulis lain. Bahkan elaborasi atas gagasan para ahli yang mengulas tema tertentu sesuai fokus ulasan buku yang sedang digarap. Dengan demikian, penulis harus memiliki tradisi baca yang kuat. Penulis tidak boleh malas membaca buku atau sumber tulisan lainnya. Ia harus gila baca. Tradisi ini bukan saja memastikan perspektifnya kaya tapi juga terbiasa untuk menyusun kalimat yang ajek dan mudah dipahami oleh pembaca. Penulis pun memiliki pemikiran yang sistematis dan lugas sehingga mudah dicerna dan dipahami pembaca.
Kedua, membuat kerangka tulisan. Penulis pada umumnya terbiasa untuk menyusun kerangka tulisan yang sering disebut dengan outline tulisan. Adanya kerangka tulisan membuat penulis semakin mudah dalam mendisiplinkan dirinya untuk menentukan prioritas tulisan. Sehingga ia pun lebih fokus pada tema-tema yang sudah disusun dalam kerangka tulisannya. Ia tidak terjebak dengan berbagai tema di luar tema tersebut. Kerangka tulisan bakal membuat dirinya terus menulis sesuai dengan target yang sudah disusun berdasarkan fokus kerangka tulisan.
Ketiga, eksplorasi ide berdasarkan fakta dan data. Ide yang baik adalah ide yang bisa dijelaskan atau dieksplorasi. Penulis yang baik biasanya memiliki kemampuan untuk mengulas atau menjelaskan ide tulisannya. Kemampuan ini dapat menolongnya saat kehilangan ide. Bukan berarti lari dari masalah, tapi menemukan cara agar ulasannya tidak kehilangan jejak. Biasanya ide itu muncul kapan saja, namun bakal hilang begitu saja bila penulis tak mampu mengeksplorasi idenya. Karena itu, penulis harus terbiasa untuk mengulas ide-idenya. Selain untuk menjaga ide juga untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi bukunya.
Keempat, menyicil tulisan. Tidak ada tulisan yang langsung menjadi tulisan panjang atau menjadi buku. Penulis harus melalui proses panjang, dari tulisan pendek hingga panjang bahkan sempurna menjadi satu buku. Salah satu trik yang paling manjur adalah mencicil tulisan. Penulis harus terbiasa mencicil tulisannya berdasarkan kerangka tulisan atau outline yang sudah disusun. Ia cukup mengikuti dan fokus dengan tema yang sudah disusun pada kerangka tulisan. Kerangka tulisan atau outline adalah peta jalan yang memudahkan penulis untuk menghasilkan sebuah tulisan hingga menjadi buku.
Secara praktis, mencicil tulisan bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu dan target tulisan. Misalnya, menulis setiap jam 2 pagi minimal 2-3 halaman. Atau ada juga penulis yang terbiasa menulis setiap setelah shalat lima waktu, minimal 1 atau 2 halaman. Apapun itu, intinya penulis harus pandai mencicil tulisan. Kalau ia terbiasa maka hasilnya fantastis. Bayangkan saja, setiap hari menulis minimal 1 atau 2 halaman, dalam sebulan sudah terkumpul 30 atau 60 halaman tulisan. Dalam setahun bisa menulis 360 atau 720 halaman. Itu artinya, penulis sudah menulis 4 atau 5 buku, bahkan 6 buku setahun. Mudah, bukan?
Kelima, membuat tulisan pertama yang menarik dan berkesan. Penulis yang baik dan kreatif biasanya memiliki kemampuan untuk menghadirkan ulasan awal pada tulisannya yang benar-benar menarik bagi pembaca. Sebab pembaca pada umumnya terbiasa untuk membaca buku berdasarkan tema-tema tertentu yang disukainya. Di sinilah pentingnya penulis menghadirkan pemantik yang apik pada tulisannya sehingga pembaca tertarik untuk membaca. Biasanya, pembaca menyukai tulisan yang berbasis pada data dan fakta. Atau ada juga pembaca yang suka pada ulasan yang menyentuh hati dan perasaannya. Penulis harus mampu menghadirkan ulasan semacam itu.
Setiap kita memang memiliki trik juga pengalaman masing-masing. Beberapa trik yang saya ungkap di atas hanyalah penambah trik yang sudah dimiliki oleh pembaca juga penulis di luar sana. Apapun itu, kita bersepakat bahwa tradisi literasi bangsa kita Indonesia harus naik kelas. Setiap kita mesti memiliki semangat dan tekad untuk menghadirkan tulisan yang bermanfaat, terutama dalam bentuk buku. Sebagai apapun dan apapun profesi kita, semuanya memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan kualitas tradisi dan produk literasi bangsa kita terutama dalam bentuk buku. Semoga trik di atas mampu menggerakkan dan menambah geliat kita dalam memajukan tradisi literasi terutama menulis buku bagi kemajuan bangsa tercinta Indonesia! (*)