Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Happy Ramadan”
MADRASAH akrab dengan lembaga pendidikan Islam yang menggunakan kurikulum dan sistem pembelajaran tertentu. Tenaga pengajar atau pendidiknya pun memiliki latar dan kompetensi tertentu yang memungkinkan kurikulum dan sistem pembelajaran dapat diaplikasikan dengan baik dan tepat. Mereka yang terlibat pada lembaga ini biasanya memiliki standar ibadah yang khas, minimal aktif menjalankan ibadah wajib, di samping telaten menjalankan ibadah sunah. Biasanya madrasah juga memiliki agenda sosial pada masyarakat sekitar. Itulah model madrasah terbaik yang seharusnya membuat kita riang dan gembira serta belajar dengan sungguh-sungguh dalamnya.
Bila merujuk pada penjelasan tersebut maka kita bisa memastikan bahwa ramadan adalah madrasah yang sempurna. Ia adalah lembaga pendidikan yang Allah hadiahkan kepada hamba-Nya yang beriman dengan kurikulum dan sistem pembelajaran yang khas. Kurikulumnya bersifat integratif, yang memadukan antar kurikulum spiritual dan sosial pada satuan sistem yang utuh. Pada bulan ramadan Allah mewajibkan shaum dan segala ibadah ritual lainnya, tapi juga menganjurkan kita untuk menjalankan amal sosial.
Coba kita telisik secara pelan-pelan. Shalat tarawih yang kita tunaikan pada malam bulan ramadan merupakan ibadah yang khas dan tidak kita temukan pada selain ramadan. Walau pun ada shalat sunat lainnya yang mirip seperti shalat tahajud dan witir, namun shalat tarawih hanya bisa dilakukan pada saat ramadan. Ia adalah ibadah ritual tapi mengandung dimensi sosial, terutama ketika menjalankannya secara berjamaah. Selain meneguhkan penghambaan kepada Allah yang berdimensi spiritual juga memperkokoh silaturahim pada sesama.yang berdimensi sosial.
Pada bulan ramadan kita juga dianjurkan untuk aktif berinfak dan bersedekah semampunya. Walau mungkin secara ekonomi kita kesulitan untuk berbagi, namun Allah tetap menganjurkan untuk meringankan tangan kita dalam berbagi. Bahkan memberi makan seadanya kepada mereka yang berbuka pahalanya sama seperti pahala mereka yang menjalankan shaum ramadan. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam riwayat lain disebutkan, dari Anas RA, Nabi SAW mengunjungi tempat Sa’ad bin Ubadah RA. Kemudian beliau disuguhi roti dan mentega. Setelah memakannya, beliau bersabda, “Telah berbuka di tempatmu orang yang berpuasa, telah makan makananmu orang-orang yang baik, dan malaikat mendoakanmu.” (HR Abu Dawud dengan sanad shahih. Al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih Abu Dawud). Di sini terdapat hikmah berharga bahwa dalam kondisi apapun, kita dianjurkan untuk berbagi pada sesama. Kita harus memiliki jiwa dan etos sosial yang tinggi pada sesama.
Uniknya lagi, pada ramadan kita memperoleh hikmah berharga bahwa pendidik utamanya adalah Allah. Allah tentu Maha di atas segalanya. Ia Zat yang sangat kompeten untuk mendidik kita. Siapapun bisa mengaku dan terlihat menjalankan shaum ramadan. Namun siapa yang benar-benar menjalankan shaum ramadan hanya bisa diketahui oleh Allah dan kita yang menjalankan shaum ramadan itu sendiri. Jujur atau tidaknya kita, bisa jadi tidak diketahui oleh siapapun di luar sana, tapi Allah dan malaikat-Nya mengetahui kita. Apakah kita shaum atau tidak, apakah kita jujur atau tidak, Allah Maha Tahu. Di sini kita tidak bisa berkelit hanya demi pencitraan diri di hadapan-Nya. Tapi didorong untuk belajar jujur pada-Nya dan pada sesama.
Shalat tarawih, tilawah al-Quran, zikir, taubat dan istighfar adalah ibadah spiritual yang khas dan spesial kita jalankan di momentum ramadan. Hal ini bukan berarti kita tidak melakukannya di luar ramadan, namun pada umumnya saat ramadan kita menjalankan semua itu dengan penuh harap bahwa dosa kita Allah ampuni dan kita meraih derajat taqwa sebagai tujuan dari shaum ramadan itu sendiri. Berbagai amal sosial seperti infak dan sedekah yang kita jalankan juga memiliki dampak tersendiri bila kita lakukan pada saat ramadan. Kita merasa terdorong untuk melakukannya dengan harapan Allah membalas dengan balasan terbaik.
Pada madrasah ramadan pun kita diajarkan untuk disiplin dan bertanggungjawab. Kita tidak boleh berbuka sebelum tiba waktunya, kita juga tidak boleh melaksanakan sahur di luar waktunya. Bila melanggar kurikulum dan proses pembelajaran shaum ramadan maka kita diharuskan untuk bertanggungjawab. Selain memohon ampun kepada Allah juga mengganti shaum atau membayarnya sesuai dengan ketentuan syariat. Shalat tarawih juga tidak bisa dilaksanakan pada saat siang hari, ia hanya bisa dilakukan pada malam hari setelah Isya. Di sini butuh dan terdapat pelajaran kedisiplinan.
Apapun ibadah yang kita lakukan pada ramadan, semua itu adalah wujud paling sederhana betapa kita butuh madrasah atau butuh lembaga pendidikan yang mendidik kita sehingga menjadi peserta didik yang berkarakter mulia: taqwa, jujur, disiplin dan bertanggungjawab. Semua itu adalah perisai kehidupan yang harus kita miliki dan jaga dalam rangka mengokohkan diri sebagai hamba Allah yang taat, tunduk dan patuh pada-Nya. Kita ingin agar kehidupan kita saat di dunia benar-benar terisi dengan amal kebaikan yang berdampak pada kebahagiaan di akhirat kelak. Semoga ibadah ramadan kita tahun ini lebih berkualitas dan mendapat balasan terbaik dari Allah! (*)